Rangkap tugas ini terjadi karena kita menjalankan beberapa peran sekaligus. Jadi, rangkap tugas itu gak ada ketika kita gak punya peran yang beragam. Benar ngak sih?
Memiliki berbagai macam peran dalam satu waktu, tentu berkecimpung dengan masalah. Maka, rangkap tugas adalah sebuah usaha bermain dengan beragam masalah, karena beragam peran yang dilakoni.
Oke. Kita bercermin yuk. Lihat diri kita sendiri. Ketika kita bekerja, peran kita berubah menjadi seorang pekerja atau karyawan dengan menyelesaikan pekerjaan perusahaan. Ketika kita di rumah, kita bisa saat bermain atau membantu anak untuk mengerjakan tugas sekolah, kita adalah ayah sekaligus seorang guru.Â
Malam harinya, berdiskusi dengan istri, kita sedang memerankan sosok seorang suami. Jadi, dalam 1x24 jam diri kita sendiri sudah menjalankan empat peran lebih.
Dengan empat peran itu, kita sebenarnya sudah merangkap tugas dan menjadikan diri kita sebagai seseorang yang tengah bermain menyelesaikan permasalahannya yang berbeda rupa. Intinya, punya banyak peran, tentu rangkap tugas dan berurusan dengan beragam masalah.
Ini hanya contoh sederhana pada diri kita sendiri. Apa jadinya bila dalam suatu pekerjaan saja di kantor, kita punya banyak peran. Bagaimana menyikapi semua itu?
Usaha yang paling tepat yakni menjalani beberapa peran tersebut dengan senang hati dan penuh semangat.
Lain hal dengan seseorang yang menjajakan dirinya untuk mengerjakan suatu pekerjaan, tapi hasilnya malah gak karuan. Itu dikarenakan dirinya tidak mumpuni dalam menyelesaikan permasalahan. Meskipun mumpuni, tapi kesannya itu sebagai seseorang yang ngatok, seakan hanya dirinyalah yang mampu dan sanggup mengerjakan pekerjaan tertentu.
Ini beda perkara. Sebab rangkap tugas karena dirinya menantang orang lain untuk memberikan atau melimpahkan berbagai tugas pada dirinya. Ini jelas keliru. Dan mungkin akan dikategorikan sebagai orang serakah.
Jadi, ketika kita menghandle berbagai macam tugas, jelas akan melakukan identifikasi dan penyelesaian masalah agar semua pihak yang terlibat mendapatkan manfaat yang luar biasa.
Memangnya apa sih manfaat merangkap tugas, memiliki peran segudang, dan bermain-main dengan kubangan masalah?
Pertama, melatih diri kita untuk disiplin.
Ya jelas dong, kan dakam menyelesaikan sebuah masalah harus disiplin, penuh perhatian, dan fokus agar solusi segera di dapat. Jangan mengolor-olor waktu atau memperlambat kerja diri kita sendiri, padahal sudah tahu bahwa kita punya banyak peran dan tugas. Disiplin waktu.
Kedua, membantu kita berpikir lebih logis, jernih, dan mengedepankan prioritas.
Ingat, bukan dia saya yang diprioritaskan, tapi pekerjaan juga harus ya? Dengan bermain dengan masalah, tentu kita bisa mengidentifikasi dan mengklasifikasikan masalah serius dan bercanda, masalah darurat atau rutin, dan masalah karena human eror bahkan kesalahan peralatan. Jadi kita bisa memprioritaskan masalah untuk diselesaikan lebih dahulu.Â
Ketiga, membiasakan hidup penuh tekanan.
Sebab sedari awal kita bekerja, sudah ada perjanjian siap bekerja di bawah tekanan. Jadi, secara tidak langsung, merangkap tugas atau rangkap kerja adalah usaha untuk menilai diri sendiri mengenai seberapa siap diri kita bekerja di bawah tekanan. Masalah yang datang silih berganti. Akhirnya, diri kita akan terbiasa dengan masalah, sebab kehidupan dunia penuh akan masalah.
Keempat, menciptakan perilaku mandiri atau menumbuhkan sikap kemandirian.
Kita bakal menjadi pribadi yang multiguna, multifungsi, dan multitalent karena dasar pengalaman yang luas dan panjang. Kita bisa menjadi siapapun dalam waktu yang singkat dengan kemampuan yang sama persis.
Dengan dasar itulah, kita punya banyak ilmu dan wawasan sehingga mengurangi permintaan tolong dalam pekerjaan yang dilakoni (minta bantuan). Mending menolong daripada ditolong. Maka, kamu harus senang menolong atau ringan tangan.
Kelima, sebagai usaha mempromosikan diri sendiri atau perilaku yang menunjukkan kelebihan dari diri kita.
Jangan sering menolak tawaran tambahan kerja, sebab sejatinya ini adalah skill baru yang dapat kamu peroleh pada sebuah pekerjaan secara gratis tanpa biaya tambahan. Maka hanya tinggal mengecek kenyamanan dan ketidaknyamanan penggunaan peralatan.
Nah, itulah sedikit karunia yang dapat diperoleh oleh seseorang atau para orangtua dalam menjaga dan melindungi tanaman dari gangguan hewan ayah manusia.
Bayu Samudra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H