Dalam perjalanan menuju pernikahan, tren "Hi Kids" menjadi semacam pemicu untuk membahas kesiapan menjadi orangtua. Persiapan ini tidak hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga kesiapan mental dan emosional.
Puncak tren "Hi Kids" adalah kerinduan untuk menjadi orangtua. Saat pasangan menjalani tahap awal kehidupan pernikahan mereka, keinginan untuk menyambut anak-anak menjadi fokus utama.
Tren ini tidak hanya mencakup antisipasi memiliki anak, tetapi juga komitmen untuk menyediakan lingkungan yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan mereka.
Saya melihat bahwa tren "Hi Kids" tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan panduan yang berharga. Melalui eksplorasi harapan, komunikasi yang efektif, dan keseimbangan antara harapan dan realitas, pasangan dapat membangun pernikahan yang kokoh dan harmonis.
Sebagai kesimpulan, tren "Hi Kids" di TikTok telah menjadi lebih dari sekadar fenomena media sosial; itu telah menjadi cermin aspirasi masyarakat dan individu terkait pernikahan dan kehidupan sebagai orangtua.
Saat individu menjelajahi kompleksitas membangun kehidupan bersama, momen "Hi Kids" menjadi bukti dari keinginan manusia yang abadi untuk hubungan, komitmen, dan kebahagiaan bersama ketika mereka menyambut anak-anak ke dalam hidup mereka.
"Hi Kids" bukanlah sekadar tren sosial; ini adalah refleksi dari perjalanan panjang dan kompleks menuju kehidupan bersama. Saya yakin bahwa setiap pasangan dapat membimbing diri mereka sendiri menuju pernikahan yang bahagia, membangun keluarga yang harmonis, dan merangkul setiap momen dalam perjalanan mereka.
Bayu Samudra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H