Mohon tunggu...
Bayu Bondan
Bayu Bondan Mohon Tunggu... Lainnya - ASN yang belajar jadi penulis

Burung merpati burung kenari | Rehat sejenak di dahan meranti | Biarkan saja pena menari | Dan lihat saja hasilnya nanti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Jakarta ke Jember : Nikah Muda

11 Desember 2017   14:37 Diperbarui: 13 Desember 2017   09:43 1577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 12 Maret 2011 merupakan momen bersejarah bagi Syafiq, salah satu sahabat karib saya. Ya, pada tanggal tersebut ia beranikan diri untuk nikah muda di umur dua puluh dua. Ibarat main bola, skor sudah 1-0 untuk keunggulan Syafiq tentunya.

Setelah itu, menyusul sahabat karib lainnya menuju pelaminan juga. Sedangkan saya sendiri baru menikah tahun 2014 di umur dua puluh enam. Saya yang nikah belakangan, akhirnya masuk golongan "khatamul ikhwan". Namun, kalau dilihat dari konsep umur versi Badan Pusat Statistik (BPS) di mana pemuda adalah penduduk berumur 16-30 tahun, insya Allah saya masih masuk golongan kategori nikah muda juga. Cakep!

Berdasarkan data BPS, pada tahun 2014 pemuda laki-laki lebih banyak yang belum menikah, sebaliknya pemuda perempuan lebih banyak yang sudah menikah. Persentase pemuda laki-laki dengan status belum menikah (66,93 persen) adalah sekitar dua kalinya persentase pemuda laki-laki yang sudah menikah (32,22 persen). 

Sebaliknya persentase pemuda perempuan yang berstatus belum menikah (41,12 persen) lebih rendah daripada persentase pemuda perempuan yang berstatus menikah (56,84 persen). Nah, menjadi bagian dari sedikit pemuda laki-laki yang sudah menikah, maka sudah sepatutnya saya harus banyak bersyukur sedangkan isteri saya sudah sepatutnya harus banyak bersabar. Karena syukur dan sabar merupakan soulmate yang harus ada dalam keluarga agar nantinya berbalas surga.

Kembali ke laptop...

Demi menghadiri pernikahan sahabat karib saya ini, saya bersama beberapa sahabat JOSH (JOmblo Sampai Halal) rela menempuh jarak kurang lebih 900 kilometer dengan armada kebanggaan murah meriah, kereta malam jug gijag gijug gijag gijug. Waktu tempuh kurang lebih 24 jam dengan rincian Jakarta-Surabaya 15 jam, istirahat sebentar 3 jam, dan Surabaya-Jember 6 jam.

Saya coba bandingkan dengan armada lain dengan bertanya kepada Mbah Google. Jika perjalanan menggunakan bus lewat Jalur Pantura, maka membutuhkan waktu  sekitar 19 jam. Sedangkan kalau ada yang mau sekalian olahraga menggunakan armada kaki sendiri (alias jalan kaki) lewat Jalur Pantura, maka membutuhkan waktu "hanya" 182 jam atau setara hampir 8 hari perjalanan.

Sumber: google maps
Sumber: google maps
Berangkat dari Jakarta hari Jumat jam 3 sore dan sampai di Jember hari Sabtu jam 3 sore. Sesampainya di basecamp yang tak jauh dari rumah mempelai perempuan, saya berpikir untuk rehat sejenak meluruskan kaki, mandi, dan meni pedi.

Namun, pikiran tersebut sirna dalam sekejap karena ternyata panitia dan mobil jemputan sudah siap berangkat menuju lokasi. Akhirnya, saya pun hanya sempat baluran minyak wangi dan gosok gigi pake odol hasil jarah bukan punya sendiri.

Dalam perjalanan menuju lokasi, salah seorang panitia mencolek saya. Harap tenang, yang nyolek jenggotan juga kayak saya, jadi dia nggak pakai jilbab. Apa sih. 

Panitia: "Mohon maaf kalau buru-buru karena acara akan dimulai bada Ashar. Oh iya ini Mas Bayu kan?"

Saya: "Iya. Kok tahu nama saya? Berasa kayak artis jadinya."

Panitia: "Saya dikasih clue kalau Mas Bayu itu jenggotan dan masih jomblo. Nah, yang cowok kan cuma bertiga. Yang satu masih jomblo kagak jenggotan dan yang satu kagak jomblo udah punya pasangan. Jadi, gampang ketebak lah yang mana Mas Bayu."

Saya: (makjleb)

Panitia: "Mas Bayu udah siap jadi MC kan?"

Saya: "Hah? MC? Memang siapa yang bilang?"

Panitia: "Iya. Mas Syafiq tadi bilang kalau Mas Bayu siap jadi MC."

Saya: "Wah, Syafiq beneran ngerjain nih." (berkata dalam hati)

Panitia: "Bagaimana, Mas?"

Saya: "Padahal kemarin-kemarin Syafiq nggak ngomong apa-apa ke saya. Kalau saya tahu begini, mending nggak usah datang deh."

Panitia: "Yah, jangan begitu dong, Mas. Nanti siapa lagi yang mau jadi MC."

Saya: "Bercanda kok, Mas. Insya Allah saya siap beraksi. Demi teman sejati, ya mau bagaimana lagi. Anggap saja saya lagi main FTV, Mendadak MC."

Panitia: "Alhamdulillah."

Part 2 : Dari Jakarta ke Jember : Mendadak MC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun