Mohon tunggu...
bayu Ichsan maulidy
bayu Ichsan maulidy Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa FKM Universitas Airlangga 2024

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Fenomena Anak-anak ke Masjid Demi Makanan: Perspektif Sosial, Agama, dan Moral.

20 Desember 2024   02:08 Diperbarui: 20 Desember 2024   02:08 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di zaman sekarang, tentu saja kita tidak jarang melihat masjid yang berbagi makanan. Pemandangan anak-anak memenuhi masjid untuk mendapatkan makanan menjadi fenomena yang sering terjadi. Fenomena ini memunculkan berbagai sudut pandang dari masyarakat.

Pandangan Umum Masyarakat

Dalam konteks ini, ada beberapa pandangan yang muncul. Yang pertama adalah pandangan positif. Sebagian orang memandang ini sebagai langkah awal yang baik untuk membiasakan anak kecil datang ke masjid. Meskipun dengan niat awal hanya untuk mendapatkan makanan, kehadiran anak-anak tersebut tetap membawa mereka ke lingkungan masjid. Dalam era teknologi seperti ini, sangat penting untuk mencetak generasi yang taat kepada Tuhan. Dengan datangnya anak ke masjid, meskipun dengan niatan mendapatkan makanan, mereka tetap berada di masjid dan mengikuti kegiatan yang ada di sana.

Namun, ada juga yang memiliki pandangan negatif. Mereka beranggapan bahwa kehadiran anak-anak hanya mengganggu kekhusyukan ibadah karena keramaian mereka. Anak-anak ini terkadang dianggap memanfaatkan masjid tanpa memahami tujuan utamanya sebagai tempat ibadah.

Konteks Sosial

Dalam konteks sosial, ada beberapa pandangan tentang fenomena tersebut:

  1. Kondisi Ekonomi: Anak-anak dengan kondisi yang kurang mampu sering memanfaatkan pembagian makanan gratis untuk menyambung hidup.

  2. Fungsi Sosial Masjid: Masjid bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat untuk menunjukkan kepedulian kepada sesama umat manusia sebagai makhluk sosial. Pembagian makanan adalah salah satu bentuk nilai kebersamaan dan kepedulian dalam masyarakat.

  3. Pendidikan Karakter: Meskipun niat awal mereka adalah untuk mendapatkan makanan, hal ini dapat menjadi pintu masuk bagi anak-anak untuk mendapatkan nilai-nilai agama dan sosial yang ada di lingkungan masjid.

Pandangan dalam Konteks Islam

Dalam konteks Islam, fenomena ini memiliki beberapa pandangan positif. Di antaranya adalah bahwa memberi sedekah atau berbagi merupakan tindakan mulia. Kehadiran anak-anak untuk mendapatkan makanan tidak bisa dipandang secara negatif, karena memberikan mereka makanan termasuk tindakan yang mulia. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

"Berikanlah makanan, sambunglah tali persaudaraan, dan shalatlah ketika manusia tidur, niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat." (HR. Tirmidzi).

Kehadiran anak-anak di masjid untuk mencari makanan seharusnya menjadi peluang untuk menanamkan nilai-nilai agama pada mereka, bukan justru dilihat sebagai sesuatu yang negatif.

Kesimpulan dan Solusi

Fenomena anak kecil yang ke masjid hanya untuk mencari makanan perlu dipandang dari berbagai sudut. Secara sosial dan agama, hal ini mencerminkan peran penting masjid sebagai tempat berbagi dan menebar kebaikan. Daripada melihatnya sebagai sesuatu yang negatif, ini bisa menjadi peluang bagi komunitas untuk membimbing anak-anak mengenal masjid, menanamkan nilai-nilai agama, dan membangun karakter mereka.

Sebagai langkah solutif, pihak masjid dan masyarakat bisa mengemas program edukatif sambil berbagi makanan. Dengan demikian, anak-anak datang bukan hanya untuk makan, tetapi juga untuk belajar dan mencintai lingkungan masjid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun