Mohon tunggu...
Bayu Bara
Bayu Bara Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sociology at Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teknik Perencanaan Pembangunan Desa di Dunia Ketiga

17 Maret 2014   20:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:50 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prolog

Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Masalah pembangunan dan perencanaan di pedesaan adalah masalah yang sudah sejak lama di pikirkan dan ditindak lanjuti oleh pemerintah Indonesia. Sebagian besar wilayah Indonesia masih dalam berbentuk pedesaan dan hanya beberapa kota saja yang terdapat di Indonesia. Bahkan dikota saja juga ditemui kota yang terbangun dengan adanya kampung – kampung, yang nyatanya adalah itu ciri khas dari pedesaan yaitu adanya kampung – kampung didalamnya. Oleh karena itu kajian perencanaan dan pembangunan pedesaan sangat pentng sekali menjadi tinjauan dan membutuhkan ekstra berpikir untuk dapat membangunnya. Jika pedesaan – pedesan di Indonesia dapat dikembangkan, maka tidak akan dipungkiri lagi bahwa Indonesia akan mengalami kemajuan yang signifikan. Berikut ini adalah pembahasan dari perencanaan dan pembangunan pedesaan di Indonesia.

Ciri – ciri Kehidupan Masyarakat Pedesaan di Indonesia

Perencanaan pembangunan dibutuhkan agar pembangunan yang dilakukan dapatmemenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk ituperencanaan pembangunanharus diarahkanpadaperwujudan pusat-pusat pelayanan secara adil dan merata. Untuk itu diperlukan teknik-teknik dalam perencanaan pembangunan yang akan bermanfaat saat membuat suatu perencanaanpembangunan. Pertama – tama orang kota selalu membayangkan bahwa di pedesaan memiliki suasana yang tenang damai dan selaras. Sebenarnya jauh daripada itu, didalam pedesaan banyak didapati konflik dan persaingan antar warganya. Sumber dari banyaknya pertengkaran di Indonesia rupanya berkisar antara hal tanah, masalah kedudukan dan gengsi, hal perkawinan, hal perbedaan antara kaum tua dan kaum muda dan juga perbedaan pertentangan antara kaum pria dan kaum wanita. Masyarakat pedesaan umum hanya memperhatikan masalah – masalah pertengkaran dalam hal kecil. Di dalam pedesaan, masyarakat dituntun bekerja keras, hal itu merupakan syarat penting untuk dapat bertahan hidup dalam masyarakat pedesaan di Indonesia.Didalam masyarakat desa yang pada dasarnya adalah bercocok tanam, orang biasa bekerja keras pada masa – masa tertentu tetapi mengalami kelegaan pada masa – masa tertentudalam rangka satu lingkaran pertaninan. Tambahan tenaga bantuan dalam pekerjaan pertanian tidak disewa tetapi hanya diminta dari sesama warga desa. Kehidupan yang saling tolong menolong ini sangat melekat menjadi ciri khas masyarakat pedesaan. System tolong menolong ini rupanya suatu pengerahan tenaga yang mengenai pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian atau spesialisasi khusus, atau mengenai pekerjaan yang tidak membutuhkan diferensiasi tenaga, dimana semua orang dapat mengerjakan semua tahap dalam penyelesaiannya.

Masyarakat pedesaan mempunyai sifat yang kaku tapi sangatlah ramah. Biasanya adat dan kepercayaan masyarakat sekitar yang membuat masyarakat pedesaan masih kaku, tetapi asalkan tidak melanggar hukum adat dan kepercayaan maka masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang  ramah. Pada hakikatnya masyarakat pedesaan adalah masyarakat pendukung seperti sebagai petani yang menyiapkan bahan pangan, sebagai PRT atau pekerjaan yang biasanya hanya bersifat pendukung tapi terlepas dari itu masyarakat pedesaan banyak juga yang sudah berpikir maju dan keluar dari hakikat itu. Pedesaan dan masyarakat desa merupakan sebuah komunitas unik yang berbeda dengan masyarakat di perkotaan. Sementara segala kebijakan dan perundangan-undangan adalah produk para pemangku kebijakan yang notabene adalah masyarakat perkotaan, maka masyarakat desa memiliki kekhasan dalam mengatur berbagai kearifan-kearifan lokal. Secara sosial, corak kehidupan masyarakat di desa dapat dikatakan masih homogen dan pola interaksinya horizontal, banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan. Semua pasangan berinteraksi dianggap sebagai anggota keluarga dan hal yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan sosialnya adalah motif-motif sosial. Interaksi sosial selalu di-usahakan supaya kesatuan sosial (social unity) tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan jangan sampai terjadi. Prinsip kerukunan inilah yang menjiwai hubungan sosial pada masyarakat pedesaan. Kekuatan yang mempersatukan masyarakat pedesaan itu timbul karena adanya kesamaaan-kesamaan kemasyarakatan seperti kesamaan adat kebiasaan, kesamaan tujuan dan kesamaan pengalaman.

Perencanaan dan Pembangunan Pedesaan

Akan terasa sulit jika membuat perencanaan tanpa melihat dahulu obyek yang akan kita buat rencana. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan studi tentang pedesaan sebelum membangun dan merencanakannya. Factor manusiasangat penting untuk diperhitungkan dalam membuat perencanaan, factor ini meliputi berbagai aspek lingkungan sosial budaya yang mempengaruhicara mereka merasakan dan mewujudkan dalam proses pembangunan. Masyarakat di pedesaan yang menjadi factor lingkungan perlu dikaji lebih dalam sehingga apat mengerti betul apa kebutuhan dari desa itu yang dapat dilihat dari kebutuhan – kebutuhan kecil dari masyarakat setempat. Perencanaan yang akan dibuat ini juga bertujuan untuk memajukan masyarakat desa sendiri. Oleh karena itu sangat perlu sekali mengerti tentang kehidupan di pedesaan, bagaimana masyarakat itu berinteraksi dan apa yang membuat mereka mengalami konflik, serta apa saja hambatan yang menahan mereka untuk mencukupi kebutuhan sehari hari. Hal itu juga dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu aspek eksternal yang berasal dari lingkungan kondisi dan keadaan yang membuat dan membentuk kehidupan masyarakat. Selain itu juga aspek psikis dari warga masyarakat dea sendiri. Terkadang maasyarakat pedesaan hanya memikirkan dan bekerja untuk hari ini saja, tidak ada langkah atau perencanaan kedepan untuk memperbaiki nasib mereka.

Agak berbeda dengan interpretasi aspek sosial pada perencanaan pembangunan yang berkenaan dengan pemenuhaan kebutuhan sosial masyarakat desa (Provision of social needs), termasuk juga pelayanan sosial dasar misalnya pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan kesejahteraan yang lainnya. Pemenuhan kebutuhan ini menjadi tujuan bagi setiap perencanaan baik iti dalam perencanaan – perencanaan di luar gagasan tentang pedesaan. Untuk merancang dan membangun pedesaan, harus mengerti kebutuhan dasar mereka dan sarana prasarana yang menunjang kehidupan sehari – hari mereka. Didalamnya juga termasuk dengan pelayanan yang sudah dijelaskan diatas. Selain kebutuhan – kebutuhan sosial yang tertera diatas, ada juga kebutuhan dasar mereka yaitu jenis kebutuhan yang tidak begitu mudah ditentukan seperti pemeliharaan kebudayaan tradisional yang dapat diistilah kan dengan kata “martabat”. Sering dijumpai bahwa dalam merencanakan pembangunan di sebuah desa hanya menitik beratkan dan diarahkan pada pencapaian – pencapaian tujuan ekonomi saja dan kurang mengindahkan bermaccam – macam kebutuhan sosial yang timbul. Terkadang perencanaan dan pembangunan itu dinilai berhasil indikatornya adalah peningkatan didalam sector ekonomi saja, sehingga hal – hal kecil seperti kebutuhan sosial yang memiliki dampak cukup besar walaupun lingkupnya kecil ini terabaikan, maka diperlukan tinjauan lagi dalam merencanakan sebuah pembangunan di desa didasarkan atas kebutuhan sosialnya juga. Pada dasarnya desa itu terdiri dari kumpulan manusia yang yang tidak bisa hidup jika tidak ada aspek sosial yang berjalan, karena pada hakekatnya sendiri manusia adalah makhluk sosial. Jadi sangat penting sekali memenuhi kebutuhan sosial masyarakat desa terlebih dahulu.

Memperhitungkan factor – factor sosial dalam perencanaan program pembangunan juga bermaksud mempertimbangkan dampak apa yang mungkin timbul dengan adanya berbagai ketimpangan antar individu dan kelompok dalam masyarakat desa. Sebagai contoh, apakah program ekstensifikasi pertanian akan membawa keuntungan pada semua petani atau hanya pada petani kaya saja? Dengan kata lain, perencanaan pembangunan harus dihubungkan dengan pertanyaan tentang persamaan dan keadilan sosial. Dalam memberikan rencana kebijakan harus melihat dampak dari rencana tersebut, supaya dapat meminimalkan dampak negative yang muncul dan tidak diharapkan. Keadilan sosial dalam membuat perencanaan membantu supaya warga desa dapat menikmati hasil dari perencanaan itu merata dan sesuai dengan porsi yang telah ada dalam indicator perencanaan. Selain itu, aspek pemgbangunan meliputi juga tentang pertimbangan mengenai pemgbangunan manusia seutuhnya (Integrated human development). Hal ini perlu ada didalam perencanaan pembangunan di desa karena adanya fakta bahwa rencana sering gagal jika pertimbangan sosial tidak diperhitungkan, program keluarga berencana tidak akan efektif, jika para perencana tidak mempertimbangkn penduduk mengenai besarnya keluarga, pilihan metode kontrasepsi dan seterusnya; program ekstensifikasi pertanian hanya menjangkau petani – petani kaya tidak akan dapat memecahkan masalah pembangunan pedesaan secara langsung. Untuk membuat perencanaan yang nantinya akan menjadi kebijakan bagi pedesaan ini perlu dikaji terlebih dahulu apakah perencanaan ini memiliki indicator tujuan yang realistis dan mudah dicapai atau tidak. Kebanyakan untuk merencanakan dan menuju sampai pembangunan itu terjadi kendala yang membuat pembangunan itu berjalan tersendat. Medan jalan yang dilalui di pedesaan biasanya tidak bagus, jalan – jalan yang melintasi pedesaan – pedesaan belum bisa digunakan maksimal karena kurangnya dana  yang dipakai untuk memperbaiki jalan. Sama seperti yang sudah ditulis diatas, bahwa perencanaan yang baik adalah tidak hanya menyangkut tentang material – material yang tampak saja, tetapi juga menyangkut psikis dari masyarakat desa setempat. Hal itulah yang membuat sulit juga dalam pembangunan desa. Terkadang fasilitas yang dibenahi itu tidak bisa dimanfaatkan maksimal oleh warga karena tidak tahu cara memakainya dan mereka masih asing dalam hal teknologi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun