Begini ceritanya.
Kenapa bisa selama itu? Apakah gak ada aksi untuk meng-update status hubungan?
Mungkin perjalanan asmara saya memang ditakdirkan penuh ketidakjelasan. Padahal saya sudah berkomitmen. Dia pun sama, menunjukkan dan membalas komitmen saya. Tapi, gak ada pembaruan status hubungan.
Pada waktu itu, saya mencoba berpikir lebih dewasa (padahal ya masih anak remaja yang penuh ketidakstabilan emosional) untuk mengerti perasaan dan pemikirannya, bahwa proses percintaan ini terlalu cepat. Terlebih masih duduk di bangku SMA. Pinginnya lebih fokus menghadapi ujian nasional dan dapat lolos pada seleksi masuk PTN favorit.
Kebetulan saya tuh tiga tahun selama SMA selalu bareng, satu kelas terus. Jadi, lambat laun antara diri saya dengan dirinya terjalin keterbukaan, satu sama lain mengetahui permasalahan pribadi bahkan keluarga.Â
Selama kurang lebih tiga tahun, sebab mulai dekat dengan dirinya tuh di semester kedua kelas satu SMA. Dan waktu sepanjang itu, saya gak berani memulai terlebih dahulu untuk mengungkapkan perasaan. Meski pada saat itu, orang tipikal saya nih bakal kena tikung jika gak segera menyatakan cinta. Kebetulan pula, memang gak ada tikungan sama sekali. Jalan lurus gitu loh.
Ya mungkin memang takdirnya aja, penuh ketidakjelasan status hubungan. Makanya, setelah saya dan dirinya lulus SMA. Dan kebetulan juga satu PTN. Meski ada drama satu tahun, dia gak langsung masuk di PTN tempat saya menimba ilmu sedari awal, tapi dia pindahan dari Poltekkes Malang. Jadi, dia tuh yunior saya.
Akan tetapi, karena komunikasi sejak SMA hingga masuk PTN, tetap berjalan lancar, bahkan hingga berada satu almamater dengan saya, malah tambah rekat. Menjadikan saya kembali berpikir ulang untuk segera mengungkapkan perasaan yang selama ini terpendam. Agak lebay ya. Memangnya terpendam dimana gitu?
Saat mendekati hari spesial dirinya, ya tau lah, tanggal dan bulan kelahiran, saya bikin kejutan. Sekaligus disana saya ungkapkan perasaan meski ada rasa kekhawatiran, keraguan, bahkan kebimbangan yang menyelimuti tiap kata yang saya ucapkan. Seakan-akan saya sedang melakukan prosesi ijab kabul.Â
Itulah aksi pertama saya, ketika sudah berada di semester empat bangku kuliah. Sedangkan dirinya masih semester dua. Ya diakan pindahan, terus gak bisa alih kredit, jadi solusinya ya kembali lagi dari semester awal.