Mohon tunggu...
Ahmad Dwi Bayu Saputro
Ahmad Dwi Bayu Saputro Mohon Tunggu... Guru -

http://ahmaddwibayusaputro.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buceng, Sebuah Sajian yang Mengandung Pesan Agama

27 Mei 2018   01:07 Diperbarui: 27 Mei 2018   01:52 2907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menengok sejarah Walisongo, ada sebuah tradisi "sekaten" yang diadakan oleh Kraton Surakarta dan Yogyakarta, yang dirayakan setiap tanggal 12 bulan Mulud untuk memperingati kelahiran baginda Rasul SAW. Istilah sekaten sebenarnya berasal dari bahasa Arab yaitu Syahadatain yang artinya dua syahadat. Namun karena saat itu lidah orang Jawa sangat sulit untuk mengucapkan kata syahadatain, maka kata yang digunakan adalah sekaten.

Di dalam acara sekaten tersebut, ada dua buah nasi tumpeng yang lengkap dengan berbagai isinya. Dua buah nasi tumpeng melambangkan dua buah syahadat, yaitu Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul. Syahadat Tauhid yaitu yakin bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Sedangkan Syahadat Rasul adalah yakin dan bersaksi bahwa nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT.

Dalam acara sekaten tersebut, dua nasi tumpeng merupakan lambang yang utama. Kata tumpeng, mempunyai makna nek metu kudu sing mempeng (kalau keluar harus sungguh-sungguh).

Maksudnya, kalau seumpama sudah pisah dengan orang tua, haruslah sudah matang dalam penguasaan ilmu agama dan pengalamannya. Ketika masih kecil diberikan ilmu agama melalui perantaraan TPQ, Madrasah Diniyah dan lain sejenisnya. Ketika masih kecil harus mempunyai semangat yang tinggi dalam mencari ilmu. Ilmu agama dan juga ilmu umum tak boleh ditinggalkan. Ketika sudah mulai besar, harapan orang tua terhadap anaknya tentunya mempunyai ilmu yang matang. Dengan mempunyai ilmu yang matang, hidup pun akan menjadi semakin percaya diri.

Ketika sudah besar, tentunya akan menikah dan berpisah dengan orang tuanya. Seumpama sudah mempunyai ilmu yang matang, hidup pun tidak akan canggung. Mampu mengatasi hidup yang baru bersama istrinya. Mampu mengatasi berbagai problem keluarga dengan istrinya sendiri.

Seumpama ilmunya belum matang, boleh saja mempunyai masalah yang sedikit namun tak kuat. Mempunyai masalah yang kecil, lapor kepada orang tuanya, yang terkadang malah akan memperkeruh suasana. Kalau orang tuanya mengayomi tentunya tiada masalah. Kalau orang tuanya saling membenarkan, membela anaknya meskipun mungkin salah, tentu akan membuat suasana menjadi semakin kacau.

Pengalaman di lapangan mengatakan jika sebuah keluarga yang orang tuanya masih ikut campur, yang ada bukan semakin indah, namun akan semakin gundah. Oleh sebab itu, mencari ilmu atau pengalaman sebanyak-banyaknya sangatlah dianjurkan. Dengan ilmu, tentu akan membuat kehidupan manusia menjadi semakin mudah.

Tukang becak misalnya, kelihatannya sangat sepele. Ketika ada seseorang yang mencoba mengayuh becak, ternyata akan sulit dan terasa berat. Hal itu disebabkan karena tukang becak mempunyai sebuah ilmu untuk mengayuh sebuah becak dengan baik dan benar. Selain itu tentu oleh karena sudah menjadi sebuah rutinitas.

Dalam nasi tumpeng tersebut, ada sebuah makanan yang namanya "buceng." Makanan ini dibungkus dengan menggunakan daun pisang atau daun bambu. Buceng di sini mempunyai makna yen mlebu kudu sing kenceng (kalau masuk harus sungguh-sungguh). Maksudnya, kalau masuk agama Islam harus dengan penuh totalitas, jangan setengah-setengah. Mempelajari ilmu agama itu tiada pernah habis. Agama ada hubungannya dengan kehidupan manusia. Agama akan selalu dipakai manusia oleh karena sebagai pegangan. Ilmu agama jika dipelajari semakin lama akan semakin menarik.

Mempelajari ilmu agama harus dengan seorang guru. Mempelajari ilmu agama dengan cara membaca buku sendiri tentunya akan kurang sempurna. Ilmu agama tak selamanya dapat dirasio dengan akal. Misalnya saja agama menganjurkan untuk berzakat. Secara akal memang berkurang, namun jika hanya itu saja yang digunakan, tentunya kehidupan pun tak akan maju atau berkembang. Tidak akan menemukan apa manfaat zakat bagi kehidupan manusia, terutama bagi pelaku. Dalam hal ini tentunya menggunakan keyakinan di dalam hati. Lakukanlah saja apa yang diperintahkan oleh agama, hingga manusia sendiri yang akan menemukan kenikmatannya.

Belajar ilmu agama itu tidak boleh setengah-setengah. Belajar ilmu agama dengan setengah-setengah akan berakibat rancau. Dulu senang dan sering mengikuti kegiatan yang ada di kampung halaman. Setelah itu, pergi dan merantau ke luar kota untuk mencari ilmu dan pengalaman.

Pulang dari merantau, bukannya membuat senang masyarakat namun malah membuat gaduh masyarakat. Dahulu senang tahlilan, namun sekarang mengatakannya haram, tidak boleh, tidak ada dasarnya dan lain sebagainya. Akibatnya, warga masyarakat pun banyak yang mengucilkannya.

Di dalam sebuah perkampungan, seorang yang mampu bergabung dengan masyarakat jauh akan lebih dihormati dan dihargai walaupun mungkin masih memiliki sedikit ilmu, daripada mempunyai seabrek ilmu namun tak mampu berbaur dengan masyarakat sekitar. Seumpama warga kampung mendengarkan ceramahnya, itu pun karena terpaksa. Setelah selesai pengajian, banyak warga kampung yang menggunjingnya di belakang. \

Pengajian pertama dan kedua berjalan lancar. Pengajian ketiga dan seterusnya, jamaahnya pun bubar oleh karena tidak sesuai dengan masyarakat pada umumnya. Yang diminta masyarakat adalah seorang ustadz yang mampu mengayomi, menghormati sejarah dan menjaga tradisi. Bukan seorang ustadz yang selalu membahas dan mengkritik sejarah atau budaya bagus yang sudah lama ada.

Untuk itu, maka harus menjadi buceng terlebih dahulu, sebelum kemudian menjadi tumpeng. Jika bucengnya kurang matang, maka harus dimatangkan terlebih dahulu. Jika bucengnya kurang matang maka tumpengnya pun akan kurang sempurna. Jika bucengnya sudah matang, dimakan pun akan terasa lebih enak. Selain itu, hidup pun akan semakin mudah dan lebih mudah diterima oleh masyarakat. Wallahu a'lam. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun