[caption id="attachment_70788" align="alignright" width="400" caption="Dodol Rumput Laut Lombok"][/caption] Bayudita, tetangga depan cubicle, hari ini bawa oleh-oleh unik lagi. Setelah sebelumnya dapet kiriman amplang, kerupuk ikan yang gurih itu; kali ini dia bawa sesuatu yang lain: dodol rumput laut Lombok. Walaupun rada jengah sama manisnya dodol, namun keseriusan kegiatan baca-baca email pagi itu tak urung terusik juga waktu ngeliat tampilan dodolnya yang unik: bening dan kaku. Lebih mirip candy stick atau agar-agar bakar favorit saya itu, daripada mirip dodol yang rata-rata lembek dan butek itu. Kemasannya juga terlihat professional: bentuk dan potongan dodol yang rapi, dikemas dalam plastik individual berwarna bening. Bungkus luarnya katanya bagus juga, tapi berhubung sudah dibuang sama yang punya maka saya cuma bisa nyari tau lewat Google dan berhasil; malah ternyata ada juga toko yang berjualan produk ini online. Sewaktu dipegang terasa kaku pejal. Terlihat masih ada serpihan kertas-kertas tipis menempel di sekujur body nya; yang ternyata bukan kertas dan tidak berhasil dilucuti, jadi saya duga itu adalah sejenis lapisan tipis agar-agar kering yang lumer di mulut itu, seperti yang terdapat di permen susu bermasalah asal China bergambar kelinci itu. Sewaktu dicoba, rasanya juga ternyata tidak terlalu manis! Berbeda dengan konvensi standar dodol yang tingkat manisnya itu antara tinggi, hingga amit-amit. Teksturnya keras kenyal, kekenyalannya mirip dengan kekenyalan Konyaku instant produksi dalam negeri, tapi dalam tingkat kadar air yang lebih kering lagi. Kalau dari segi rasa, selain manis dan sensasi kenyalnya ini, maka tidak ada rasa yang dominan; mirip seperti agar-agar yang setelah lewat dari mulut maka kita lupa yang barusan itu apa, karena karakter rasanya yang cenderung terlalu lembut. Perasa tambahannya juga nggak terlalu kentara, dan cuma lewat sekilas saja di indera pengecap; jadi ini bener-bener dodol yang karakternya lembut banget. Walaupun penampilan, kemasan, dan rasa cukup oke, after taste nya yang ternyata rada kurang enak: asem di belakang mulut, mirip seperti after taste sehabis minum teh manis anget pagi-pagi; hal yang rada mengherankan, soalnya tadi rasa manisnya nggak terlalu heboh untuk nimbulin after taste sedemikian. Walau demikian, ini jenis dodol yang unik dan nggak seperti dodol-dodol lainnya yang sudah ada. Mungkin secara taksonomi memang bukan dodol juga tapi dinamai sedemikian supaya lebih mudah diterima publik? Ah wanda (wa nda tau), yang pasti penganan yang satu ini layak buat dijajal, terlebih buat mereka yang kurang toleran sama dodol standar, yang biasanya terlalu manis; atau buat mereka yang bepergian ke daerah Lombok, tapi bingung mau bawa oleh-oleh apa. (bay)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H