ada kupukupu hinggap di ujung alis lentikmu. engkau tetap saja lelap
dalam tidurmu.
aku pandangi lembut wajah kekanakanmu. ada bulirbulir keringat di cuping hidungmu,
juga di kening,
beberapa helai rambut nempel di sana.Â
entah, mungkin karena mimpi indahmu, engkau tersenyum.
senyumsenyum sendiri. manis sekali!
"ah, tuhan... " aku dengar sendiri tarikan napas dalamku.
.
jam berdenting sekali. memecah sunyi. merambati keheningan.
"kita harus pergi sekarang, pak."
"baiklah."
pagi. beku.
hening. hampa.
.
di kilometer yang semakin menjauh, "semoga..." bisikku menguatkan diri, "ya, semoga!"Â
.
ribuan kupukupu menjemputmu. mengajakmu menari. di selasela lelap
dan mimpi indahmu. di sepanjang senyumsenyum manismu.
menarilah!
bersama ribuan kupukupu yang melingkupi tubuhmu. menari.
menarilah! menarilah!
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H