Geladak Perak adalah nama jembatan yang menghubungkan ruas jalan selatan Malang - Lumajang. Ada dua buah jembatan, yang baru dan lama. Terdapat kisah dan banyak kenangan atas kedua ruas jembatan tersebut. Pasalnya salah satunya adalah peninggalan zaman kolonial.
Geladak Perak sesungguhnya nama jembatan lama yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. Setelah adanya jembatan baru, yang posisinya di atas sebelah timur Geladak perak, jembatan baru ini tetap menggunakan nama yang sama dan masyarakat sangat familiar dengan nama tersebut.
Bahkah canggah ayah saya menjadi salah satu pekerja pembangunan Geladak Perak di masa tersebut. Merasakan betul bagaimana sikap penjajah di kala itu. Kurang makan, waktu istirahat tak ada, dan tanpa upah yang pantas.
Kini, monumen itu, saksi kekejaman penjajahan di bumi Arya Wiraraja hilang tersapu lahar erupsi Semeru kemarin (4 Desember 2021). Begitupun dengan kisah takjub dan megah jembatan baru penghubung Malang dan Lumajang itu, turut sirna. Cek di google aja ya spot Geladak Perak.
****
Berdasarkan kejadian erupsi Semeru, BPBD telah membangun posko pengungsian di beberapa titik. Sekurangnya ada 300 kepala keluarga mengungsi. Sejak kemarin, kebutuhan pangan instan (nasi bungkus atau nasi kotak catering-an) menjadi bahan utama yang snagat diperlukan pengungsi.
Alhamdulillah, atas uluran tangan masyarakat sekitar dan respon cepat tanggap pemerintah dapat bahu membahu memenuhi kebutuhan pangan dan persediaan pangan untuk beberapa hari ke depan.
Pagi tadi, juga ada kunjungan dari Menteri Sosial, Ibu Tri Rismaharini ke Pronojiwo Lumajang.