Mohon tunggu...
Bayu Angora
Bayu Angora Mohon Tunggu... Seniman - https://angora.me

https://angora.me

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Informasi Cocoklogi

19 Mei 2016   06:22 Diperbarui: 19 Mei 2016   07:15 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Ketika saya kontra dengan argumen di suatu resource link website, baik itu berupa blog, forum, portal, dll, ada beberapa cara yg biasanya saya lakukan.

Jika argumen tersebut menarik dan debatable, maka saya masih mau ngeshare dan mencantumkan resource link website tersebut, sekalipun saya kontra dengan argumennya.

Jika argumen tersebut mengandung kekeliruan yg perlu diluruskan, biasanya saya lebih memilih untuk mengcounter langsung di postingan tersebut, tanpa perlu ngeshare resource linknya.

Jika argumen tersebut hanya bersifat trolling, gosip, hoax, bigot, fitnah, dll, lebih baik abaikan. Atau kalaupun ingin mengcounter, lebih baik counter di postingan sendiri tanpa perlu ngeshare ataupun mencantumkan resource linknya.

Kenapa hal ini penting?
Karena ini berhubungan erat dengan teknologi informasi di era digital.

Selain dari kualitas konten, suatu website juga bisa semakin eksis karena banyak faktor. Bisa karena traffic yg tinggi, backlink yg bagus, SEO yg optimal, dll. Tapi sejak social media hadir di masyarakat, social backlink pun menjadi salah satu faktor tambahan lainnya.

Semakin banyak orang ngeshare suatu resource link website, maka rating link website tersebut akan ikut meningkat di mata Google. Tidak peduli apakah orang yg ngeshare link tersebut pro atau kontra, sambil memuji atau memaki. Yg jelas, satu share tersebut akan dianggap sebagai satu social signal.

Efeknya adalah, semakin rating suatu link website meningkat di mata Google, maka hal ini akan berpengaruh terhadap penentuan posisi di halaman penelusuran Google. Semakin ratingnya meningkat, maka potensi peningkatan traffic pun akan ikut meningkat. Karena orang yg Googling biasanya lebih memilih untuk ngeklik link yg muncul di halaman pertama, sebelum ngeklik halaman berikutnya.

Hasilnya apa?

Searching mengenai asal usul alam semeta.
Yg muncul malah ayat, dongeng, dan takhayul.

Searching mengenai gejala suatu penyakit.
Yg muncul malah doa, mantra, dan jampi-jampi.

Searching mengenai situs dan cagar budaya.
Yg muncul malah mitos, ghaib, dan cerita hantu.

Searching mengenai bumi dan bencana alam.
Yg muncul malah dakwah, fitnah, dan cocoklogi.

Lalu orang yg berpikir dengan bokong pun saling mengamini. Hoax dan cocoklogi yg dianutnya selama ini dianggap sebagai kebenaran. Karena semuanya sudah tercantum di Google, di halaman pertama pula.

Cocoklogi mana lagi yg hendak kau ingkari?

- Bayu Angora

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun