Sulit menjelaskan perihal kehilangan kepada anak-anak. Apalagi sesuatu yang sangat disayanginya. Gak mudah meyakinkan seorang anak menerima keadaan pilu, sedih, dan perpisahan. Benar apa benar?
Kita ambil contoh aja, benda mati, mainan. Tiap anak di seluruh keluarga pasti punya mainan. Meski hanya selembar kertas lipat berwarna kuning, ketika sudah kehilangan, dan kita berikan kertas kuning yang sama, anak belum tentu mau dan bersedia menerima. Mengapa demikian?
Seorang anak memiliki ingatan yang kuat, tak khayal ada aturan untuk menanamkan budi pekerti yang baik kepada anak agar menjadi anak yang berbudi luhur. Emangnya siapa sih pekerti dan luhur, kok selalu ngikutin budi? Abaikan aja. Gak lucu kan?
Atas dasar ingatan yang kuat tersebut, anak mampu mengenali mainannya atau tidak. Jadi, ketika mainan hilang atau terselip entah dimana, dan kita ganti dengan yang baru meski rupanya seragam, anak gak bakal mau. Malah semakin menjadi untuk terus dicari.
Terlebih lagi faktor cinta pertama anak terhadap sesuatu, baik benda hidup dan benda tak hidup. Ketika anak diberikan sebuah boneka untuk pertama kalinya, dia langsung mengamati setiap detail boneka, dari rambutnya, matanya, hidungnya, pakaiannya, kakinya, sepatunya, dan semua yang menempel di tubuh boneka akan direkam dan disimpan baik-baik dalam ingatannya.
Apabila suatu ketika boneka tersebut hilang atau tertinggal di rumah temannya, anak tersebut akan mencarinya sampai ketemu. Kalaupun gak ketemu, terus aja dicari. Karena sudah mainan kesayangannya. Gak bakal mau diberikan mainan yang sama. Kalaupun mau, keesokan harinya pasti dan pasti ditanyakan kembali.
Bagaimana kalau yang hilang adalah hewan kesayangan anak?
Kedekatan anak dengan hewan, binatang kesukaannya lebih dekat ketimbang barang atau benda kesayangnnya.Â
Ketika seorang anak mendapatkan hadiah atau pemberian seekor binatang, benda hidup, rasa ingin tahu sang anak meningkat berkali-kali lipat. Sehingga tak aneh, bila anak akan selalu ngobok-ngobok atau ngusek ae atau ecer-lecer (apa sih bahasa Indonesia yang tepat, kok mentok banget gitu) binatang kesayangannya.
Anak akan mengamati dengan saksama, setiap gerakan sang binatang. Mungkin dalam benak sang anak timbul ratusan pertanyaan terhadap seekor binatang saja. Dan untuk mengungkapkan hal itu anak belum mampu, hanya dapat kita rasakan tanda-tandanya, sia anak selalu memperhatikannya.