Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Petani Milenial Wajib Ikut Kelompok Tani agar Tidak Jera di Sektor Pertanian

5 November 2021   08:32 Diperbarui: 5 November 2021   11:02 1629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari website Simluhtan, saya sudah terdaftar jadi anggota kelompok tani (petani milenial).

Mengelola sepetak sawah ladang sama halnya dengan menyayangi dan mencintai seorang kekasih. Harus betul-betul setia, perhatian, dan komitmen kuat - Bayu Samudra

Sebagai petani milenial, saya menyadari betul pentingnya kepesertaan kelompok tani (Poktan). 

Hal ini saya lihat dari para petani senior di desa yang begitu banyak menerima manfaat atas keterlibatan mereka dalam Poktan.

Pada 2019, saya diberikan kepercayaan mengurus beberapa petak ladang (tegalan) keluarga yang jarang ditanami tanaman di sawah pada umumnya. 

Biasanya dan selalu langganan tanaman singkong dan sengon (akasia). Tanaman jangka panjang yang kadang profitnya menyayat hati. Pas panen singkong, harganya hancur sehancur-hancurnya. Jelas rugi. 

Sejak pertengahan 2019, saya mengganti jenis tanaman kepada jagung, kacang tanah, dan kacang otok (tanaman lembayung). 

Syukur membuahkan hasil. Meski keuntungannya minimalis, tapi bisa makan rebusan kacang tanah, sayur lembayung, tumis kacang otok, bahkan rebusan jagung, makan nasi jagung hingga biji jagung buat pakan ayam.

Petani milenial menanam cabai dan jagung versi saya (dokumentasi pribadi)
Petani milenial menanam cabai dan jagung versi saya (dokumentasi pribadi)

Paling tidak dapat merasakan jerih payah para petani yang sudah bertahun-tahun menginjak-injak (mengelola) sektor pertanian. 

Semenjak terjun ke pertanian, saya merasakan ada yang tidak baik dalam pengelolaan pertanian kita (Indonesia). 

Masalah benih tanaman, bantuan pertanian, dan yang jauh lebih seksi terkait pupuk pertanian. Kendala saya waktu itu, benih jagung dan pupuk pertanian. 

Saya tidak bisa menanam jagung seperti benih yang digunakan oleh petani Poktan, yaitu jenis Pertiwi 2. Sebab jagung Pertiwi 2 ini khusus untuk petani Poktan, harga benih sangat terjangkau, yaitu 75 ribu per lima kilo. 

Sedangkan petani non Poktan, paling murah benih jagung Pertiwi 3 dengan harga 45 ribu per kilo (2019-2020), sekarang sudah 60 ribu per kilo (semester pertama 2021).

Tanaman jagung dan cabai, masa taman ketiga (dokumentasi pribadi)
Tanaman jagung dan cabai, masa taman ketiga (dokumentasi pribadi)

Tak hanya soal benih jagung, pupuk pertanian selalu jadi perbincangan. Poktan punya akses pupuk yang lebih luwes dan lancar, sebab kebutuhan pupuk sudah dikalkulasikan dengan luas lahan pertanian yang digarap. 

Sedangkan saya harus menelan pil pahit dengan menggelontorkan dana pupuk sekitar 160 ribu per 50 kilo untuk Urea (harga normal dan ketersediaan melimpah). 

Jika ketersediaan menipis, harga bisa menyentuh angka 250 ribu bahkan tidak diberi (kios pupuk pertanian) menolak menjual pupuk yang stoknya sedikit kepada non poktan. 

Itu sisa pupuk bersubsidi pada masa tanam tertentu yang tidak dibeli oleh Poktan (kebutuhan pupuk cukup). Padahal petani Poktan hanya bayar 112 ribu dengan jenis pupuk dan berat yang sama. Bayangkan, betapa jauhnya harga pupuk pertanian tersebut. 

Mulai butuh perawatan, banyak gulma yang menganggu cabai dan jagung (dokumentasi pribadi)
Mulai butuh perawatan, banyak gulma yang menganggu cabai dan jagung (dokumentasi pribadi)

Kenapa gak pakai pupuk non subsidi, mas? 

Harganya lebih gila dan tidak sebanding dengan pendapatan panen. Malah rugi. Sudah saya praktikan pada sekali masa tanam. Biaya pupuk saja belum tertutupi dengan pendapatan. 

Mungkin harga jual hasil pertanian murah ya? Sekarang, buah jagung hanya 1500 per kilo, cabai 4000 per kilo, gabah padi 4500 per kilo. Harga naik turun tergantung persediaan dan permintaan.

Pertengahan 2020, saya mulai mencoba menanam cabai. Mungkin hampir bersamaan dengan tulisan Mas Ozy tentang cabai keriting. 

Untuk menaman cabai cuma satu permasalahannya, yaitu pupuk. Kalau benih tanaman cabai tidak ada perbedaan harga, sebab tidak dijual di kios pertanian (yang dijual disana biji tanaman cabai). 

Jagung sudah keluar bunga, tak lama lagi bakal berbuah (dokumentasi pribadi)
Jagung sudah keluar bunga, tak lama lagi bakal berbuah (dokumentasi pribadi)

Kita tuh beli benih tanaman cabai, harganya 125 ribu per 1000 batang (2020), sekarang sudah 150 ribu per 1000 batang (untuk cabai TW/lombok TW). 

Ini lebih pedas, hijau merona, dan dalam satu bulan tanam sudah mulai berbuah. Lebih unggul ketimbang jenis cabai lain, meski perawatannya lebih ekstra. Tinggi risiko tinggi pula keuntungannya.

Satu petak ladang atau sawah butuh 4000—6000 benih cabai dari beragam jenis. Bisa dikalikan sendiri biaya benih cabai sudah menyentuh angka 500 ribuan. 

Kebutuhan pupuk cukup beragam ada ZA, urea, dan mutiara NPK (2:2:1). Jadi, secara tidak langsung biaya awal menanam saja sudah butuh sekitar 2 juta-an, belum untuk perawatan dan panen. 

Waktu itu awal 2021, gagal panen. 

Karena menanam cabai di akhir 2020 yang saat itu dan tidak ada perubahan cuaca yang siginifikan, masih kemarau, walau kalender cuaca sebenarnya musim hujan, tapi tak kunjung hujan, jadilah diputuskan menanam cabai. Petani yang lain pun begitu. Tapi, siapa sangka, hujan terus mengguyur di pertengahan Januari hingga Februari 2021.

Tanaman cabai yang masih setinggi ±25 senti mati kebanjiran. Terlalu banyak air, mati. Ratusan petani di desa saya termasuk saya, rugi habis-habisan. Ya mau gimana, cuaca gak tentu. Ini salah satu dampak perubahan iklim.

Syukur pada awal Agustus 2021, saya sudah berhasil panen cabai untuk pertama kalinya setelah rugi ya jadi double pengeluaran. Sebab bertani itu gak boleh menyerah, petani harus tetap optimis dengan penuh pengharapan. Meski sebenarnya, sakit (tabungan terkuras). Inilah hidup di sektor pertanian. Penuh suka duka. Disenyumin aja. 

Oh ya, satu lagi, saya menerapkan pertanian sistem tumpangsari agar mendapatkan hasil tani yang lebih baik, karena sejatinya kebutuhan pupuknya pun sama. Ya dimaksimalkan aja.

Lahan satunya, ditanami pepaya, baru umur ±4 bulanan (dokumentasi pribadi)
Lahan satunya, ditanami pepaya, baru umur ±4 bulanan (dokumentasi pribadi)

Baiklah, dengan cerita singkat tersebut (sebenarnya panjang ya, jangan bosan dibaca ya gaes). Kita bersama bisa melihat pentingnya kepesertaan petani milenial ke dalam kelompok tani.

Salah satunya, kemudahan akses benih tanaman pertanian (harga lebih murah, karena sudah disubsidi pemerintah, apalagi sebagai perhitungan ketahanan pangan nasional), harga pupuk pertanian terjangkau dan sudah dijatah sesuai kebutuhan pertanian dengan luas lahan garapan, benefit lainnya (bantuan peralatan pertanian, misal pembajak sawah). 

Tak hanya itu, ikut poktan menjadi wadah bertukar pikiran antara petani junior dengan petani senior, saling memberi saran atas permasalahan pertanian. Dan jelas menciptakan iklim persaudaraan sesama petani.

Tangkapan layar dari website Simluhtan, saya sudah terdaftar jadi anggota kelompok tani (petani milenial).
Tangkapan layar dari website Simluhtan, saya sudah terdaftar jadi anggota kelompok tani (petani milenial).

Jadi, awal Oktober 2021 saya putuskan gabung poktan dengan pertimbangan manfaat tersebut, dengan cara mendaftarkan diri ke Dinas Pertanian dan Peternakan Lumajang. Ternyata, saya diarahkan untuk ke Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Dinas Pertanian yang ada di setiap kecamatan. 

Saat di Dinas Pertanian Lumajang, saya diberi pengarahan bahwa untuk mendaftar menjadi anggota poktan menyesuaikan dengan lokasi tanah/lahan garapan. Misal, tanah ada di desa A kecamatan B tapi kita adalah penduduk desa C kecamatan D, maka kita wajib mendaftarkan diri di BPP kecamatan B.

Saya daftar di BPP Tempeh, karena lokasi tanah ada di desa Kaliwungu sedangkan saya penduduk dari kecamatan Kunir. Apa syarat administratif yang saya butuhkan untuk mendaftar sebagai anggota kelompok tani?

Fotokopi KTP, nama ibu kandung, fotokopi SPPT PBB tahun lalu atau sekarang. Cuma 3 berkas itu aja, jadi deh. 

Apakah langsung bisa menjadi anggota Poktan? Bisa dengan alur sebagai berikut: selama proses pendaftaran, calon anggota poktan akan diinterogasi mengenai jenis tanaman yang dibudidayakannya, lama menjadi seorang petani, dan lokasi tepat lahan pertanian yang digarap. Sebab akan ada penyuluh pertanian yang melakukan kunjungan ke lahan pertanian yang diajukan guna dicek kevaliditasanya. 

Barulah, nanti akan dimasukkan dalam sistem informasi manajemen penyuluhan pertanian (simluhtan) dan e-RDKK (elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok). Ini tanggung jawab staf BPP Dinas Pertanian.

Karena lahan pertanian yang saya kerjakan bukan sawah melainkan ladang (tegalan), maka tanamannya hortikultura, ada pepaya, jagung, dan cabai.
Karena lahan pertanian yang saya kerjakan bukan sawah melainkan ladang (tegalan), maka tanamannya hortikultura, ada pepaya, jagung, dan cabai.

Dengan berbagai masalah di sektor pertanian tersebut, kita bisa mengambil manfaat dari program kelompok tani, sehingga sedikit permasalahan dapat terselesaikan. Apalagi petani milenial, punya semangat idealis, yang kadang lupa tidak melihat struktur anggaran pendapatan dan belanja pertaniannya.

Misal ada saran menggunakan pupuk non subsidi hasil pertanian lebih melimpah. Setelah dijajal, ternyata sama saja. Malah rugi, karena biaya pupuk non subsidi terlalu tinggi sedangkan hasil panen tidak sebanding. 

Ada lagi saran, pertanian minapadi. Tidak sembarang petak sawah dapat dijadikan pertanian minapadi. Sebab membutuhkan aliran air dan perhatian yang cukup. Selama ini, di desa saya dan lokasi lahan garapan saya, belum ada pertanian minapadi.

Akan tetapi, pertanian tak hanya berkecimpung di lahan basah dan becek penuh lumpur. Kita bisa terjun ke pertanian modern, semisal pertanian hidroponik. 

Memang butuh biaya yang lebih besar, tapi pendapatan juga lebih besar, karena jenis tanaman didominasi oleh sayur-mayur yang diperlukan tiap hari sebagai lauk-pauk. 

Harga jual stabil dan lancar, dan gak butuh lahan seluas hektaran, sebab bisa disusun hingga lima tingkatan. Keren ya.

Oh ya, sedikit tips aja. Memulai pertanian model hidroponik diawali dari pekarangan rumah aja. Misal menanam kangkung, sawi, selada, dan sebagainya. 

Toh banyak peralatan atau media taman hidroponik minimalis di marketplace. Paling tidak, kita belajar bertani hidroponik.

Baiklah, sudah lebih seribu tiga ratus kata, mungkin kamu lelah. Jadi, bagi kamu petani milenial segera mendaftarkan diri menjadi anggota kelompok tani untuk masa depan pertanian kamu!

Bayu Samudra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun