Pasti yang terlintas dibenak kita semua, koperasi tentu bergerak dalam usaha simpan pinjam keuangan. Ini, jelas keliru.
Koperasi memiliki beragam jubah dalam menjalankan kegiatan usahanya, salah satu yang paling populer dan tak lekang oleh waktu, ialah usaha simpan pinjam. Masyarakat Indonesia secara sadar tahu bahwasanya koperasi identik dengan usaha tersebut, pinjam meminjamkan uang anggota koperasi dan dana kelolaan.
Akan tetapi, koperasi tak hanya sebuah wadah utang piutang yang mencekik masyarakat sekitar dengan bunga pinjaman yang amat rendah dan stabil, dua puluh persen per pinjaman dengan masa jatuh tempo sepuluh bulan.
Seperti yang kita tahu, koperasi disekitar kita dapat berupa koperasi unit desa (KUD)-yang belakangan ini tergantikan dengan BUMDes-sebab memang geliat KUD melemah dan tak sanggup mengurai persoalan masyarakat, koperasi simpan pinjam, hingga koperasi wanita.
Arah tulisan ini, sengaja tidak mendeskripsikan maupun membandingkan varian usaha dari berbagai koperasi yang ada, sebab kita semua, kudu eling marang pesen tembang ojo dibandingke.
Benar, apa yang diuraikan Mas Pical dalam tulisan terkait koperasi yang baru saja menduduki kolom headline tersebut, bahwasanya banyak persepsi masyarakat yang keliru, salah, luput terkait esensi daripada koperasi, jati diri dari sokoguru perekonomian bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu, koperasi tidak boleh menjadi wadah utang piutang semata tanpa upaya pemberdayaan perekonomian masyarakat sekitar, tidak boleh menjadi usaha keuangan bagi segelintir-entah hanya pengurus atau anggota koperasi saja- orang saja, dan tidak boleh menjadi instrumen perekonomian yang hanya ada diatas kertas tanpa aksi nyata.
Untuk mewujudkan upaya pemberdayaan perekonomian masyarakat, koperasi harus hadir ditengah-tengah kehidupan masyarakat, mendampingi segala aktivitas perekonomian, dan membangun sisi positif kekeluargaan sebagai salah satu fondasi pembentuk koperasi.
Salah satunya memberikan pelatihan dan pendidikan kepada anggota koperasi dalam keterampilan dan keahlian yang dapat menguntungkan perekonomian rumah tangga anggota maupun pengurus koperasi.
Maka dari itu, pengurus koperasi harus melihat peluang dan kesempatan apa yang memiliki nilai ekonomis dan praktis dalam pergerakan roda perekonomian masyarakat sekitar, misalnya kuliner, furniture, hingga tekstil.
Langkah nyata telah dilakukan oleh salah satu koperasi di Indonesia (baca: di tempat tinggal saya) dalam memberdayakan anggota koperasi dengan harapan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat atau warga binaan koperasi itu sendiri.
Mengingat saya yang tinggal di pedesaan (semi perkotaan, ndak ndeso-ndeso nemen yo ndak kuto-kuto nemen), cukup jauh dari bising klakson jalanan ibu kota, meski kadang macet di tol langit, ya kurang lebihnya begitu.
Koperasi Wanita Sumber Rejeki, kopwan sr, menginisiasi pelatihan dan pendidikan bagi anggota koperasinya dalam keterampilan dan keahlian membuat olahan makanan (bidang kuliner) dengan tujuan dapat dijadikan sebagai salah satu usaha produktif dan ekonomis bagi masyarakat sekitar terutama anggota binaan koperasi.
Kopwan SR, membentuk kelompok kecil dalam dalam beberapa keanggotaan koperasi dan mengarahkan kegiatan keterampilan dan keahlian membuat olahan makanan yang berdaya saing dan memiliki nilai penjualan yang baik di dalam masyarakat sekitar.
Pada mulanya, pengurus Kopwan SR melihat beragam kuliner yang ada di jalanan kota, jajanan sederhana yang bahan bakunya berasal dari desa, modal kecil, proses pembuatan sederhana, dan tidak menyita waktu berlebih untuk memproduksi.
Berangkat dari sana, Kopwan SR memberanikan diri untuk menginisiasi pelatihan keterampilan pengolahan makanan pada para anggotanya. Salah satunya, keterampilan pengolahan makanan pisang coklat, rempeyek kacang tanah, onde-onde, pastel, puding, dan lainnya.
Anggota koperasi yang lebih lihai dan pandai mengelola makanan akan menunjukkan ketrampilan yang dimilikinya dalam mengkreasikan produk olahan sehingga menciptakan olahan baru, inovasi olahan makanan. Seperti pisang geprek coklat keju, pisang molen, rempeyek kacang kedelai, rempeyek kacang hijau, rempeyek ikan asin, onde-onde pelangi, pastel isi sayuran, puding buah, hingga jajanan inovatif lainnya.
Jajanan-jajanan tersebut, memang sangat mudah ditemukan di sudut-sudut kota, tapi jarang di desa. Paling mentok ya ada di acara resepsi pernikahan saja, acara peringatan hari kematian-selametan-hingga sesajen.
Tujuan pelatihan keterampilan pengolahan makanan bagi anggota koperasi tersebut, ialah transfer ilmu pengolahan makanan dari ahlinya, bergerak bersama dalam peningkatan perekonomian masyarakat, mengasah hard skill dan soft skill dalam dunia produktif, hingga mewujudkan manfaat jangka panjang melalui upaya bisnis kuliner.
Dengan hal tersebut, tidak menutup peluang usaha baru tercipta bagi kehidupan masyarakat, lebih-lebih para anggota koperasi. Hal itu dapat mewujudkan kerja sama antar anggota koperasi dalam membangun usaha produktif pengelolahan makanan berskala mikro dan kecil, yang akhirnya berdampak pada perwujudan industri mikro kecil di sekitar masyarakat.
Tak hanya sebatas usaha produktif secara langsung, melainkan usaha dalam bidang jasa pengolahan makanan, seperti pembukaan jasa pengolahan makanan di acara resepsi warga masyarakat (tukang buat kue, koki kue) hingga usaha catering makanan dan kue.
Namun dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut, sumber modal usaha bisa tetap berbasis kekeluargaan, modal patungan, jadi di dalamnya tidak ada gap majikan dan pembantu, sebab semua anggota menjadi pemilik dan pengelolaan kegiatan usaha produktif tersebut.
Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi perselisihan antar masyarakat, persaingan bisnis yang tidak sehat, dan usaha mempererat tari persaudaraan masyarakat sekitar agar tumbuh dan berkembang bersama dalam satu wadah, satu rahim menuju peningkatan perekonomian.
Jadi, koperasi tidak dapat dianggap remeh keberadaannya. Sebab punya dampak besar bagi kemajuan pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia.
Sudahkan kamu tergabung menjadi anggota koperasi?
Bayu Samudra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H