Mereka, musisi nasional yang memiliki ketertarikan dan kekaguman dengan peradaban musik di masa Dinasti Seilendra, mencoba menempuh perjalanan panjang dan melelahkan guna menghidupkan alat-alat musik tersebut.
Setidaknya ada empat tahapan, yakni merevitalisasi, merekonstruksi, mengintepretasikan, dan mengaktualisasikan alat-alat musik tersebut ke dalam kehidupan sekarang.
 Sound of Borobudur.
Merevitalisasi alat-alat musik pada relief Candi Borobudur adalah langkah pertama yang dilakukan guna menunjukkan bahwa sound of Borobudur bukanlah sebuah fiksi belaka, terlebih hanya pahatan penghias dinding candi.
Upaya ini tak serta merta selesai dalam sekejap mata. Perlu riset mendalam akan hal ini. Melihat dengan seksama penampakan alat musik pada relief candi dan melakukan serangkaian penggambaran ulang berbagai alat musik tersebut (sketsa). Â Tak hanya itu, mereka berupaya menyuguhkan morfologi alat musik sebagaimana pada masa silam itu.Â
Mulai dari bahan pembuatan alat musik, tata cara penggunaan alat musik, hingga bunyi daripada alat musik tersebut. Menyusun kembali suatu alat musik pada masa itu agar kembali seperti semula, layaknya alat musik pada masa itu.
Pada tahap ini, alat musik yang sudah jadi harus segera dilakukan penyesuaian, baik nada, irama, dan sebagainya. Yang hal ini, cukup jelas menyita waktu.Â
Artinya menjadikan hal tersebut aktual, nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kita bersama dapat merasakan hidup berdampingan dengan peralatan musik masa Dinasti Seilendra tersebut.
Seakan saya sendiri, merasakan betapa panjangnya tahapan yang harus dilakukan agar dapat menyelesaikan satu tahapan awal saja.
Wonderful Indonesia.