Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Fiksi Korban Erupsi Semeru dari Relawan yang Menginspirasi

7 Desember 2021   14:32 Diperbarui: 7 Desember 2021   15:15 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duka Semeru (nasional.kompas.com)

Beredar banyak cerita atau kronologi fiksi, mengenai kisah-kisah korban erupsi Semeru di berbagai media sosial. Sebut saja kisah Rumini.

Ditemukannya korban erupsi Semeru dalam berbagai moment, seperti terkubur dalam bangunan atap rumah yang tertimpa abu vulkanik, berpelukan dengan keluarga tercinta, bahkan dalam keadaan menghadap Tuhan. 

Kondisi korban yang demikian, membuat berbagai relawan mencoba menganalisa kejadian erupsi tersebut guna mengaitkan antara sikap dan moral manusia terhadap manusia lainnya dalam keadaan genting.

Sehingga, memunculkan beberapa cerita dramatis menyayat hati yang membuat pembaca kisah berlinang dan bercucuran air mata. Sedih, pedih, ngeri, dan mencekam.

Kisah dari relawan yang membentuk sebuah opini menggiring publik bahwa apa yang diceritakan atau dituliskan adalah fakta adanya. Meski, relawan dan saya sendiri tidak tahu Persih bagaimana kejadiannya sehingga para korban ditemukan dalam keadaan haru duka.

Bagaimana tidak saya katakan cerita fiksi, bahwasanya narasi yang tersebar di media sosial menggambarkan sebuah percakapan antara ibu dan anak misalnya. Yang jelas, ini tidak ada yang tahu, kecuali Tuhan dan mereka yang bergelut dengan nasib hidup dan mati. Kecuali, bilamana yang bersangkutan dapat selamat, maka lain ceritanya.

Yang pasti, paling tidak cerita para relawan dengan asumsinya dapat dibenarkan agar menjadi sebuah pembelajaran bagi kita semua. Pembelajaran tentang rasa peduli, rasa hormat, rasa patuh, rasa cinta, dan rasa kasih sayang.

Dari berbagai kisah fiksi yang tersebar luas di media sosial dengan sudut pandang relawan yang menggugah hati, kita dapat belajar banyak tentang makna kehidupan manusia, antara lain;

Pertama, kita belajar menyerahkan jiwa raga kepada Tuhan semesta alam. Sebab hidup dan mati diri kita, ada di tanganNya. Tidak ada keraguan bagi kita, untuk menghindari sejengkal pun takdir kematian kita. 

Hal ini ditafsirkan melalui penemuan korban erupsi Semeru yang berada di dalam rumah, sehingga mereka tertimpa, terkubur oleh abu vulkanik.

Kedua, kita belajar saling melindungi dan penuh cinta kasih sayang. Tiap manusia tentu harus saling melindungi diantara yang lain. Sebab, pada dasarnya manusia ialah makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Sekaligus makhluk yang punya perasaan, iba, simpati, dan empati. Maka dari itu, wajar bila manusia memiliki rasa cinta dan benih kasih sayang.

Hal ini dibuktikan dengan beberapa penemuan korban jiwa bencana alam Semeru yang salin berpelukan, baik ibu dan anak, ibu dan seorang bayinya, anak dan bapaknya. Mereka kehilangan nyawa dengan membawa rasa kasih sayang yang tulus diantara keduanya.

Ketiga, kita belajar tentang rasa hormat dan patuh, terlebih pada orang tua. Sebagai seorang anak, tentu punya peluang hidup lebih besar sebab masih ditopang dengan kekuatan jiwa dan raga, untuk lari sekencang-kencangnya menjauhi paparan lahar dan abu vulkanik. Nyatanya, mereka tidak mau meninggalkan orangtuanya, orang yang membesarkannya, dan orang yang merawatnya. 

Mungkin, mereka mendedikasikan hidupnya untuk orangtuanya, menghormati dan punya rasa patuh besar untuk tetap berada di samping orangtua mereka meski ajal menjemputnya. Sebab, dengan begitu mereka dapat hidup mulia bersama sang orangtua di surga.

Keempat, kita belajar peduli. Mereka para korban erupsi Semeru yang selamat, sejatinya seseorang yang peduli. Mereka bahu-membahu menyelamatkan sesamanya, tanpa memandang apapun. Tidak ada perbedaan kasta ekonomi. Semua bergandengan berjalan bersama menjauhi dan lari dari kematian yang mengancam.

Sejatinya, hanya empat pembelajaran hidup itu saja yang dapat saya simpulkan dari berbagai cerita fiksi yang sejatinya fakta di lapangan, korban erupsi Semeru.

Jadi, terima kasih kepada para penulis kisah-kisah inspiratif korban erupsi Semeru yang harapannya dapat memantik nilai-nilai moral dalam kehidupan diri kita ke depan.

Bayu Samudra

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun