Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Peluang Kerja Tidak Mengenal Bidang Studi, Kamu Mampu Pasti Sukses

27 Maret 2021   07:55 Diperbarui: 28 Maret 2021   15:28 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang suatu peluang kerja datangnya dadakan. Kita hanya diberi pilihan, menerima peluang atau menolak peluang. Sudah, begitu saja. 

Pada kenyataannya, peluang suatu pekerjaan memang tidak memperhatikan seberapa sinkron antara peluang dan bidang studi. Entah dari bidang studi mana, selagi kita mampu menjalankan deskripsi pekerjaan (job description) tidak ada salahnya. Tak harus selalu sesuai dengan bidang studinya. 

Selama kita mampu mengerjakan pekerjaan dengan baik. Memiliki etos kerja tinggi, mampu berkomunikasi dengan lancar, dan menjaga perilaku kerja agar tetap sesuai norma. Meski bukan berasal dari bidang studinya, bukanlah masalah serius.

Adi adalah lulusan SMA. Dia mencari lowongan pekerjaan. Ada satu lowongan yang sesuai dengan kualifikasinya, yaitu satpam. 

Adi tahu betul risiko menjadi seorang satpam. Padahal ia bukan siswa yang jago berantem. Adu jotos, adu pukul. Namun, ia berusaha mendaftar dan akhirnya diterima. 

Perusahaan pun lalu memberikan pelatihan kepada calon satpam baru selama dua pekan, agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab secara sangat baik. 

Selama kita mampu menikmati kehidupan kerja. Masih merasa nyaman dengan pekerjaan yang dilakukan. Tak ada tekanan yang memaksa, tak ada perubahan lingkungan yang siginifikan, dan tak ditemukan kekerasan fisik maupun verbal dari seorang pemilik perusahaan bahkan rekan kerja, maka lanjutkan saja.

Ketika kita bekerja dengan penuh beban, sering dimarahi atasan, hasil pekerjaan semrawut, kondisi rekan kerja tidak mendukung, dan ditambahkan konflik internal (baca: konflik batin, antara resign dan bertahan). Mungkin sangat berat bagi kita menuntaskan pekerjaan. Sehingga timbul ketidaknyamanan bekerja. Hal ini terjadi karena kita tidak mampu beradaptasi dengan job desk. Apabila kita mampu, masalah tersebut tak akan pernah menghampiri kita.

Selama kita mampu belajar memahami budaya tempat kerja, kita adalah keluarga. Bidang studi kita boleh berbeda dengan profesi. Namun, persamaannya terletak pada pemahaman budaya tempat bekerja. 

Tak ubahnya suatu rumah, tempat kerja memiliki atasan (kepala keluarga), terdapat seorang bendahara (ibu rumah tangga), adanya seorang pengawas (kakek nenek), dan karyawan (kita sebagai anak atau cucu). Sederhananya seperti itu. Tempat kerja adalah sebuah rumah dan merupakan suatu keluarga yang utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun