Penulis berjilbab asal Bengkulu ini juga mengatakan bahwa dirinya sering bertindak ceroboh. Hape jadul miliknya sudah sering terjatuh. Meskipun keypad menjadi keras ketika ditekan, namun masih bisa dipergunakan sampai sekarang. Telah terbukti bahwa hape jadul lebih tahan banting daripada hape modern.
Penulis yang murah senyum ini sayang betul dengan hape jadulnya karena dirinya mendapatkan banyak pelajaran berharga. Ia mulai banyak belajar sabar dan belajar kuat hidup prihatin. (Safira Khansa, Penulis, Bengkulu)
Kita beralih kepada seorang perantau bernama Khoir yang juga sayang betul dengan hape jadulnya. Hal ini dikarenakan hape jadul tersebut merupakan pemberian dari kedua orang tuanya. Jadi, rasa sayangnya kepada hape jadul secara tidak langsung merupakan bentuk rasa sayangnya kepada kedua orang tua tercinta.
Perantau berdarah Sulawesi ini memanfaatkan hape jadulnya untuk rutinitas berkomunikasi dengan kedua orangtuanya. Setidaknya rutinitas tersebut dapat mengurangi rasa kerinduannya yang membuncah, meskipun hanya dapat sekadar mendengarkan suara mereka berdua saja. (Khoir, Perantau, Papua)
Selain itu, ada juga sekelompok orang di daerah Gresik, Lamongan, dan Surabaya yang masih susah move on dari hape jadul. Bahkan mereka mengukuhkan eksistensi hape jadul dengan membentuk sebuah komunitas handpone antik unik klasik. Komunitas yang dideklarasikan pada momen kopdar perdana tanggal 20 Desember 2015 ini diberi nama "Gerilya Djadoel". Kalau mau tahu info lebih lengkap seputar komunitas ini, silakan langsung mampir ke blog gerilyadjadoel.blogspot.co.id. Minat gabung? Pastikan hape Anda masih jadul.
Salam Gaul,
Mantan Pemilik Hape Jadul
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
