Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Single Salary PNS terhadap Financial Habit dan Kontribusi Pajak

17 September 2023   10:15 Diperbarui: 21 September 2023   17:04 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaji ASN, uang rupiah (Gambar oleh Mohamad Trilaksono dari Pixabay)

Kabar penerapan kebijakan sistem gaji tunggal bagi aparatur sipil negara, dapat dinilai sebagai kabar baik dan kabar buruk. Namun pasti lebih banyak kabar baiknya daripada kabar buruknya. Hanya saja kita kurang terbiasa.

Sebelumnya seorang pegawai negeri sipil, mendapatkan beberapa jenis gaji atau upah yang diterimanya baik gaji pokok beserta tunjangannya dalam beberapa kali tiap bulan. Jadi banyak jenis penerimaan atau pendapatan yang masuk ke dalam rekening seorang PNS.

Sesuai namanya, single salary akan memberikan kesan terhadap pola pembayaran atau pengupahan seorang PNS dengan penerapan sistem gaji tunggal. Seorang PNS akan memperoleh pendapatan tiap bulannya dalam satu kali pembayaran atau satu kali transaksi, sehingga nominalnya pun akan jauh lebih besar daripada tanpa penggunaan penerapan single salary.

Penerapan single salary bagi PNS bukan serta merta menghapus segala macam tunjangan PNS ataupun pendapatan selain gaji pokok yang diterima, akan tetapi secara sederhana, mengakumulasi berbagai macam gaji dan tunjangan untuk dijadikan dalam satu kali transaksi pembayaran upah atau penggajian.

Bila kita mencermati dengan jauh lebih teliti, penerapan kebijakan sistem gaji tunggal atau single salary bagi PNS, memberikan berbagai macam kemudahan dan manfaat yang dapat dirasakan oleh seorang PNS itu sendiri dan sistem manajemen ASN dalam hal pemberian gaji.

Pertama, sistem gaji tunggal memudahkan pengelolaan administrasi penggajian ASN. Gaji tunggal berarti bahwa semua komponen penghasilan ASN digabungkan menjadi satu gaji utama, sehingga lebih sederhana dan transparan.

Kedua, dengan sistem gaji tunggal, pemerintah memiliki kendali yang lebih baik atas anggaran karena tidak ada elemen bonus atau tunjangan tambahan yang perlu dikelola. Ini dapat membantu menjaga kestabilan keuangan negara.

Ketiga, dalam beberapa kasus, insentif atau tunjangan tambahan dapat menjadi subjektif dan sulit diukur. Dengan gaji tunggal, insentif dapat diberikan berdasarkan kinerja yang terukur dengan lebih jelas. Pemberian insentif yang lebih objektif.

Salah satu kelemahan utama sistem gaji tunggal adalah bahwa semua ASN menerima gaji yang sama terlepas dari perbedaan tanggung jawab, pengalaman, atau spesialisasi. Hal ini dapat mengurangi motivasi dan keinginan untuk meningkatkan kinerja.

Tanpa sistem insentif yang sesuai (seperti, tunjangan kinerja atau yang akan diberlakukan adalah sitem gradding), ASN mungkin tidak merasa termotivasi untuk meningkatkan produktivitas atau kinerja mereka. Sistem ini mungkin tidak memberikan dorongan yang cukup untuk meningkatkan kualitas layanan publik.

Bila ASN menerima gaji tunggal yang cukup besar, tanpa ada inisiatif yang jelas untuk menghemat atau berinvestasi, mereka mungkin cenderung untuk menghabiskan gaji mereka secara berlebihan. Ini dapat mendukung budaya konsumtif yang telah berkembang di masyarakat. Pun mungkin kurang termotivasi untuk mengembangkan kebiasaan menyimpan atau berinvestasi yang bijak.

Jika ASN tidak memiliki inisiatif untuk merencanakan keuangan mereka dengan bijak, ini dapat menyebabkan masalah keuangan di masa depan ketika mereka pensiun atau menghadapi peristiwa tak terduga.

Pajak (Gambar oleh Steve Buissinne dari Pixabay)
Pajak (Gambar oleh Steve Buissinne dari Pixabay)

Kaitannya dengan kontribusi pajak.

Sistem ini (single salary) dapat membantu meningkatkan pendapatan pajak negara jika dikelola dengan bijaksana, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan dan keadilan bagi ASN.

Sistem gaji tunggal dapat memberikan pemerintah lebih banyak kendali atas pengeluaran dan penghasilan ASN. Ini berarti pemerintah dapat mempertimbangkan penyesuaian tarif pajak yang sesuai untuk meningkatkan pendapatan pajak yang masuk ke kas negara.

Ya, semoga tidak diimbangi dengan beban tarif pajak yang naik. Sebab, implikasinya jelas ke arah tersebut.

Dengan kendali yang lebih baik atas anggaran dan pengeluaran ASN, pemerintah dapat menjaga keberlanjutan fiskal negara. Ini penting untuk memastikan bahwa negara memiliki sumber daya yang cukup untuk membiayai program-program pelayanan publik yang vital dalam penyelanggaraan oleh ASN.

Namun, pemerintah perlu berhati-hati agar tidak mengabaikan ketidakpuasan ASN terkait dengan ketidaksetaraan gaji. Ketidakpuasan ini bisa berpotensi menjadi masalah sosial dan politik yang dapat mempengaruhi stabilitas negara.

Maka perlu dipikirkan matang-matang kebijakan tersebut, alur proses penyelesaian masalah bilamana timbul permasalahan, dan sistem yang akan menjalankan kebijakan tersebut perlu disiapkan dengan sebaik mungkin, mengingat jumlah ASN Indonesia sangat banyak.

ASN (Aparatur Sipil Negara) memiliki potensi untuk menjadi daya tarik sebagai pekerjaan impian bagi generasi milenial.

ASN (Foto dari kompas.com/Firman Taufiqurrahman)
ASN (Foto dari kompas.com/Firman Taufiqurrahman)

Seperti saat ini, saya bercita-cita jadi PNS.

Ada beberapa pertimbangan terkait potensi ASN menjadi pekerjaan impian bagi generasi milenial dengan karakteristik seperti berpikir kritis, kreatif, berpengetahuan teknologi, dan cakap teknologi.

Generasi milenial yang berpikir kritis dan kreatif sering ingin mempengaruhi perubahan positif dalam masyarakat. ASN, terutama yang bekerja di sektor pemerintahan, memiliki peluang untuk berkontribusi dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan publik yang memengaruhi banyak orang. Ini dapat menjadi daya tarik besar bagi generasi milenial yang peduli dengan isu-isu sosial dan lingkungan.

ASN yang menggunakan teknologi informasi secara efektif dapat membantu modernisasi dan efisiensi dalam pelayanan publik. Generasi milenial yang mahir dalam teknologi mungkin merasa di tempat yang tepat untuk menerapkan keahlian teknologi mereka dalam lingkungan kerja ASN.

ASN memiliki potensi untuk pengembangan karier yang jelas dan program pelatihan yang berkelanjutan. Generasi milenial yang ingin terus belajar dan berkembang mungkin melihat ASN sebagai tempat yang menawarkan peluang ini.

ASN sering memiliki akses ke data dan informasi yang penting untuk pengambilan keputusan dan perencanaan. Generasi milenial yang cakap dalam teknologi dan analisis data dapat memanfaatkan sumber daya ini untuk membuat kebijakan yang lebih baik dan solusi yang lebih efektif.

Generasi milenial dapat berkolaborasi dengan ASN yang lebih berpengalaman untuk menggabungkan pemikiran kritis dan inovasi dengan pengetahuan dan pengalaman. Ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan produktif. Jadi, gak ada lingkungan kerja toxic.

ASN yang menawarkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat menarik generasi milenial yang menghargai fleksibilitas dan kualitas hidup. Ini penting banget bagi diri kita, worklife balance. Jangan biarkan pekerjaan di kantor diselesaikan di rumah, masalah di rumah dibawa ke kantor. Runyam.

ASN dapat memberikan generasi milenial peluang untuk berkontribusi pada solusi masalah-masalah sosial yang kompleks dan mendalam. Ini dapat memberikan rasa pemberdayaan dan kepuasan pribadi.

Namun, penting untuk diingat bahwa daya tarik ASN bagi generasi milenial juga bergantung pada bagaimana pemerintah dan institusi publik mengelola dan mengubah budaya dan sistem kepegawaian untuk mencerminkan nilai-nilai dan preferensi generasi milenial.

Perubahan seperti fleksibilitas kerja, penghargaan terhadap inovasi, dan peluang pengembangan karier yang jelas dapat meningkatkan daya tarik ASN bagi generasi milenial yang berpikir kritis, kreatif, dan teknologis.

Lantas, bagaimana pengaruh single salary terhadap financial habits?

Sistem single salary dapat membuat perencanaan keuangan menjadi lebih sederhana. ASN tahu persis berapa gaji yang akan mereka terima setiap bulan tanpa perlu mempertimbangkan fluktuasi yang disebabkan oleh bonus atau tunjangan tambahan.

Gaji yang tetap dan stabil dari sistem single salary dapat memberikan ASN rasa ketegasan dan stabilitas finansial. Mereka tahu persis berapa yang bisa diandalkan setiap bulan, yang dapat membantu mengurangi risiko ketidakstabilan ekonomi.

Struk belanja (Gambar oleh Steve Buissinne dari Pixabay)
Struk belanja (Gambar oleh Steve Buissinne dari Pixabay)

Mungkin awal-awal, penerapan single salary bagi PNS akan memberikan tantangan tersendiri bagi diri kita dalam melakukan pengelolaan keuangan. Awalnya kita terbiasa memegang gaji, anggaplah dalam kisaran 5 juta perbulan, kemudian tiba-tiba langsung mendapatkan 25 juta per bulan. Rasanya itu wow banget.

Jadi kemungkinan besar kita akan terkena efek psikologis daripada uang yang banyak tersebut. Seolah-olah kita harus terus berbelanja kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya dalam tanda kutip, tidak bermanfaat bagi kita atau tidak sama sekali dibutuhkan. Sangking banyaknya uang yang kita punya saat itu.

Oleh karena itu, sebagai upaya antisipasi dan penyiapan diri terhadap implementasi single salary bagi PNS, ada beberapa tips yang bisa diterapkan agar gaji yang diperoleh dapat bermanfaat bagi masa kini dan masa depan.

Belanja kebutuhan berdasarkan skala prioritas. Saya tidak akan menjelaskan banyak hal tentang skala prioritas, karena PNS pasti tahu. 

Bayarkan segala kredit atau angsuran atau cicilan yang ada pada bulan tersebut. Sebab bagi saya, membayarkan segala kredit adalah kewajiban mutlak yang harus segera diselesaikan. Bila dibiarkan, malah membuat diri kita sendiri yang repot.

Toh dalam anjaran agama, kita harus segera melunasi hutang. Tujuannya agar hidup kita menjadi lebih tenang, rileks, santai, damai, dan tentram.

Investasikan gaji yang diperoleh, minimal 10-15% dari gaji. Perbanyak portofolio investasi, baik itu obligasi, saham, reksadana, pasar uang, emas, bitcoin, atau properti. Bebaslah, yang penting ada dan disesuiakan dengan batas kemampuan finansial.

Jadi, siapkah kamu menjadi PNS dengan sistem single salary?

Bayu Samudra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun