Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kritik dan Saran bagi Dunia Sepak Bola Pertiwi, Jangan Ada Lagi Malang yang Malang

2 Oktober 2022   12:30 Diperbarui: 2 Oktober 2022   12:43 3931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kericuhan dan kerusuhan mewarnai pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 - Arema FC dan Persebaya (Foto milik Kompas.com/Suci Rahayu)

Mengenai hari pelaksanaan pertandingan, ada sejarah kelam apa sehingga harus selalu ditandingkan di malam hari dan penghujung pekan. Atau ini upaya bisnis, sebab meraup keuntungan berlipat bila dilakukan pada waktu-waktu tersebut? Tak usah munafik, pasti iya.

Apakah tidak bisa, diselenggarakan di hari kerja (Senin-Kamis) pada jam pagi hari. Bukankah dahulu, kita diajarkan di sekolah untuk berolahraga di pagi hari, berkompetisi di pagi hari, latihan di sore hari, dan beristirahat di malam hari. Kemana implementasi ajaran tersebut?

Terkait sanksi apabila ada kerusuhan. Bukan sanksi uang yang saya harapkan dari para petinggi penyelenggara. Sebab, uang bisa dicari dengan mudah. Tapi, kesempatan berlaga tidak akan datang dua kali. Sesekali buatlah aturan sanksi skorsing pembekuan tim sepak bola selama satu musim.

Atau ada aturan maksimal perolehan kartu kuning selama musim pertandingan bagi tim sepak bola, misal maksimal tiga kartu kuning selama musim. Dengan begitu, mungkin kita akan melihat wajah-wajah baru tim sepak bola Pertiwi yang lebih berkualitas.

Ketiga, suporter tim sepak bola. Berdasarkan pepatah, banyak kepala semakin berisik dan pengambilan keputusan menjadi tidak mudah dan penuh tekanan (obsesi). Suporter bukanlah suatu organisasi, melainkan perkumpulan sejumlah orang yang memiliki tujuan yang sama tanpa ada aturan yang jelas, tanpa koordinasi, dan tanpa arah dalam arti bebas, tak terkontrol.

Segala tindakan yang dilakukan oleh suporter, dilandasi oleh pemikiran pribadi masing-masing individu. Jadi, segala resiko ditanggung secara pribadi.

Keempat, petugas keamanan. Andai ada aturan, tiap lima orang suporter dijaga oleh satu personel TNI/Polri guna menciptakan kesempurnaan keamanan, maka saya yakin, kerusuhan sekecil apapun tidak akan terjadi. Personel keamanan tersebut ditempatkan tribune-tribune berjajar berbaris duduk bersama suporter.

Kenapa harus seketat itu? Bukankah tugas mereka, TNI/Polri menjaga ketertiban masyarakat dan melindunginya dari segala macam marabahaya, termasuk gangguan? Terlebih ada banyak pasukan. Gak bakal kualahan. Toh gak ada pertandingan sepak bola yang diselenggaran dalam waktu dan jam yang sama? Pasti mampu. Yakin saya.

Oke, begitu saja kritik dan saran bagi dunia sepak bola Indonesia. Semoga ada upaya nyata dan serius dari mereka untuk membenahi wajah kusam sepak bola Indonesia.

Bayu Samudra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun