Jika kita melihat Amerika, Perjanjian Texas (Project Texas). TikTok harus mengikuti kebijakan Amerika, seperti pembangunan server di Amerika, pekerja pengelolaan harus warga negara Amerika, dan pengawasannya pun harus orang Amerika.
Kebijakan begitu saja, yang cukup ketat bagi Indonesia, Amerika malah masih curiga dengan TikTok, seolah TikTok selalu salah di mata patung Liberty.
Pendapat Menentang Pelarangan TikTok Shop
Pendorong pertumbuhan UMKM. TikTok Shop telah membantu banyak UMKM meningkatkan visibilitas dan penjualan mereka. Banyak pemilik usaha kecil dan menengah telah mendapatkan pelanggan baru melalui platform ini.
Jika tiba-tiba dilarang, jelas menimbulkan masalah baru. UMKM melemah akibat kehilangan pasar, perekonomian masyarakat turun (daya beli turun), dan pertumbuhan ekonomi negara anjlok. Siapa yang lebih menderita bila terjadi hal demikian? UMKM.
Inovasi digital. TikTok Shop merupakan contoh inovasi dalam perdagangan digital. Melarangnya dapat menghambat perkembangan e-commerce dan perdagangan online di Indonesia.
TikTok Shop memiliki pendekatan yang berfokus pada video dan konten singkat, yang memungkinkan pengguna melihat produk dalam aksi, berbeda dengan platform e-commerce lainnya yang lebih berfokus pada gambar statis.
Fitur FYP di TikTok memberikan pengalaman unik di mana produk ditampilkan berdasarkan preferensi pengguna, sementara di platform e-commerce lainnya, pengguna harus mencari produk secara aktif.
TikTok Shop memiliki gaya pemasaran yang lebih kreatif dan menghibur melalui video pendek. Sehingga produk yang ditawarkan mudah dicerna oleh kita dan serasa ingin memilikinya, dan akhirnya transaksi pun terjadi.
Harga bersaing, kompetitif. Harga yang lebih rendah bisa menguntungkan konsumen. Dengan lebih banyak pilihan dan persaingan, konsumen dapat memperoleh produk dengan harga yang lebih terjangkau.
Mengenai pendapat saya tentang pelarangan TikTok Shop, saya cenderung berpikir bahwa pengaturan dan pengawasan ketat adalah langkah yang lebih baik daripada pelarangan mutlak.