Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memaafkan Bukan Melupakan Kesalahan Orang Lain, tapi...

27 Mei 2021   12:26 Diperbarui: 27 Mei 2021   12:35 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ani sering pulang malam, karena tugas kantor yang sangat banyak, deadline laporan yang mendesak, hingga pertemuan dadakan. Sehingga tidak dapat mengurus rumah tangga, beberes rumah, menyiapkan makanan untuk suami, bahkan enggan berhubungan intim karena kecapekan.

Aldo sebagai seorang suami tentu marah. Setiap hari kehidupan rumah tangganya layaknya tempat penginapan. Seharian penuh gak ada aktivitas apapun. Ketika malam, barulah berdatangan penghuninya dan hanya untuk tidur saja. Sebab Aldo pun bekerja, tapi pulangnya lebih sore ketimbang istrinya yang pulang hingga jam sembilan malam.

Kemarahan Aldo adalah buah perilaku Ani yang tidak menjalankan kewajiban seorang istri dengan baik. Benih inilah yang menjadi awal konflik dalam rumah tangga, sehingga kehidupan rumah tangga kurang harmonis. Kemarahan Aldo pula merupakan kesalahan.

Sejak awal, Aldo dan Ani telah memprediksi kehidupan rumah tangganya. Kalau diantara keduanya tidak dapat berbesar hati, tentu kemarahan Aldo akan menjadi kekerasan terhadap Ani. Maka dari itu, perlu untuk saling mengalah atau merekonstruksi jadwal kerja diantara keduanya. Sehingga tidak terjadi kekerasan dalam rumah tangga.

Maka dari itu, memaafkan bukan melupakan kesalahan orang lain, tapi melepaskan amarah.

Dengan melepaskan amarah, mengurungkan sikap dendam kepada orang yang telah menyakiti kita, hidup kita bakal lebih tenang, damai, dan tentram.

Melepaskan amarah membuat diri kita seakan baik-baik saja. Tidak ada hal yang perlu dipermasalahkan. Semua berjalan seperti sedia kala. Meski secara faktual, telah terjadi perselisihan atau pertengkaran. 

Diri kita bakal tetap fokus pada aktivitas harian. Sebab hati dan pikiran kita tidak lagi memikirkan cara-cara untuk menjatuhkan orang yang pernah melukai kita, baik lahir maupun batin. Menganggap kejadian kelam itu sebagai masa lalu dan pembelajaran diri sendiri, tanpa harus melupakan kesalahan tersebut. Cukup melepaskan amarah.

Bilamana teringat kesalahan orang lain, bingkailah kesalahan itu dengan nuansa penuh pengampunan, memaafkan. Terlepas dari pantas tidaknya seseorang tersebut menerima pengampunan. Sebab, diri kita telah melakukan upaya pelepasan amarah, melepaskan emosi.

Memang sangat sulit melepaskan amarah atas kesalahan orang lain. Apalagi kesalahan berat. Seakan tak ada pintu ampunan bagi dirinya. Tapi, maukah kita hidup dalam kegelisahan, kecemasan, dan keraguan sepanjang hayat?

Kita perlu berbesar hati, mendinginkan kepala, mengambil keputusan untuk memaafkan kesalahannya guna melepaskan amarah. Akan tetapi, tetap tidak bisa melupakan kesalahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun