Mohon tunggu...
Bayu TejaKusuma
Bayu TejaKusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Seorang karyawan swasta yang mau mencoba menyuarakan pendapatnya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Video Marah Marah Deddy Corbuzier Dalam Aspek Komunikasi

24 Januari 2025   11:00 Diperbarui: 24 Januari 2025   11:00 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Beberapa minggu belakangan ini, video Om Ded yang memperlihatkan dirinya marah kepada siswa yang mengeluh tentang makan siang gratis menjadi viral dan mendapat banyak tanggapan dari masyarakat. Dalam video tersebut, Om Ded terlihat kesal mendengar keluhan seorang siswa yang menyebut makanan gratis yang disediakan "tidak enak."

Dalam video pendek yang beredar, Om Ded menanggapi video siswa yang diberikan makan siang secara gratis, namun justru mengeluh karena rasa makanannya tidak sesuai harapan. Om Ded, yang terkenal dengan sikapnya yang blak-blakan, langsung melontarkan kritik pedas terhadap sikap siswa tersebut yang tidak tahu berterima kasih seperti itu. Menurutnya, perilaku tersebut menunjukkan kurangnya rasa syukur dan penghargaan terhadap orang yang sudah bersusah payah menyediakan bantuan.

"Kalau makan gratis, itu sudah Alhamdulillah. Tidak perlu lagi mengeluh enak atau tidak enak. Kamu dapat sesuatu tanpa usaha, kok masih protes?" ujar Om Ded dengan nada tegas dalam video tersebut. 

Om Ded menekankan bahwa tidak semua orang beruntung bisa mendapatkan makan siang secara "gratis", apalagi di tengah situasi sulit yang dihadapi banyak orang saat ini. Ia mengingatkan bahwa makanan, apapun rasanya, tetap harus dihargai, terutama jika diberikan secara cuma-cuma.

Menurut Om Ded, sikap mengeluh terhadap sesuatu yang didapatkan tanpa usaha mencerminkan sikap manja yang tidak seharusnya dimiliki, terutama oleh generasi muda. "Kalau kamu tidak suka, itu urusanmu. Tapi hargai orang yang sudah memberi," tambahnya.

Seperti biasa, pernyataan Om Ded memancing berbagai reaksi. Banyak netizen yang mendukung pandangannya dan menganggap bahwa kritik tersebut penting untuk mengingatkan anak-anak muda tentang nilai rasa syukur. Mereka merasa bahwa generasi saat ini seringkali terlalu fokus pada ekspektasi pribadi tanpa menghargai apa yang mereka terima.

Namun, ada juga netizen yang menganggap cara penyampaian Om Ded terlalu keras, terutama karena yang dikritik adalah seorang anak. Beberapa berpendapat bahwa anak-anak mungkin belum memahami sepenuhnya tentang pentingnya rasa syukur dan butuh pendekatan yang lebih edukatif daripada teguran keras.

Video viral Deddy Corbuzier yang marah-marah menanggapi keluhan siswa tentang makanan siang gratis merupakan fenomena menarik untuk dibahas dari sudut pandang komunikasi. Mari kita bedah lebih dalam.

Analisis Komunikasi

Om Ded, dengan pengaruhnya yang luas, memanfaatkan platform media sosial untuk menyampaikan pesan moral tentang syukur dan kerja keras. Namun, cara penyampaiannya yang tegas dan terkadang kasar memicu reaksi beragam. 

Disini saya mencoba menggunakan prinsip Aristoteles dalam memaknai komunikasi yang dilakukan oleh Om Ded di media sosial yaitu unsur Ethos(Karakter Pembicara), Pathos(emosi) dan Logos (Logika). dari unsur yang pertama yaitu Ethos disini terlihat sekali bagaimana Om Ded menggunakan unsur ini dengan sangat baik sebagai seorang publik figur dan juga influencer yang pengaruhnya luas terutama di Indonesia, lalu unsur kedua yaitu Pathos, disini Om Ded menggunakan nada marah dan tegas sebagai tanda reaksi dirinya terhadap sesuatu yang dia lihat dan dengarkan dalam konteks ini adalah video yang menunjukkan siswa mengeluh tentang makan gratis yang tidak enak, dan terakhir yaitu Logos Om Ded mencoba memberikan kita pemahaman tentang bagaimana bersyukur itu penting, namun sangat disayangkan penggunaan ke tiga unsur ini tidak seimbang sehingga menimbulkan nuansa yang kurang hingga munculnya pro dan kontra dari netizen

Dari Analisa ini kita bisa menyoroti bagaimana pentingnya komunikasi yang efektif, terutama di era digital. Beberapa pelajaran penting yang dapat diambil antara lain:

  • Pentingnya Empati: Memahami perspektif orang lain adalah kunci komunikasi yang efektif. Om Ded tentu perlu mempertimbangkan bahwa siswa yang mengeluh mungkin memiliki alasan yang valid, meskipun cara mereka menyampaikannya tidak tepat.
  • Penggunaan Bahasa: Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sangat berpengaruh. Penggunaan bahasa yang kasar dan menyinggung dapat menghambat dialog yang positif dan memunculkan pro dan kontra
  • Konteks Sosial: Setiap pesan harus disesuaikan dengan konteks sosial yang lebih luas. Dalam kasus ini, Om Ded perlu untuk mencari data yang lebih luas dan  mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi siswa yang mengeluh.
  • Media Sosial dan Respons Publik: Media sosial mempercepat penyebaran informasi, namun juga mempermudah terjadinya kesalahpahaman dan polarisasi.

Video Om Ded ini menjadi contoh nyata tentang kompleksitas komunikasi dalam era digital. Meskipun tujuannya baik secara umum, namun cara penyampaiannya perlu untuk dipertimbangkan kembali. Ilmu Komunikasi memberikan kerangka yang berguna untuk menganalisis situasi seperti ini dan membantu kita menjadi komunikator yang lebih efektif. Kejadian ini juga mengundang kita untuk merenungkan tentang peran influencer dalam masyarakat. Bagaimana kita dapat memanfaatkan pengaruh media sosial untuk kebaikan? Bagaimana kita dapat menciptakan dialog yang positif dan menghindari adanya unsur pemecah belah?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun