Pada usia 3-4 tahun, tentu anak belum mampu mengemukakan keinginannya terkait pembelajaran yang diharapkan. Berbeda dengan anak kelas 1 SD. Sebab, usia ini tentu penuh pendampingan.
Merdeka Belajar tidak serta merta membebaskan anak didik untuk belajar sesuka hati, melainkan pembelajaran yang diorientasikan pada anak, sebab pendidik wajib berorientasi pada anak dalam memberikan pembelajaran dan stimulus perkembangan anak lainnya.
Dalam konteks ini, pengenalan upacara bendera pada anak usia dini tidak sekadar menjadi rutinitas formal, tetapi bagian integral dari pengalaman belajar yang memberikan keleluasaan kepada anak-anak untuk memahami dan merasakan makna kebangsaan.
Namun, dalam format dan istilah yang lebih sederhana dan sangat simpel. Intinya, anak didik dapat mengetahui bahwa kegiatan ini, upacara bendera, merupakan satu kesatuan yang dipelajari di sekolah.
Dalam konteks Merdeka Belajar, pendekatan yang kreatif dan inovatif dapat diterapkan dalam memberikan pengalaman upacara bendera kepada anak-anak.
Membentuk barisan memanjang di halaman sekolah, melihat bendera merah putih, mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya, lagu nasional, dan lagu daerah, sekaligus pembacaan Pancasila oleh guru.
Pada jenjang PAUD, di mana kepribadian dan karakter anak-anak sedang dalam tahap pembentukan, pengalaman positif dalam upacara bendera dapat memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan karakter yang kuat dan positif.
Upacara bendera mencakup nilai-nilai disiplin, mandiri, tanggung jawab, dan kebersamaan. Pengenalan terhadap nilai-nilai ini sejak dini akan membantu membangun karakter anak-anak.
Tak hanya itu, kegiatan upacara bendera, bila dikaji lebih dalam pada enam aspek perkembangan anak usia dini berdasarkan kurikulum 2013, telah mencapai beberapa aspek perkembangan anak.
