Jelas jawabannya, tidak. Nafsu makan tetap tinggi dan tentunya menu makanan tersebut habis tak tersisa. Tinggal wadahnya saja, tinggal wakule tok.
Inilah yang dinamakan kenikmatan dalam kesederhanaan. Dan hal ini hanya ada di bulan Ramadan. Entah mengapa menu makanan tersebut yang biasanya ogah dimakan saat sebelum Ramadan, menjadi laris manis ketika masuk bulan Ramadan terlebih waktu berbuka puasa. Seakan menguyah masakan restoran. Nikmat sekali.
Kira-kira mengapa bisa demikian? Apakah karena diri kita, yang ketika berpuasa tentu sedang dalam kondisi lapar berat, sehingga mau makanan apa saja tetap dimakan. No coment.
Tidak, bukan karena alasan diri kita yang sedang lapar. Melainkan, Allah SWT menurunkan begitu banyak kenikmatan pada bulan Ramadan. Nikmat hidup, nikmat sehat, nikmat selera, dan nikmat lainnya. Hal ini tidak lain agar diri kita semakin mendekat kepada Allah SWT. Bahwasanya, bulan Ramadan mengajar kita akan perilaku sederhana. Berlaku sederhana.
Menyikapi segala sesuatu dengan sederhana. Entah bagi mereka yang memiliki kekayaan berlebih maupun bagi mereka yang kekurangan. Berlaku sederhana dapat mengantarkan kepada kenikmatan dan keberkahan hidup.
Bulan Ramadan bukan disambut dengan perilaku boros, perilaku konsumtif. Akan tetapi, bulan Ramadan harus disambut dengan penuh kesederhanaan sebab kenikmatan bakal selalu menyertai.
Bayu Samudra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H