Mohon tunggu...
Bayu Amus
Bayu Amus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menggemari makan enak, tertarik dengan kreativitas, dan hal-hal melebihi ranah logika. Mendalami User eXperience Design, serta menulis untuk Epicurina (epicurina.blogspot.com), Ufosiana (ufosiana.blogspot.com), dan Pipir Sawah Saiber (kangbayu.multiply.com).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Tinggi-Tinggi Membuat Pintar?

11 Desember 2009   05:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:59 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, mereka yang kurang beruntung dalam perolehan tempat kuliah, mereka yang putus kuliah, mereka yang bahkan tidak sempat mengenyam bangku kuliah, masih bisa bersaing dengan mereka yang merupakan lulusan dari perguruan tinggi terkenal jika memiliki “isi” yang memang berkualitas! Bill Gates misalnya, pendiri Microsoft sekaligus salahsatu manusia terkaya dimuka bumi ini, bahkan tidak pernah menyelesaikan kuliahnya…

Namun tentunya, mereka yang memiliki cukup bekal dan persiapan adalah mereka yang lebih mungkin untuk berhasil. Dunia memang banyak dipenuhi cerita mengenai mereka yang "oh so brilliant" sehingga bisa mencapai prestasi luar biasa yang mengalahkan kolega-koleganya yang lulusan perguruan terkenal. Namun jangan lupa bahwa mereka itu hanyalah segelintir “anomali”, sebagian kecil dari orang-orang brilliant yang pernah, sedang, dan akan menorehkan tintanya pada sejarah dunia. Sedangkan mayoritas sisanya, orang-orang berhasil adalah mereka yang berasal dari kalangan terpelajar.

Jadi kalau ternyata antara lulusan sekolah ternama dan lulusan sekolah antah berantah dan nggak lulus sekolah, semuanya bisa bersaing dengan kekuatan yang berimbang… lantas dimanakah bedanya? Apakah hal yang sebenarnya mendasari keberhasilan seorang manusia?

“USAHA DAN DAYA JUANG”

Perguruan Tinggi manapun hanyalah berfungsi sebagai suatu pemberi kesempatan, kesempatan pada mahasiswanya untuk mendapat akses terhadap materi-materi pembelajaran yang langka, yang sekiranya tidak bisa atau sulit untuk diakses oleh rekan-rekan sejawatnya yang tidak sekolah. Kesempatan untuk berinteraksi dengan para dosen yang memiliki segudang pengalaman dan ilmu, untuk bertukar pikiran, kesempatan untuk bergaul dengan sesama mahasiswa yang memiliki ketertarikan beragam, kesempatan mendapatkan peluang-peluang khusus dari dunia industri yang bekerja sama dengan perguruan tinggi, dan serangkaian kesempatan-kesempatan lain yang tidak dengan mudah bisa didapat oleh mereka berada diluar dunia perguruan tinggi…

Namun sebagaimana halnya kesempatan, maka ia baru akan memberikan hasil jika disambut dan dimanfaatkan… Jadi ketika disatu sisi perguruan tinggi bertugas untuk menyediakan segudang kesempatan, maka selebihnya adalah tanggung-jawab si mahasiswa sendiri untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan tersebut.

Malas? Statik? Mungkin masih bisa memperoleh ijazah… tapi pepesan kosong, cangkang tanpa isi, toples isi angin, dummy henpun di etalase, pistol padahal geretan, sebuah gertakan hambar.

Nggak kuliah tapi tetap teguh kukuh dalam belajar? Banyak yang berhasil. Kebetulan saya memiliki contoh yang sangat dekat dari ibunda yang “cuma” lulusan sekolah setingkat SMA, tapi di masa-masa puncak karirnya ternyata mampu untuk mendirikan lembaga pendidikan dimana murid-muridnya tersebar dari Sabang hingga Merauke, memiliki tenaga sarjana S2 dan S3 sebagai asisten, menyelenggarakan program-program nasional, hingga mengorganisir konferensi bertaraf internasional. Itulah kekuatan daya juang…

Sedangkan anaknya ini, hehe… dulu banyak melewatkan peluang karena beragam alasan… takutlah, malaslah, nggak pede lah… hal-hal yang dulu diawal karir sering membuat ibunda geram dan geregetan karena merasa anaknya ini memiliki potensi… tapi kurang memiliki nyali…

Mengganti cara pandang…

Kembali ke masalah kedudukan perguruan tinggi sebagai institusi pemberi kesempatan, maka sebenarnya dunia kerja kita sekarangpun (buat yang sudah bekerja), adalah suatu institusi lain yang juga menawarkan beragam kesempatan… kesempatan berlatih mengelola tugas-tugas, kesempatan berlatih berinteraksi dengan rekan kerja, kesempatan berlatih menghadapi client, kesempatan berkomunikasi dan menyerap ilmu sesama rekan kerja, kesempatan berlatih bidang kerja yang tadinya diluar skill dasar kita, kesempatan mengenal beragam karakter manusia, kesempatan mengenal politik kantor dan politik dunia kerja secara umum, dan kesempatan-kesempatan lainnya yang menunggu untuk kita manfaatkan. Tapi itu semua baru akan terbuka kalau kita mau mengganti cara pandang kita terhadap dunia karir dari "duh, hari ini harus kerja lagi..." ke "kesempatan belajar/berlatih apa lagi yang bisa saya raih hari ini ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun