Dalam politik tidak ada kawan dan lawan, yang ada hanya kepentingan bersama.
Jika benar, Ganjar Pranowo yang diusung oleh partai PDI Perjuangan harus tetap menduduki bursa calon presiden dalam Pilpres 2024, tentu akan menjadi pe-er tersendiri bagi partai bergambar kepala banteng tersebut. Siapa yang pantas bersanding dengan Ganjar?
Jika benar, Anies-Imin tetap solid dan maju menjadi pasangan calon presiden dan wakil presiden, kemungkinan PDI-P akan meminang Khofifah Indar Parawansa, sebagai kandidat calon wakil presiden yang akan bertanding dengan Ganjar Pranowo, sebagai upaya perebutan suara pemilih Jawa Timur.
Kenapa harus Khofifah? Bukankah ada sosok perempuan dalam kader PDI-P, seperti Tri Rismaharini. Ini strategi perebutan suara, Risma belum mumpuni merebut suara Jawa Timur.
Tidak ada yang tidak mungkin!
Meski kita ketahui bersama bahwasanya, Muhaimin Iskandar dan Khofifah Indar Parawansa berada dalam tubuh bendera yang sama, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), bukan tidak mungkin hal tersebut bisa terjadi.
Tentu konsekuensinya akan memecah belah suara partai PKB. Sebagai ketua umum PKB, Muhaimin Iskandar, mungkin akan mengambil langkah mengeluarkan Khofifah dari kader partai PKB, sebagai upaya menyolidkan suara PKB kepada paslon Anies-Imin.
Skenario selanjutnya, PDI-P akan menjadikan Khofifah sebagai kader partainya, dan tentu akan mendudukkannya sebagai calon wakil presiden dari Ganjar Pranowo.
Hal tersebut bukan tanpa tujuan dan prediksi, karena Khofifah memiliki peran sentral dalam suara pemilih di Jawa Timur, sebagai seorang gubernur, sebagai ketua umum Muslimat NU empat periode, representasi suara kaum perempuan, dan menteri sosial RI (2014-2018).
Tentu akan membagi suara pemilih di Jawa Timur, terhadap dukungan kepada paslon Anies-Imin.
Prediksi lain menyebutkan bahwa pasangan calon Ganjar-Khofifah, akan mengalami kekalahan dalam putaran kedua. Bilamana suara daripada paslon Anies-Imin, tidak memenuhi ketentuan, jelas pendukung mereka akan beralih ke paslon Prabowo-Erick pada putaran kedua.