Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jadi Pejabat Anti Korupsi? Kamu Harus Miliki Dua Hal Ini

19 November 2021   13:24 Diperbarui: 20 November 2021   21:33 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aparatur Sipil Negara (kompas.com)

Menjadi pejabat atau lebih dikenal sebagai ASN adalah idaman semua orang, terutama kaula muda. Lebih-lebih menjadi menantu yang disayang mertua. Hal ini dibuktikan dengan tingginya partisipasi pendaftar CPNS 2020. Soalnya saya pun ikut daftar.

Seakan telah tertanam budaya, putra-putri dari sebuah keluarga harus ada yang jadi aparatur sipil negara, untung-untung jadi pejabat negara. Terutama keluarga yang dari awal adalah ASN, misal ayahnya ASN atau ibunya, maka anaknya harus ASN pula.

Tak jarang untuk meraih kedudukan sebagai abdi masyarakat tersebut, banyak tindakan kriminal, bertentangan dengan hukum bahkan norma agama. Tindakan culas selalu ada disetiap ajang besar pencarian ASN, itu dulu. Sekarang, sudah mulai diperketat dengan berbagai aturan bahkan ada batas minimal yang harus dicapai agar bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya. Namun bukan berarti terbebas dari praktik nepotisme, tapi sudah ada penurunan yang signifikan.

Artikel ini tak akan membahas bahkan menginvestigasi dugaan kecurangan dalam seleksi CPNS yang sudah-sudah, ataupun yang tengah hangat dibicarakan dikalangan elit dan masyarakat sejak beberapa minggu kemarin. Akan tetapi, akan memberikan sedikit renungan bahkan kritik kepada para ASN yang hobi melanggar aturan dan tukang tipu laporan anggaran keuangan.

Setelah membaca artikel Mas David, saya berkomentar bahwa menjadi seorang pejabat atau ASM setidaknya harus memiliki dua hal di dalam dirinya agar terhindar dari aksi korupsi, kolusi, dan nepotisme, sekaligus seluruh tindakan yang seyogianya merupakan pelanggaran hukum.

Jadi pejabat anti korupsi, emang bisa? Bisa dong.

Kamu hanya perlu menyiapkan dua hal ini dalam hidupmu, untuk bisa menjadi pejabat atau aparatur sipil negara yang baik, patuh, dan anti korupsi.

Jadilah kaya terlebih dahulu.

Menjadi kaya, bergelimang harta adalah salah satu tujuan hidup semua manusia. Banyak cara diterapkan agar bisa kaya bahkan terlihat kaya, bak sultan-sultan yang kini sudah menghiasi beranda media sosial bahkan jagat media massa.

Kerja keras adalah fondasi utama meraih kekayaan. Kerja siang malan, kehujanan kepanasan, bahkan rela bertindak kejahatan untuk menjadi kaya. Gila harta. Kamu jangan gila harta ya, kerjalah sesuai kemampuan dan keahlianmu, itu lebih baik bagimu dan orang lain. Sebab kamu tidak menyakiti dirimu dan orang lain karena sikapmu.

Banyak orang yang keliru, menganggap jadi pejabat atau ASN dapat membuat kaya, bergelimang harta. Tidak. Menjadi abdi masyarakat bukanlah tempat menjadi kaya raya. Sebab sejatinya, abdi, adalah bentuk proses pengabdian kepada masyarakat. Jadi, tujuan utama menjadi aparatur sipil negara adalah melayani masyarakat dengan segala permasalahan dan keruwetannya.

Namun, karena tertanam pola pikir demikian, banyak ASN yang menyimpang dari tata aturan kerjanya. Bukan lain dan tidak bukan, mencari keuntungan disela-sela pekerjaanya sebagai pelayan masyarakat. Bukan mendirikan kedai kopi bahkan membuka warteg, melainkan bertindak curang dengan suap-menyuap, korupsi, memanipulasi anggaran belanja pemerintah. Tujuannya hanya satu, ingin kaya penuh harta.

Caranya itu yang salah. Mereka pejabat yang berperilaku menyimpang, beranggapan bahwa dengan menjadi ASN dapat membuat mereka kaya, punya banyak aset tanah dan kendaraan, penulisan angka nol di tabungan hingga tak muat, dan hidup penuh kemewahan.

Salah besar jika kamu, calon ASN bahkan yang sudah menjadi ASN, memiliki cita-cita kaya dengan jadi ASN.

Berdagang agar bisa menghasilkan keuntungan yang banyak (kompas.c0m)
Berdagang agar bisa menghasilkan keuntungan yang banyak (kompas.c0m)

Bagaimana jika kamu ingin kaya? Berdaganglah. Dengan berdagang kamu dapat meraup keuntungan yang banyak dan berlipat-lipat ketimbang dngan gaji dan tunjangan sebagai ASN. Membuka usaha kedai kopi, membangun warteg, berjualan online, jadi tengkulak sayur (seperti saran Mas Ozy), bahkan menjadi eksportir kerajinan batok kelapa. Tapi, dagang dengan cara yang benar ya. Ini resep awet berdagang.

Sedikt-sedikit lama-lama menjadi bukit. Ambilah sedikit keuntungan tiap transaksi jual beli, lama-lama akan menjadi banyak dan usaha perdaganganmu lancar dan langgeng hingga akhir hayat.

Kenyangkan dahulu perutmu.

Kenapa harus kenyang? Ketika kita lapar, pikiran kita hanya satu, mengenyangkan perut terlebih dahulu. Caranya? Beli makanan, memasak makanan, baru menyantapnya. Juga butuh proses panjang.

Ketika diri kita sudah kenyang, kita akan berpikir lebih baik dan bekerja dengan benar. Sehingga apapun yang menjadi tanggungjawab kita akan dikerjakan sesuai aturan, objektif, dan tepat. Tidak lagi memiliki pikiran mumpung ada santapan (kebijakan atau program kerja baru) mending nyaplok dulu.

Satu lagi kesalahan pandangan masyarakat, bahwa menjadi ASN bakal membuat kenyang. Segala kebutuhan rumah tangga terpenuhi, bahan pokok, detergen, popok, dan sebagainya. Memang iya, semuanya terpenuhi dengan adanya tunjangan. Tapi, mereka lupa bahwa ada aturan ASN mana saja yang akan mendapatkan tunjangan, itupun angka tunjangannya ya segitulah, cukup.

Ketika sudah masuk jajaran ASN, barulah terasa masalah mencukupi kebutuhan konsumsi tidak semudah yang dibayangkan, gaji pokok saja kurang, benar apa benar, nih para ASN?

Jadi, mereka perlu melakukan setting anggaran rumah tangga dengan besar pendapatan yang diterima sebagai ASN. Apalagi bagi yang sudah berkeluarga, punya anak dua. Gaji pokok dan tunjangannya bisa amblas bila dikelola dengan tidak baik, tidak efisien, dan tidak berskala prioritas.

Dengan problema tersebut, lahirlah ide terlarang, memanfaatkan segala program pemerintah dengan mengeruk keuntungan darinya, melalui pungli (pungutan liar). Mengadakan apa-apa yang tidak ada dan mengadakan yang tidak ada menjadi ada.

Tidak perlu jauh-jauh mencari contoh pungli, pada beberapa tahun lalu di Lumajang, ada praktik pungli penambangan pasir (bahan galian tipe C) yang merugikan pemda hingga miliyaran per tahun.

Tujuannya hanya satu, membuat diri mereka kenyang. Segala kebutuhan konsumsi tercukupi, bahkan ada stok lebih di gudang rumah.

Bertani untuk membuat diri kita kenyang (kompas.com)
Bertani untuk membuat diri kita kenyang (kompas.com)

Lantas bagaimana jika ingin kenyang? Bertanilah. Kamu punya sepetak sawah ladang, olahlah tanah itu untuk mengenyangkan perutmu, perut keluargamu. Dengan cara apa? Menanam padi, jangan jual gabahnya, simpan dan jadikan persediaan beras. Lah, terus biaya hidup lainnya? Kerjalah jadi karyawan industri, sebab masih punya waktu lebih mengurus tanah, sawah ladang. Atau kerja apapun di jalan kebenaran, tapi jangan keburu jadi ASN.

Kamu juga bisa tanam cengkeh, kopi, porang (ingatlah nasihat Mas Guido). Jika terlalu berat, tanamlah jagung, cabai, terong, dan jenis palawija lainnya dalam satu petak sawah, mafaatkan teknik tumpangsari (saran saya pribadi). Jual hasil panennya, sebagian disisihkan untuk bahan pangan, beli kebutuhan pangan dari hasil penjualan. Kenyanglah kita, keluarga kita bersama.

Dengan demikian, ketika diri kita sudah (cukup) kaya dan kenyang, barulah kita memikirkan permasalahan masyarakat dengan melayani, mengabdi, dan mengayomi melalui masuk ke dalam jajaran kepemerintahan menjadi seorang ASN. Meski masih ada cara lain yang lebih nyaman, menjadi dermawan dan sukarelawan.

Tapi ketika kamu menjadi ASN, kamu bisa buat perubahan besar, agar masyarakat menikmati hidup lebih baik, segala akses fasilitas umum memadai, harga bahan pokok murah, dan tidak adanya kehidupan premanisme APBN, dan tindakan melanggar hukum lain yang dilakukan oleh pejabat atau ASN.

Sebab diri mereka sudah kaya dan kenyang, jadi buat apa menjadi kaya dengan cara yang salah, ilegal dan membuat kenyang dengan harta milik orang lain, uang rakyat.

Sejatinya, menjadi abdi negara atau pelayan masyarakat tugasnya cuma satu, melayani. Ketika diri kamu sudah kaya dan kenyang, tugasmu hanya tinggal satu, yakni melayani, membumi, dan menyayangi.

Jika dirimu belum kaya dan kenyang, jangan jadi pejabat atau abdi negara. Karena dari situlah awal mula benih kehancuran tumbuh dan berkembang. Pejabat rakus, tamak, angkuh, dan tidak berperikemanusiaan dan perikeadilan. Sebab, semuanya telah terjangkit penyakit kelaparan dan kemiskinan akut.

Jadi, siapkah kamu menjadi ASN yang sesungguhnya?

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun