Kabar menarik bagi para penggemar sepak bola sejagat. Pekan ini dan mendatang, kompetisi level tertinggi yang menjadi arena pertempuran tim-tim terbaik dari liga-liga paling elite Eropa akan digulirkan kembali. Yap, Liga Champions yang selalu seru diperbincangkan tersebut kembali lagi setelah pekan-pekan sebelumnya para penggemar sepakbola lebih disibukkan dengan perjuangan pekan demi pekan klub andalan mereka di liga masing-masing maupun agenda internasional seperti Piala Afrika. Jaminan sebagai tontonan seru dan haram terlewatkan patut untuk disematkan, sebab Liga Champions kali ini sudah menyajikan tahap knock-out rounds atau biasa disebut sebagai babak 16 besar dengan format dua leg.Â
Leg pertama akan diputar pekan ini dan pekan depan sedangkan leg kedua akan dilangsungkan pada pekan pertama dan kedua bulan Maret. Pertandingan yang tersaji pun beberapa diantaranya merupakan pertandingan yang unik sebab mempertemukan kembali tim yang sudah cukup lama tak bersua, tetapi tentu saja yang menarik adalah, pertemuan tim-tim yang pada dua sampai tiga edisi sebelumnya telah sering bertemu.Â
Khususnya pada tim yang telah sering bertemu pada babak-babak krusial sebelumnya dan terpaksa "dijodohkan" kembali, menyimpan cerita kelam kepada para fans setia terutama para fans Paris Saint-Germain (PSG) maupun Arsenal. Dimana, klub kesayangan mereka pada babak ini harus bertemu kembali dengan tim yang telah menjegal mereka pada Liga Champions dua sampai tiga edisi sebelumnya.Â
PSG harus bertemu Barcelona (kembali), setali tiga uang dengan Arsenal yang bertatap muka (lagi-lagi) dengan penguasa Jerman, Bayern Munchen. Elegi PSG yang selalu diganjal Barcelona, maupun Arsenal yang inferior kala berhadapan dengan Bayern Munchen tentu saja akan akan membayangi benak memori baik fans maupun seluruh elemen dua klub tersebut. Tetapi kabar baiknya, kesempatan itu datang lagi, suatu kesempatan penebusan yang lazim diistilahkan sebagai suatu "kesempatan kedua".
PSG yang dieliminasi Barcelona secara menyakitkan pada perempat final dua edisi Liga Champions sebelumnya yakni pada musim 2012-2013 secara aturan gol away (leg pertama di Parc des Princes 2-2, dan leg kedua di Camp Nou 1-1) dan yang kedua adalah pada musim 2014-2015 di mana PSG takluk secara telak lewat agregat 5-1, di mana masih lekat ingatan pecinta bola saat itu kala seorang David Luiz menjadi aktor pesakitan PSG dengan dua kali menjadi korban nutmeg (kolong) Luis Suarez dalam dua gol tandang Barcelona pada leg pertama di Parc Des Princes (leg 1  1-3, leg 2 : 0-2).Â
Padahal, saat itu PSG masih diperkuat sang mega-superstar sekaligus ikon mereka yang kini hijrah ke Manchester merah, Zlatan Ibrahimovic. Sedangkan di sisi lain, nasib Arsenal kala bersua Bayern juga tidak kalah menyakitkan. Dalam lima musim terakhir, Arsenal telah bertemu Bayern enam kali. Dari jumlah tersebut sebanyak empat kali mereka bertemu di fase knock-out pada musim 2012-2013 dan 2013-2014 dan hasilnya, Arsenal selalu gagal lolos.
Kedua tim tersebut tentu tak ingin menjadi lebih buruk dari ungkapan "seekor keledai" (yang mengacu telah dua kali terperosok ke lubang yang sama), melainkan tentu saja kali ini mereka mengusung ambisi revans dan ambisi merevisi ulang cerita kelam mereka pada fase yang sama edisi sebelumnya, berusaha mencongkel Barcelona dan Bayern yang seolah menempatkan diri mereka ke dalam "status quo".Â
Sebagai frasa yang jamak diungkapkan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak berubah (tetap) dalam waktu yang lama. Baik PSG dan Arsenal tentu saja tak ada kesempatan lain, memanfaatkan "kesempatan kedua" dan mendongkel status quo, atau kegagalan berikut akan menggubah mereka menjadi lebih buruk dari ungkapan seekor keledai.
PSG yang kali ini akan menjadi tuan rumah terlebih dahulu di Parc des Princes, tentu saja boleh berharap bahwa hasil pertemuan kali ini akan berbeda, Â meski jadwal giliran leg yang mereka terima saat ini sama persis ketika mereka dipecundangi Barcelona pada musim 2014-2015. Terdapat beberapa indikasi yang menunjukkan prospek dalam ambisi tinggi PSG menghapus segala memoria kelam kala bertemu Lionel Messi cs.Â
PSG kini dilatih Unai Emery yang sudah barang tentu sangat memahami seluk beluk strategi sepak bola ala Spanyol mengingat Emery adalah mantan nahkoda Sevilla yang terbilang cukup sukses di Eropa pada masa kepemimpinannya. PSG menjadi tim yang lebih fresh dan bertenaga di musim ini, boleh dibilang seperti itu lantaran efek hilangnya ketergantungan mereka pada mantan megabintang "Dewa Ibrahimovic" yang kini kedigdayaannya mulai mereka pikul secara kolektif, bergeser kepada Edinson Cavani yang mulai tajam kembali, begitu pula bangkitnya Angel Di Maria dan jangan lupakan sentuhan magis amunisi terbaru armada Paris, si wonderkid Julian Draxler maupun Goncalo Guedes.
PSG menjadi tim yang tak lagi hanya bergantung pada flamboyannya penguasaan bola, melainkan menjadi tim yang lebih memainkan direct style, ditunjang dengan kecepatan akselerasi pemain-pemain mereka yang eksplosif dari sisi sayap seperti Di Maria, Draxler, Lucas Moura, Hatem Ben Arfa maupun dua sisi wing back yang dihuni oleh darah muda Serge Aurier dan Layvin Kurzawa. Kehadiran mereka akan menjadi teror yang potensial untuk pemain belakang Barca apabila mereka terlalu lengah dan asyik membantu serangan. Jordi Alba dan Sergi Roberto pada leg pertama ini sudah tentu akan diuji, oleh darah segar armada Unai Emery. Pertanyaannya adalah apakah lini tengah dan belakang Paris yang dikomando oleh Blaise Matuidi dan Thiago Silva mampu menjadi filter sepadan bagi armada Luis Enrique yang kedahsyatan lini tengah dan trio MSN di lini depannya tak perlu diragukan lagi? Akan cukup menarik untuk ditunggu dan sangat sayang untuk dilewatkan.