Saya menyadari ada yang salah dengan diriku. Saya terlihat berbeda antara kehidupan nyata dengan kehidupan maya yang nyata. Seakan diriku bermuka dua, bertabiat ganda, berperilaku berbeda, dan hidup dalam dua alam sekaligus. Itu karena media sosial.
Sejak 2009, aku sudah berkenalan dengan salah satu media sosial, biru. Bukan burung. Awalnya sih coba-coba. Sama kayak minum tuwak, awalnya pun iseng-iseng. Terus lama-kelamaan malah kecanduan. Saking asyiknya bermedsos ria, hingga saya melupakan kehidupan nyata.Â
Aktivitas kerja jadi semrawut, waktu semakin terasa singkat, dan saya kehilangan gairah hidup secara nyata. Benar, kalau media sosial bikin candu, ketagihan. Seakan tak mau lepas dengan dirinya.
Tak heran, bila kemudian banyak sekali macam-macam medsos yang lahir. Mengingat antusiasme masyarakat menyambut hal itu. Pengen coba ah medsos burung biru, pingin deh lihat medsos ungu, ah ingin coba masuk medsos hijau, dan nah ini baru medsos merah.
Saya bergabung dengan F mulai 2009. Sudah beberapa kali diingatkan hari kelahiran, kenangan masa lalu, hingga postingan zaman edan.Â
Memang seru sih, sebuah aplikasi dapat mengingatkan hari spesial kita. Ketimbang si dia yang gak pernah ingat. Kayak diri kita ini diperhatikan sama si F. Penuh cinta gitu.
Semakin betah aja gitu. Terlebih ada notifikasi mengenai kebersamaan dengan aplikasi T. Selamat kamu sudah 8 tahun bersama kami. Gitu kira-kira.
Godaan terus datang. Hingga akhirnya, saya putuskan menjelajahi medsos ungu berlogo lensa kamera itu. Jauh lebih menarik dan berwarna. Saya tambah suka dengan medsos.
Followers saya pun naik semakin tinggi. Rasanya tuh senang sekali. Apalagi ditopang dengan adanya siaran langsung. Kita bisa berinteraksi secara live dengan followers kita. Indahnya kebersamaan bersama si I.