Apakah saat ini, kamu berusia 18 tahun? Bagus. Kamu pantas berbangga diri dengan usiamu yang masih belia. Tahukah kamu? Tujuh tahun mendatang bakal datang sebuah masalah, bila kamu gagal bersiap siaga sedari awal. Apakah itu?
Hidup di zaman yang serba digital adalah sebuah anugerah tak ternilai. Hal ini dikarenakan kemudahan akses apapun dapat dilakukan secara cepat, mudah, dan murah. Bandingkan dengan zaman 50 tahun silam yang serba ruwet, susah, dan mahal.
Ketika kita memasuki usia 25 tahun, bahkan sebelum itu, ada perasaan yang aneh dalam diri kita. Begitu banyak keinginan dan kebutuhan yang kadang membuat konflik pikiran. Sebab, semua kebutuhan dan keinginan tidak dapat diraih dengan mudah. Entah perihal jodoh, keuangan, pendidikan, kesehatan, dan hal lain dalam benak kita sendiri.
Masa itulah yang dinamakan quarter life crisis (qlc), suatu periode yang bakal dilewati oleh semua orang dengan berbagai macam tekanan untuk mewujudkan sebuah keinginan dan kebutuhan.
Salah satu yang dipermasalahkan saat menginjak usia 25 tahun, selain jodoh adalah keuangan atau finansial. Kenapa harus keuangan? Hidup itu butuh uang. Sesimpel itu, gak ruwet. Tapi, usaha mendapat uang pada usia 25 gak semudah membalik lembar halaman buku novel. Ada bejibun persoalan, yang membuat kurang mulusnya tujuan tersebut.
Akhirnya, kita akan digiring ke dunia kerja. Untung bila langsung dapat kontrak kerja, gak perlu wira-wiri mencari pekerjaan yang berpenghasilan. Nah, bila tidak segera dipanggil interview meski sudah puluhan surat lamaran dikirimkan pada perusahaan berbeda. Maka diri kita wajib banting setir, terserah ke kanan atau ke kiri.
Padahal, diri kita gak punya modal. Ruwet lagi sudah pikiran kita. Masa iya, jual warisan demi buka usaha laundry? Jangan dong. Apa iya terjun ke sawah ladang? Harga pupuk yang tak bersahabat, cuaca yang sulit diprediksi, dan nilai jual hasil panen kadang diluar ekspektasil. Bukannya untung malah buntung.
Maka dari itu, ketika kamu berusia 18 tahun cobalah membeli reksa dana sebagai dana tabungan di masa depan.
Kenapa harus sebelia itu? Bukankah menyiapkan masa depan dilakukan sedini mungkin?