Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Siapkan Ini Dulu Sebelum Mencari Beasiswa

24 November 2021   15:11 Diperbarui: 3 Desember 2021   13:00 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendapatkan beasiswa kuliah. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Sekolah maupun kuliah dengan beasiswa, enak gak enak sih. Apakah kamu salah satu pelajar yang berhasil mendapatkan beasiswa? Gimana tips mencari beasiswa?

Sebuah bantuan pendidikan yang diberikan khusus kepada pelajar/mahasiswa pilihan, terbaik, termapan, dan ter-excellent. Mengapa demikian?

Pasalnya beasiswa memang diperuntukkan bagi mahasiswa atau pelajar yang berprestasi, bukan prestasi juara satu lomba makan kerupuk ya, tapi prestasi akademik maupun non akademik, sekali lagi bukan prestasi menang balap karung (non akademik). Berkaitan dengan bidang keahlian, semisal sains dan matematika.

Juara olimpiade siswa nasional (OSN) bidang matematika, fisika, bahkan kimia. Portofolio semacam ini, menjadi awal daripada gerbang beasiswa terbuka lebar bagi mereka yang meraihnya. 

Bagaimana dengan protofolio juara lari, renang, bulutangkis, biola, dan segala macam kejuaran non akademik lainnya? Sama aja, sama diperhitungkan dalam penerimaan beasiswa.

Mimpi besar ini, mimpi adalah kunci, tepat bila disandingkan dengan gerbang beasiswa. Sebab kuncinya adalah prestasi. Siapapun yang berprestasi, pasti akan ada peluang mendapatkan beasiswa. 

Misal seorang anak yang mahir bermusik dan sering keluar jadi pemenang ajang musik, anggap saja pianis, maka akan ada tawaran beasiswa pendidikan musik (piano) dari institusi di bidang musik. Jika di Indonesia ada ISI (Institut Seni Indonesia).

Baiklah, kembali lagi ke poin awal. Sasaran penerima beasiswa adalah pelajar atau mahasiswa berprestasi, baik akademik dan non akademik. 

Ketika kamu tidak pernah dan belum pernah menjuarai kompetensi apa pun, maka tidak serta merta ditolak dalam pengajuan beasiswa. Masih ada peluang untuk mendapatkan beasiswa, jika pun akhirnya tidak disetujui, mungkin beasiswa tersebut sedang memprioritaskan sasaran beasiswanya.

Secara garis besar, beasiswa itu macamnya banyak. Mulai dari badan atau lembaga yang membiaya, yang memberikan beasiswa, seperti pemerintah (LPDP dan atau BUMN), internal kampus, dan pihak swasta (yayasan, lembaga swasta); beasiswa yang mencari sasaran tertentu, misal beasiswa khusus karyawan atau PNS, beasiswa khusus dokter dan tenaga medis, beasiswa mahasiswa/pelajar kurang mampu, dan beasiswa mahasiswa/pelajar berprestasi.

Kuliah dengan beasiswa, yahut (campuspedia.id)
Kuliah dengan beasiswa, yahut (campuspedia.id)

Setiap jenis beasiswa tentu memiliki prosedur dan persyaratan yang berbeda. Jadi, langkah awal sebelum mendaftar pada sebuah program beasiswa, kenali dahulu penyedia dan sasaran program beasiswa.

Bukan asal cari info lowongan beasiswa, lalu langsung mendaftarkan diri, tanpa membaca persyaratan dan ketentuan beasiswa secara rinci. 

Ini kesalahan, pengajuan beasiswa langsung ditolak, dan kamu bakal rugi biaya, tenaga, dan waktu dalam menyiapkan berkas yang dibutuhkan program beasiswa tersebut.

Tak hanya itu, kemampuan kompetensi atau akademik sangat diperhitungkan dalam penerimaan calon pelajar/mahasiswa penerima beasiswa. 

Misal salah satu program beasiswa memberikan syarat bagi calon pendaftar beasiswa untuk memenuhi ambang batas minimal atau syarat pengajuan program, misal calon mahasiswa/pelajar memiliki nilai ipk 3.25 (tiga koma dua puluh lima), atau untu anak sekolah menengah, paling tidak nilai akademik mencapai angka 80-85%.

Sebagai tambahan, waktu dulu kuliah, saya tuh sering banget ngajukan beasiswa PPA dan CSR Perbankan. Enak dong, tiap tahun dibayarin orang. Kata siapa? Emangnya lolos seleksi? Enggak.

Awal ada program beasiswa PPA di kampus, saya sudah semester empat. Kebetulan, syaratnya adalah sudah menempuh tiga semester. Akhirnya daftar, eh ditolak. 

Kenapa? Nilainya terlalu minimalis. IPK sementara saya, mulai semester 1-3 berada di posisi 3.00, pas sama dengan minimal kualifikasi calon penerima beasiswa. 

Kan udah jelas, latar belakang beasiswanya adalah prestasi akademik, jadi nilai harus mentereng, paling tidak 3.75 atau 3.89, pastilah diperhitungkan. Ya yang namanya IPK 3.00, banyak yang dapat dan jelas dieliminasi.

Oke, semester lima saya ketemu beasiswa dari perbankan, CSR Perbankan. Syarat masih sama-sama aja, nilai IPK saya udah naik, meski ya syukurlah ada penambahan. Dengan bondo IPK nekat dan miris, 3.16 saya daftar. Diterima? Jelas, gagal maning.

Dengan demikian, saya menyimpulkan bahwa untuk dapat disetujui pengajuan beasiswa apapun itu, kamu harus memiliki nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) sebesar mungkin, minimal 85-95% persen dari nilai sempurna. 

Maka paling tidak kamu sudah mengantongi nilai IPK 3.4 dari skala 4, dan bagi beasiswa pelajar minimal angka rata-rata nilai kamu adalah 85-95 poin.

Mengapa? Karena saringan awal program beasiswa mematok angka tinggi bagi calon penerima. Eliminasinya harus besar-besaran. 

Wajar, dong, yang daftar ribuan mahasiswa, jika IPK 3.00 yang meskipun syarat minimal (ya pasti dieliminasi habis-habisan) tetap diikutkan proses seleksi lanjutan, ya bakal memakan waktu lama. Jadi, ambil gampangnya. 

Otomatis, selama kamu studi, jadi mahasiswa atau pelajar, harus meraih ipk per semesternya pada posisi 3,4 (tiga koma empat) atau 85 rata-rata nilai raport kamu. 

Selain tinggi, kamu bisa dengan mudah mendapatkan beasiswa, sebab pintu gerbang telah menerima kamu masuk ke dalam ujian selanjutnya. Sebab ada pepatah, gantunglah cita-cita setinggi langit jika pun jatuh, kamu masih jatuh di kumpulan awan, asal bukan awan comulunimbus  ya, bisa ambyar.

Pada kenyataannya, ada beasiswa full study dan hanya pada semester tertentu. Soalnya, dari tadi saya hanya berbagi pengalaman untuk  beasiswa sewaktu-waktu atau part time study. Bah, keminggrisnya salah, pokok sudah keminggris.

Untuk beasiswa penuh, selama studi, seleksinya lebih ketat lagi, dan kualifikasinya pun tinggi, serta dibuka hanya ratusan orang saja. Apakah sepi peminat? Wah malah ini yang membludak. 

Maka tambah garang panitia seleksi dalam menyortir prestasi-prestasi akademik dan non akademik calon penerima beasiswa. Gak mudah lolos di program beasiswa penuh, tapi pasti ada keajaiban untuk dapat lolos di dalamnya.

Kita ambil contoh, beasiswa LPDP S2 dan S3, persyaratanya segudang, kualifikasinya tinggi, dan proses seleksinya panjang dan melelahkan seperti melewati jalan tol, oleng dikit buyar. Ya yang namanya beasiswa penuh, semua orang pingin, tapi hanya sebagian saja yang dapat meraih. 

Sebagai tambahan, prestasi non akademik juga dipertimbangkan dalam penentuan calon penerima beasiswa. 

Kalaupun gak punya, keahlian di luar bidang akademik juga dapat diperhitungkan, sebab bernilai prestasi, seperti bermain piano, catur, badminton, biola, karawitan, dan semuanya. Harapanya, seorang individu mendapatkan dua keilmuan, baik akademik dan non akademik.

Jadi, dua poin itu saja (tips mencari beasiswa) yang harus kamu miliki sebelum mencari bahkan mendaftarkan diri dalam program beasiswa. Tetap semangat belajar dan pantang menyerah meraih target.

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun