Hal tersebut, jelas mengalahkan pasangan Ganjar-Khofifah. PDI-P tidak (kurang) berkuasa, sebab Gerindra yang berkuasa.
Akan tetapi apa jadinya, bilamana usulan dua pasangan calon berhasil disepakati oleh para ketua umum partai politik?
Tentu tidak lain, Prabowo Subianto akan disandingkan dengan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dan wakil presiden dalam kontestasi Pilpres mendatang. PDI-P dan Gerindra bersatu dalam poros yang sama.
Kemungkinan itu akan terjadi, apabila pasangan calon Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, tetap bersatu, solid sebagai paslon Pilpres 2024.
Hal mengejutkan akan terjadi, kemungkinan besar partai Demokrat akan tetap mendukung Anies-Imin, meski saat ini hubungannya kurang baik. Gak mungkin kan, Demokrat bergabung dengan PDI-P dibawah koalisi yang sama dengan Gerindra?
Bisa saja kan? Toh masih jauh dari masa pendaftaran paslon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2024 nanti. Kita boleh dan bebas menjodohkan mereka sesuka hati, gak usah nimbang bibit-bebet-bobotnya, beda cerita kalau kita kader partai.
Kenapa, Prabowo-Ganjar bukan Ganjar-Prabowo? Ini disebabkan oleh hasil negosiasi, yang mana mungkin PDI-P mengalah, kader usungannya harus puas menjadi calon wakil presiden, sebagai upaya perlindungan suara dan kuasa-nya dalam pemerintahan, lebih lagi nilai tawar pada Gerindra setelah kesepakatan dua paslon saja.
Kita lihat saja nanti, kepastian diantara mereka.
Lepas dari semua kemungkinan-kemungkinan tersebut, kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, pada saat pelaksanaan pemilu dan pemilihan presiden dan wakil presiden 2024 mendatang, siapapun kandidiatnya, tepatnya (Rabu, 14 Februari 2024), kita harus datang ke TPS, nyoblos bareng, milih bareng, ora pareng golput. Oke?
Bayu Samudra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H