Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tiga Perilaku dalam Pengelolaan Keuangan Keluarga Selama Ramadan, Nomor Tiga Hati-hati

18 April 2021   18:19 Diperbarui: 18 April 2021   18:47 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Besar pasak daripada tiang. Lebih besar pengeluaran daripada pendapatan.

Selama bulan Ramadan, keuangan keluarga kadang tidak terkontrol dengan baik. Hal ini dikarenakan pola konsumtif yang meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan menahan diri untuk menunda keinginan sesaat.

Ramadan identik dengan pengeluaran yang besar. Sedangkan angka pendapatan tetap sama seperti bulan sebelumnya. Walaupun ada tambahan, itupun hanya pada keluarga tertentu yang sedari awal memiliki tabungan Ramadan.

Tabungan Ramadan di lingkungan sekitar kita dicirikan dengan pola jimpitan (iuran harian) tanpa batas nominal kepada suatu lembaga atau seseorang yang dipercaya. Jadi, setelah bulan Syawal, program jimpitan dimulai hingga akhir bulan Rajab. Nah, pada awal Ramadan dikeluarkan dalam bentuk sembako atau uang tunai sebagai penopang pemasukkan di bulan Ramadan. Sederhananya menabung.

Bagi yang tidak memiliki tabungan semacam itu atau model lainnya, harus berupaya memprioritaskan kebutuhan selama Ramadan. Akan tetapi, bukan saja keluarga yang tidak punya tabungan melainkan bagi yang memiliki tabungan Ramadan harus tetap menggunakan skala prioritas.

Pentingnya penggunaan skala prioritas di bulan Ramadan dapat menyelamatkan keuangan keluarga. Selamat dari pinjaman, utang. Baiklah inilah beberapa tips yang dapat digunakan guna menekan angka pengeluaran di bulan Ramadan seminimal mungkin.

Pertama, gunakan skala prioritas.

Suatu keluarga tentunya sudah punya rancangan anggaran pendapatan dan belanja keluarga. Biasanya hal ini dirumuskan oleh kepala keluarga dengan istrinya. Sangat beruntung bagi keluarga yang sudah terbiasa menyusun skala prioritas dalam kebutuhan keluarga. Tapi bukan halangan bagi yang tak terbiasa menggunakannya. Mari kita belajar bersama.

Skala prioritas disusun dari kebutuhan pokok atau kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Berjenjang. Tidak boleh dibolak-balik. Kebutuhan primer adalah kebutuhan wajib, semisal sembako dan kebutuhan rumah tangga (biaya listrik, air, internet, obat-obatan). Sedangkan kebutuhan sekunder seperti pakaian dan aksesoris rumah. Lain hal dengan kebutuhan tersier yang berkaitan dengan kemewahan, barang elektronik, emas ,dan berlian.

Melalui penyusunan tersebut, paling tidak dapat mengontrol kas keluar keuangan keluarga. Penuhi dulu kebutuhan primer kemudian beralih kepada kebutuhan sekunder. Untuk kebutuhan tersier dapat dikesampingkan terlebih dahulu, apabila saldo kas keluarga belum mencukupi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun