Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menu Buka Puasa Pedesaan: Sego Glepungan, Jangan Kelor, Peyek Iwak Klotok, dan Wedang Gulo

16 April 2021   09:47 Diperbarui: 16 April 2021   09:56 2319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menu buka puasa pedesaan, sego glepungan (foto dari putratravel.net)

Suara beduk dan/atau kumandang azan magrib adalah pertanda berakhirnya ibadah puasa yang telah kita lakukan seharian penuh. Ketika kedua hal tersebut terdengar, mulailah memasuki waktu berbuka puasa. Sebuah momen yang ditunggu-tunggu, melepas dahaga dan lapar.

Menu buka puasa yang telah disiapkan oleh istri tercinta atau ibu tersayang, tiba waktunya disantap dengan penuh kenikmatan. Di atas meja makan telah tersedia berbagai hidangan buka puasa. Ada ayam goreng, sop sayuran, perkedel jagung, sambal terasi, kolak pisang, kurma, dan air putih. Sajian komplit.

Itu salah satu contoh menu buka puasa yang ada pada sebagian rumah keluarga di perkotaan dan semi perkotaan. Walau tak menutup kemungkinan, terdapat pula pada rumah keluarga di pedesaan. Mengapa ada pembagian seperti ini? Lain ladang lain pula tanamannya, lain rumah lain pula hidangannya.

Kita sadari bersama bahwa lingkungan sekitar kita, sangatlah beragam, terutama dari sisi ekonomi. Kita mampu menyediakan menu buka puasa yang agak mewah, ada kalanya orang lain tidak mampu. Itulah alasan mengapa ada keragaman tersebut.

Sebenarnya menu makanan berbuka puasa dapat apa saja. Tak harus beragam, asal mengenyangkan. Masalah bergizi itu urusan belakang. Lebih-lebih bagi kita yang memprioritaskan makanan buka puasa yang sehat bergizi. Alhamdulillah.

Pada tulisan ini, saya mencoba menghadirkan menu buka puasa pada masyarakat pedesaan. Sebab saya salah satu orang desa. Apalagi desa menjadi tolak ukur pertama lahirnya sebuah kota. Gak ada desa ya gak ada kota. Semua kota pernah menjadi sebuah desa. Jadi ngalor-ngidul ya?

Menu buka puasa pedesaan: sego glepungan, jangan kelor, peyek iwak klotok, dan wedang gulo.

Sego glepungan adalah nasi putih yang dicampur glepungan (olahan jagung, tapi bukan beras jagung). Secara mendasar, glepungan ini ada dua varian, dua model. Ada glepungan halus hasil selep biji jagung dan hasil olahan beras jagung (tekstur lebih kasar dan proses olahan lebih lama), yakni glepungan gerit.

Glepungan gerit, glepungan ini ada dipasaran dengan harga 2000 per bungkus (dokpri)
Glepungan gerit, glepungan ini ada dipasaran dengan harga 2000 per bungkus (dokpri)
Ketika kita menggiling biji jagung di penggilingan, maka bakal menghasilkan tiga bentuk keluaran. Ada beras jagung (biji jagung yang sudah berukuran kecil seperti pasir), glepungan (bubuk penggilingan biji jagung), dan tumpi (kulit ari biji jagung, biasanya dijadikan pakan ternak dengan dicampur bahan lain). Sedangkan glepungan gerit adalah hasil olahan dari beras jagung yang direndam air, dikukus, dan dihaluskan dengan sebuah peralatan, kemudian disaring (mengayak).

Tekstur glepungan gerit sebelum ditanak (dokpri)
Tekstur glepungan gerit sebelum ditanak (dokpri)

Nah, dua olahan tersebut dapat dipadukan pada nasi putih. Bukan ditabur bersama nasi putih. Melainkan dimasak bersama beras. Bila glepungan yang digunakan adalah glepungan murni, maka glepungan tadi ditaruh pada bagian atas beras yang ditanak. Artinya turut dikukus bersama beras agar menjadi nasi.

Apabila kita menggunakan glepungan gerit, terlebih menyeduh gerit pada sebuah wadah agar menggumpal, lalu masukkan sejenak ke dalam dandang pada proses menanak nasi. Setelah matang, campurkan (aduk merata) antara nasi putih dengan glepungan tersebut. Jadilah nasi glepungan atau sego glepungan.

Perlu diketahui pula, komposisi sego glepungan atau dikatakan sego glepungan apabila porsi glepungan lebih banyak daripada nasi putihnya. Paling tidak tiga banding satu.

Jangan kelor adalah sayur kunci daun kelor. Pengolahan dimulai dari merebus daun kelor dengan sebiji bawang putih dan kunci (salah satu empon-empon yang rimpangnya sebesar pulpen dan berbau khas kunci).

Jangan kelor, kebetulan ibu membuat jangan kelornya campur jagung manis (dokpri)
Jangan kelor, kebetulan ibu membuat jangan kelornya campur jagung manis (dokpri)
Kenapa jangan kelor? Sebab udah cocokannya. Kalau menanak sego glepungan, kuahnya harus pakai jangan kelor atau boleh diganti dengan sayur lodeh. Ini sudah ketetapan, gak bisa diubah. Kalau diubah ya gak klop. Hal ini dikarenakan, tekstur sego glepungan yang kasar dan kering, jadi pantasnya diberi kuah. Nah kuah yang pas adalah jangan kelor.

Kelor juga dipercaya sebagai penggugur susuk pada jenazah yang diindikasikan memiliki susuk. Tapi, dalam prosesi memandikan jenazah di wilayah saya, tak pernah lupa selalu menggunakan beberapa ranting daun kelor. Intinya sebagai pembersih dari hal-hal gaib.

Selain mempunyai sifat mistis, kelor juga memiliki khasiat bagi tubuh. Banyak penelitian telah membuktikan kebermanfaatan kelor untuk menangkal berbagai penyakit tubuh, salah satunya diabetes, penghilang rasa nyeri. Tak hanya itu, daun kelor sekarang sudah dijadikan sebagai bahan baku pembuatan mi. Kalau pernah dengar mi kelor, maka itulah olahan dari daun kelor yang disulap jadi mi kelor.

Peyek iwak klotok merupakan peyek ikan asin yang kecil-kecil. Pembuatannya sama saja dengan jenis peyek-peyek lainnya. Harus dibaluti tepung yang sudah dibumbui atau pakai tepung rempeyek biar lebih cepat dan praktis. Lauk pauk menu buka puasa pedesaan ya pakai ini, peyek iwak klotok, peyek ikan asin.

Peyek iwak klotok atau peyek ikan asin (dokpri)
Peyek iwak klotok atau peyek ikan asin (dokpri)
Tekstur yang renyah dan gurih, sangat pas disantap dengan sego glepungan, jangan kelor. Jadi dalam satu piring ada rasa asin dari peyek iwak klotok, rasa segar dari jangan kelor, dan rasa kenyang dari sego glepungan. Jadi, komplit.

Peyek iwak klotok atau peyek ikan asin ini sangat digemari oleh masyarakat pedesaan. Tak jarang, ketika bulan Ramadan tiba, hidangan ini selalu ada di meja makan. Hal ini dikarenakan pembuatan yang mudah, cepat, dan praktis serta didukung oleh murahnya harga ikan asin (pakai ikan asing yang kecil-kecil).

Wedang gulo adalah minuman pembuka dan penutup hidangan buka puasa. Sesuai namanya, wedang gulo, air hangat dan gula. Selain wedang (seduhan bubuk kopi dan gula), wedang gulo menjadi minuman praktis dan hemat untuk berbuka puasa.

Apabila masyarakat mempercayai bahwa berbuka puasa harus dengan yang manis-manis, bukan yang dingin-dingin atau yang pahit-pahit. Jadi, klop lah jika berbuka puasa dengan wedang gulo.

Dengan berbuka puasa dengan wedang gulo, yang sejatinya larutan energi, sebab semua makanan yang kita makan akan diubah menjadi gula dalam metabolisme tubuh, maka sangat bagus bagi kesehatan. Tubuh yang lemas karena beraktivitas sejak pagi hingga petang, dapat langsung dipulihkan dengan suplai energi berupa wedang gulo. Tak jarang, air gula sering dimanfaatkan oleh para olahragawan sebagai larutan berenergi. 

Nah itulah menu buka puasa pedesaan yang sebenarnya bukan menu spesial, tapi karena suasana Ramadan, menu makanan buka puasa tersebut menjadi spesial dan penuh nikmat.

Jadi, apa menu buka puasa kamu hari ini? 

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun