Mohon tunggu...
Bayu Andhini
Bayu Andhini Mohon Tunggu... Freelancer - Saat ini masih belajar menulis

Tinggal di Pagatan, pernah diam di Kendari dan Natuna. Mencari kesempatan untuk road trip.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Serunya 17an di Natuna

17 Agustus 2021   18:17 Diperbarui: 17 Agustus 2021   18:22 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bulan Agustus pasti identik dengan semarak Kemerdekaan. Banyak orang yang bersiap menyambutnya. Ada yang mengecat gapura, memasang bendera, melatih paskibra atau merumuskan lomba-lomba di kampungnya. Selama 2017 kemarin, 17an adalah salah satu momen yang paling asik dan kalau diingat-ingat bikin makin rindu dengan Natuna. 

Song, intip kemeriahan 17an di Pian Tengah.

Anak-anak bilang, nanti upacara bendera akan dilaksanakan di desa Sebuton. Karena heran, aku pun bertanya ke salah satu dari mereka, loh kok nggak di desa kita sendiri, di Pian Tengah? Rupanya, peringatan 17 Agustus di desaku ini akan dilaksanakan bergantian dengan dua desa lainnya, yaitu desa Sebuton dan desa Binjau yang merupakan satu gugus KKG.

Wah, mendengar upacara ada di desa sebelah, berarti jalan kaki kesana, duh, jauh, hahaha. ternyata tidak, bagi peserta upacara 17an dari desa Pian tengah tersedia free shuttle transportation berupa : mobil bak terbuka.

Jadilah saya dan guru lain juga murid-murid berkumpul di bak mobil menuju desa sebelah. Jaraknya tidak begitu jauh, jalan kaki pun bisa, tapi lama dan panas. Kurang lebih 15 menit naik sampailah ya. Ringkas. Bayangkan jika jalan kaki, anak-anak akan mengeluh kesoi (capek), lapar dan haus. Padahal belum mulai pulak inspektur masuk lapangan.

Begitu tiba di lapangan upacara, kita tidak langsung baris. Tapi masih menyesuaikan lapangan acara dengan jumlah peserta yang hadir dan set set set segera ambil bagian, mau jadi tim apa. Berhubung di lapangan, cuacanya panas dan kulihat tidak ada yang menjadi tim medis, maka jiwa pmr smpn 1 kh muncul dan aku mengajukan diri menjadi tim medis, alias baris sendirian di belakang murid-murid.

Apakah ada murid yang pingsan dan kesurupan seperti di Lapangan 7 Februari Pagatan? Hm. Nggak ada. Semua sehat, kuat dan tertib sampai acaranya selesai. Bahkan sempat-sempatnya ada acara makan bareng. 

Sehabis upacara, kami Kembali ke rumah masing-masing dan nonton tayangan Upacara 17an di Istana Negara. Anak-anak pada datang ke rumah dan kita nonton bareng, sampai ada yang nyeletuk 'nak go eh ase jodi pasukan macam tuk ho' merujuk kepada paskibra yang memakain seragam putih dengan langkah mantap.

Nah! 2 hari kemudian, di sekolah penempatanku, SDN 004 Pian Tengah tentu tidak ketinggalan dalam merayakan 17an ini dong, gak boleh kalah dengan sekolah penempatan PM lain, fufufufu, padahal tau kabar lain aja nggak, secara gak ada sinyal.

Jadilah, 18 Agustus, saya berinisiatif bikin 'apa sih itu namanya yang bendera segitiga kecil digantung'?, karena gak tau jual bendera plastik dimana dan kalaupun ada pasti harus nyebrang ke Sedanau atau Ranai, malas kali kak, lebih baik manfaatkan barang bekas. Didampingi beberapa anak murid, kami memotong koran menjadi potongan segitiga kecil, mengecatnya dengan warna merah putih, tidak ketinggalan juga gelas air mineral gelas. Dirangkai dengan plastik dan digantung melintasi lapangan sekolah. Cakep dan aku bangga, hahahaha!!! 

19 Agustus, seluruh warga sekolah janjian dresscode baju olahraga sekolah. Lapangan sudah berhias, perlombaan segera dimulai. Lombanya apa ajanih gerangan Pak Guru?

Ada Lomba Makan Sekuot hahaha, karena gak ada jual kerupuk yang buat lomba, jadinya para guru menggantinya dengan Sekuot atau Biskuit dalam bahasa Natuna. Pesertanya gigih banget dan anak murid kelas rendah, seru banget haha.

Ada lomba masukin pensil ke dalam botol, balap karung, lempar bola, Balap Kelereng, cari uang dalam tepung (terinspirasi dari Running Man), hafal Pancasila, hafal UUD (kagum sih, anak SD udah hafal) juga lomba khusus guru : Balap Karung! Ngakak banget bagian ini!

Semua orang jadi peserta dan semuanya juga mendapat hadiah. Meski pembagian hadiahnya telat gara-gara ada yang maksa ngeprint sertifikat pemenang (bayu orangnya) dan lupa bungkusin hadiah gara-gara kecapean.

Setelah, di Pagatan, biasanya hanya berdiri di barisan peserta atau sesekali jadi tim paduan suara, aku kadang mikir, kenapa belum pernah merasakan euphoria yang benar-benar merayakan hari kemerdekaan ya? Mungkin pernah, tapi kok mau lagi ngerasain tapi kapan.  Bersyukurnya di Natuna, 17an sangat bermakna, setidaknya bagiku, ini moment dimana hari lahirnya bangsa, dirayakan dengan suka cita.

Selamat Ulang Tahun negaraku yang Sebagian warganya masih suka pasang lampu reting kanan tapi beloknya ke kiri, semoga segala kebiasaan jeleknya bisa berubah yaa. 76 di 2021, tetap bermakna kok.

Merdeka!

Tulisan ini juga tayang di blog pribadi saya dengan alamat : https://www.sasunduklawang.com/2021/08/serunya-17an-di-natuna.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun