Setiap keluarga memiliki tradisi masing-masing dalam melakukan sahur. Ada tradisi sahur tersendiri, yang unik, berbeda, dan turun-temurun. Kira-kira tradisi sahur kamu bagaimana?
Sejak kecil, saya telah dididik untuk melakukan sahur saat Ramadan di akhir waktu. Intinya menjelang imsak. Mungkin berbeda dengan kalian yang biasa sahur saat masih malam atau sekitar jam dua hingga jam tiga dini hari. Gak masalah, tiap keluarga punya tradisi sahur sendiri-sendiri.Â
Keluarga saya melakukan hal tersebut bukan karena malas bangun di jam malam dini hari, melainkan agar tidak tidur pasca makan sahur. Sederhana mengajarkan saya dan adik-adik untuk tidak tidur setelah sahur. Sebab, langsung disambung dengan aktivitas lainnya, baik salat, baca Alquran, olahraga, hingga aktivitas harian selama menunggu terbitnya matahari.
Jadi, saya dan keluarga kebiasaan makan sahur di akhir waktu. Pada jam-jam menjelang imsak, paling lama satu jam sebelum imsak. Waktu yang jauh lebih cukup untuk sekadar makan sahur dan menyiapkan menu makan sahur. Sebab, menu makan sahurnya sama dengan menu buka puasa, hanya di hangatkan kembali dan menambahkan beberapa menu sederhana, seperti telur ceplok, sambal, mi instan ataupun sayur asam.Â
Selain itu, sahur di akhir waktu membuat perut lebih kenyang ketimbang sahur lebih awal. Entah ini alasan ilmiah atau bukan, yang penting sahurnya di akhir waktu.
Terlebih melakukan sahur di akhir waktu menjadi salah satu sunnah Rasullullah.
Tak hanya tradisi mengakhiri waktu sahur, keluarga saya memiliki tradisi yang cukup unik. Mengakhiri makan sahur dengan minum wedang jahe. Iya wedang jahe.
Dengan manfaat jahe yang cukup banyak dan menyehatkan, diharapkan dapat memberikan ketahanan tubuh selama beraktivitas di siang hari biar gak loyo, lesu, letih, dan serasa ingin berbuka puasa lebih awal, mokel.
Selama menunggu waktu imsak, seruput wedang jahe. Biar hangat apalagi cuaca Ramadan saat ini cukup dingin hingga 22 derajat celsius (domisili saya, di Lumajang, beberapa waktu lalu).