Ramadan kali ini masih dalam nuansa yang sama. Situasi dan kondisi pandemi. Terpaksa banyak agenda yang di-reschedule bahkan dibatalkan. Mengingat adanya pembatasan aktivitas masyarakat yang terus diperketat. Salah satunya, buka bersama atau bukber. Adakah solusi bukber tetap terselenggara dalam kondisi pandemi?
Buka puasa bersama adalah kegiatan khas selama Ramadan. Jika tak ada bukber maka bukan bulan Ramadan. Jika ada bukber maka bulan Ramadan. Intinya, Ramadan dan bukber saling berdekatan, nempel terus.Â
Bukber virtual adalah solusi atas permasalahan yang terjadi saat ini. Kita dapat menyelenggarakan bukber tapi dalam suasana yang berbeda, nuansa digital. Kita saling menatap layar dan berinteraksi secara virtual. Terpisah oleh jarak, perbedaan waktu, dan keragaman menu makanan berbuka puasa.
Pelaksanaan bukber akan jauh lebih berbeda bila dilakukan secara daring. Tak ada sentuhan fisik dari sesama peserta bukber, tak ada acara sikut-sikutan, hingga tak ada pelukan. Kehangatan yang benar-benar hilang.
Tapi itulah keadaan yang mesti dilakoni. Bukber virtual dengan segala keterbatasannya. Bersama itu, datang berbagai cerita dari pelaksanaan bukber virtual. Hal ini tak jauh beda dengan penyelenggaraan bukber luring, bukber tatap muka secara fisik. Apa sajakah itu?
Bukber virtual adalah ruang rindu.
Inisiatif melaksanakan bukber biasanya dari teman lama, sekaligus reunian di bulan yang penuh berkah. Kadang pula ya dari tempat kerja bahkan kenalan pada kegiatan tertentu. Sayang kalau ditolak, diri kita kan sedang rindu jadi paling tidak dapat menghadiri acara tersebut. Toh setahun sekali. Kalau gak di acara bukber, kapan lagi?
Selama acara bukber digelar, kita bakal bertukar kabar dan pengalaman sesama peserta bukber. Banyak kisah yang dapat kita dengar, baik kisah sedih hingga bahagia. Bercampur aduk kayaknya tahu campur.Â
Rasa rindu setahun tak bertemu, dibayar tuntas ketika acara buka puasa bersama. Seru dan pastinya ngangenin. Maklum, jomlo. Kangennya hanya pada teman-temannya. Kalau yang udah sold out, ya kangennya sama pasangannya. Masak sama teman yang jomlo, dikira selingkuhannya nanti.
Bukber virtual tak lepas dari ajang pamer.
Pamer boleh asal jangan menjatuhkan orang lain. Tapi mending gak usah pamer, khawatir menyinggung orang lain, teman sesama peserta bukber. Yang paling lumrah dipamerkan saat bukber adalah pamer anak atau cerita malam pertama. Jangan pamer istri. Entar teman kita kepincut sama kecantikan istri kita bisa kacau. Pamer jabatan dan prestasi juga gak perlu. Sudah dapat dilihat dari keseharian.
Jadi, walaupun bukber virtual, ajang pamer masih dilakukan oleh sebagian peserta bukber. Karena acara bukber, pasti yang dipamerin pertama adalah menu buka puasa. Mumpung ada acara bukber, menu makanan buka puasa dibuat beragam dan tampak mewah dengan sajian masakan yang kebarat-baratan. Pokok ada saja celah untuk melancarkan aksi pamer.
Bukber virtual dan keruwetan panitia.
Yang namanya panitia, pasti sibuk kesana-kemari. Apalagi panitia bukber virtual. Mulai mengatur jadwal kegiatan, aplikasi yang dipergunakan, mendata peserta bukber virtual, hingga mengkonfirmasi ulang kehadiran peserta bukber. Bukan tugas mudah dan gampang layaknya menadahkan tangan.
Panitia dituntut berpikir jauh lebih keras dan meminimalisir terjadinya hal buruk dalam acara bukber virtual. Salah satunya pengaturan jadwal dan lama pelaksanaan bukber hingga ketentuan mengenai dress code dan menu buka puasa bersama.
Idealnya, pelaksanaan bukber virtual adalah 90 menit saja. Empat puluh lima menit pra bukber yang mana digunakan untuk saling bercakap-cakap. Lima menit saat bukber, minum minuman yang manis dan empat puluh menit pasca bukber yang diisi oleh pembicaraan ringan.
Untuk menciptakan keseragaman, maka panitia bukber virtual menentukan pakaian yang digunakan selama pelaksanaan bukber virtual, misal batik dengan dominasi penuh warna biru. Selain itu juga mengatur hidangan berbuka puasa, misal secangkir kopi dan teh, buah-buahan atau kurma, dan nasi berserta lauk-pauknya.
Yang tak kalah pusing, menentukan aplikasi apa yang bakal digunakan dalam bukber virtual. Apa harus pakai video call WhatsApp, Google Meets, ZOOM, atau lainnya. Hal ini tergantung dari banyaknya peserta itu. Jika kurang dari delapan orang, mending pakai salah satu fitur di WA. Selain itu, memastikan semua peserta sudah siap dalam bukber virtual.
Itulah cerita tentang bukber virtual, yang dari bikin kangen hingga bikin rusuh dari para panitia pelaksana bukber virtual.
Sebenarnya bukber mengajarkan kita untuk; lebih sederhana, karena adanya penyeragaman menu makanan buka puasa bersama; lebih bersyukur, karena kita masih dapat berpuasa dan berbuka puasa;, lebih sadar, bahwa harta yang saat ini kita miliki bukan lah milik kita, melainkan mutlak milik Tuhan semesta alam; dan mempererat tali persaudaraan antar sesama.
Bayu Samudra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H