Seberapa kenal kamu dengan Kota Banjarmasin? Sejauh kalau usia kotanya hampir 5 abad? Sejauh kalau kota ini dikelilingi sungai-sungai? Sejauh dari sesuap nikmatnya Soto Banjar dan Ipau? Atau sejauh mengetahui bahwa Kelayan dan Rantauan Keliling adalah nama pulau?
Kota Banjarmasin yang pada tahun 2024 ini sudah berusia 498 tahun dan berawal dari perkampungan yang terletak di daerah Kuin dan terus berkembang sejak Pangeran Samudera masuk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah.
Seiring berjalannya waktu, zaman demi zaman terlewati hingga modernisasi mengubah berbagai hal, termasuk bangunan-bangunan yang dulunya memiliki jejak sejarah terhadap perkembangan Kota Banjarmasin itu sendiri.Â
Komunitas Wikimedia Banjar, dalam hal ini sebagai salah satu komunitas yang fokus pada pengembangan bahasa Banjar mencoba menjembatani kesenjangan ini dengan menyelenggarakan Photowalk yang dalam bahasa Banjar menjadi Balalah sambil mangudak. Kegiatan ini merupakan atraksi wisata di kota-kota besar dengan kegiatan utama mereka keliling kota dengan jalan kaki sambil mengunjungi titik-titik penting di sepanjang rute tertentu.Â
Mengadopsi dari kegiatan serupa di kota besar, inisiasi ini bertujuan untuk membantu menyebarkan memori kolektif terkait sejarah kota Banjarmasin kepada generasi muda. Ambil saja contohnya rute sepanjang Siring di pusat kota Banjarmasin. Kita bisa mulai berjalan kaki dari Pasar Lama yang punya sejarah panjang sejak zaman kolonial, berjalan lurus menuju titik nol dekat kantor gubernur lama yang dulunya terdapat Monumen Perang Banjar. Lanjut ke Balai Wartawan yang sekarang menjadi Hotel Batung Batulis, lurus lagi menuju Kafe di hutan kota yang dulunya adalah gedung Societiet de Kapel. Dalam satu garis lurus ini, sudah begitu banyak sejarah yang bisa diceritakan.Â
Selain area Siring, masih banyak kawasan di Kota Banjarmasin yang menarik untuk dijelajahi sambil berjalan kaki. Menyusuri tiap-tiap gang kecil, basarusup ke pasar-pasar sambil mangudak tentu akan menjadi aktivitas baru yang menarik perhatian generasi muda Kota Banjarmasin sebagai upaya merawat sejarah kotanya sendiri. Â
Tulisan ini disertakan dalam lomba esai oleh komunitas Literasi Banua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H