Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Alasan dan Penyesalan Tak Pasang WiFi, tapi Setia Beli Paket Data Internet

26 Juli 2021   19:28 Diperbarui: 1 Agustus 2021   07:15 5014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah ruangan di dalam rumah yang dilengkapi dengan perangkat WiFi (foto dari freepik.com)

Apakah kamu pernah menyesal karena tidak pasang WiFi di rumah? Bagaimana cara kamu menyiasati kuota internet agar cukup untuk satu bulan dari pembelian paket data internet? Kira-kira lebih untung mana, pasang WiFi atau beli paket data internet untuk smartphone?

Pasang WiFi di rumah memang memberikan nilai kegunaan yang baik dan bermanfaat. Terlebih dalam situasi saat ini, pandemi, yang mana segala pekerjaan dialihkan untuk diselesaikan di rumah atau istilah kerennya, WFH (work from home). 

Jelas, kita sangat butuh akses jaringan internet agar dapat tetap terhubung dengan rekan kerja dan menyelesaikan tugas pekerjaan.

Tak hanya itu, keberadaan WiFi di rumah juga berguna bagi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Adik saya, salah satu contohnya, sangat membutuhkan akses internet untuk mengerjakan dan mengikuti pembelajaran daring sekolahnya. 

Apakah semua pekerjaan daring tersebut, baik pekerjaan kantor yang dialihkan ke rumah dan pelaksanaan pembelajaran sekolah daring hanya dapat diselesaikan dengan memasang WiFi di rumah?

Sebenarnya tidak. Kita punya dua opsi, baik memasang WiFi di rumah atau membeli paket data internet untuk smartphone. Eh tambah lagi deh satu opsi, beli WiFi portabel yang bisa dibawa kemana-mana itu lho, apa ya namanya, MiFi kalau gak salah ya. 

Akan tetapi, kebanyakan orang percaya bahwa dalam kondisi saat ini dengan mobilitas yang dibatasi, maka pemasangan WiFi di rumah adalah solusi tepat menjawab permasalahan saat ini.

Saya akui bahwa dengan memasang WiFi di rumah, mendatangkan segala kemudahan akses internet. Kita gak bakal kehabisan kuota internet, biaya internet jadi lebih murah, dapat digunakan oleh semua anggota keluarga, dan tentunya memiliki kecepatan yang mumpuni dalam transfer data ataupun unduh data.

Tetapi, manfaat memasang WiFi tersebut gak diimbangi dengan kemudahan memasang WiFi di rumah. Lah kok bisa? Ya iya lah, kan tiap provider penyedia WiFi kadang gak bisa menjangkau domisili rumah kita. 

Misal sarana prasarana jaringan belum sampai di wilayah kita atau memang belum masuk wilayah layanan provider penyedia tersebut. 

Itulah alasan utama yang membuat kita gagal pasang WiFi di rumah. Kebetulan, rumah saya hanya berjarak 150 meter dari jalan raya. 

Apalagi ditambah dengan rumah-rumah pinggir jalan raya telah banyak yang pasang WiFi, jelas gak ada masalah dalam pemasangan WiFi di rumah saya. Tapi, saya malah gak tertarik dengan pemasangan WiFi. Kenapa?

Alasan dan penyesalan tak pasang WiFi tapi setia beli paket data internet (foto dari freepik.com)
Alasan dan penyesalan tak pasang WiFi tapi setia beli paket data internet (foto dari freepik.com)

Sangat beruntung sebenarnya punya rumah yang sangat dapat dijangkau oleh para provider penyedia WiFi. Akan tetapi, memang harus ada berbagai pertimbangan dalam memasang WiFi di rumah. 

Salah satunya adalah tarif layanan WiFi, spesifikasi layanan yang kita pilih, dan kondisi keuangan keluarga (rumah tangga yang pakai WiFi).

Oke, memang ada tarif layanan WiFi yang murah, hanya sekitar 300-an ribu saja. Tapi, kecepatan unggah dan unduh data cukup kecil hanya 10 Mbps dan hanya dapat digunakan maksimal tiga perangkat saja. 

Jika banyak, ya tetap aja lemot. Sebab berlaku hukum, semakin sedikit yang menggunakan WiFi maka semakin kencang jaringan internet dan sebaliknya.

Terlebih lagi bagi saya yang lebih suka berdiam diri di sawah, mencabuti para gulma tanaman. Jadi, kayak terbuang sia-sia bila saya memasang WiFi di rumah. Ditambah lagi, hanya dua orang saja yang menggunakan dan membutuhkan akses internet, saya dan adik saya.

Maka dengan berbagai pertimbangan tersebut, saya tidak pasang WiFi di rumah dan memilih opsi membeli paket data internet puluhan ribu saja, gak sampai ratusan ribu kok.

Kebetulan saya ini kan pakai provider plat merah. Kenapa plat merah? Ya karena plat kuning, plat biru, dan plat ungu tidak kuat jaringannya. Memang mereka memberikan opsi harga paling murah daripada plat merah, tapi demi kelancaran akses internet, janganlah menyiksa diri. Gak papa lebih mahal dikit, toh hasilnya nyata. Internet kencang semua senang.

Tapi, akhir-akhir ini saya merasakan penyesalan. Sebab, ada tugas baru yang perlu saya lakukan dan amat sangat membutuhkan akses internet, yakni proses input dapodik 2022. 

Meski ada opsi pengerjaan secara offline, tapi tetap butuh akses internet guna melakukan sinkronisasi data ke server pusat. Apa iya saya harus bermalam sendirian di sekolah? Takut ah. Dingin pula.

Kemarin coba pakai data seluler untuk akses dapodik secara online, eh hanya 10 menit saja udah habis 1.5 GB. Padahal butuh berjam-jam untuk mengisi segala data dalam dapodik. Jadi, saya gak berani meneruskan menggunakan paket data internet smartphone saya. Khawatir jebol. Dompetnya yang jebol. Hehehe. 

Terlepas dari penderitaan yang saya alami saat ini, saya sangat bersyukur tidak pasang WiFi di rumah. Sebab, pasang WiFi di rumah hanya memberikan akses internet ya di area rumah saja. 

Ketika saya keluar rumah, berpergian, ya jelas gak ada akses internet di smartphone saya. Apa iya, saya harus membawa WiFi kemana saya melangkah? Ya mustahil kan?

Secara tidak langsung, memasang WiFi di rumah memang praktis tapi tidak fleksibel. Gak bisa akses internet ketika ada di luar rumah, karena sinyal WiFi yang kita pasang gak menjangkau smartphone yang kita gunakan. Secara, WiFi terbatas pada area jangkauan.

Seseorang yang menggunakan internet dengan paket data internet pribadi (foto dari freepik.com)
Seseorang yang menggunakan internet dengan paket data internet pribadi (foto dari freepik.com)

Dengan alasan utama itu, saya gak pasang WiFi di rumah. Mending beli paket data internet untuk smartphone. Praktis dan fleksibel, meski terbatas kuota internet.

Terlebih kebutuhan internet untuk smartphone saya gak banyak kok, hanya sekitar 30-an GB per bulan. Jadi tiap hari memakan paket data kurang lebih 1 GB. Malah kadang masih sisa kuota internet lho. 

Kuota tersebut diganjar biaya pengeluaran senilai 80 ribu. Dan untuk adik saya, kebetulan juga perempuan dan saya larang buat unduh TikTok apalagi aplikasi game, cukup dibawah 50 ribu per bulan. Ini bisa dibilang irit kan? Bukan pelit ya?

Saya sudah sepuluh tahun lebih, setia dengan membeli paket data internet semenjak lokasi domisili saya terakses internet, sebelumnya juga pernah gaptek sih (kalau biaya pengeluaran paket data dikalkulasi sejak 10 tahun lalu dan saya memilih gaptek, mungkin sampai hari ini saya tidak akan kenal kepada Kompasiana dan kekejaman netizen Indonesia). 

Ngapain beli internet, wong sanes selebritas. Gitu pikiran dulu, waktu gaptek. Sekarang mah, jadi kebutuhan.

Jadi sudah sangat nyaman dengan opsi beli paket data internet, daripada pasang WiFi di rumah maupun beli MiFi yang bisa dibawa kemana-mana.

Lalu, kamu cenderung memiliki kesetiaan memiliki akses internet dengan cara apa, pasang internet  WiFi di rumah, beli paket data internet untuk smartphone, dan memilih memiliki WiFi portabel?

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun