Melanjutkan kehidupan tanpa kehadiran si buah hati, seperti sayur asam tanpa garam. Tidak ada sedap-sedapnya. Hambar. Hanya berdua saja. Perundingan untuk mengadopsi anak, selalu menemui jalan buntu.Â
Bukan tidak ada anak yang dapat diadopsi, melainkan kebahagiaan seorang ibu yang melahirkan dan merawat anaknya sendiri, yang keluar dari rahimnya, jauh lebih memberi ketenangan, kegembiraan.
Usia mereka pun semakin tua. Edo berumur 35 tahun dan sang istri, Ani menginjak angka 32 tahun. Orangtua mereka mulai menghadap Tuhan semesta alam. Menyisakan ibu mertua.Â
Hingga pada akhirnya, memasuki pertengahan kalender 2005, mereka memutuskan mengakhiri pernikahan. Mulai melayangkan surat perceraian. Sebuah keputusan berat diambil secara paksa.
Lima bulan berlalu, mereka sudah tak hidup seatap. Meski belum resmi bercerai, sebab persidangan masih akan dimulai pada Januari 2006. Edo dan ibunya.Â
Ani tinggal bersama saudara ibunya. Budhe. Pakdhenya meninggal tahun lalu. Hanya tinggal berdua dan biaya hidup ditanggung ponakannya, sekaligus putra budhe di Samarinda yang berkeluarga di sana.
Suatu ketika, Ani mual-mual, kepalanya pusing, nafsu makan menurun. Ani hanya menganggap dirinya sedang masuk angin. Budhe yang melihat gejala Ani, mulai berpikir ke arah tanda kehamilan. Untuk memastikan, Budhe Darmi membawa Ani ke puskesmas. Setelah diperiksa, benar dugaan Budhe Darmi. Ani hamil.
Kabar itu dilayangkan ke Edi dan mertuanya. Betapa bahagia dan senangnya mereka. Akhirnya, Edi dan Ani kembali bersatu. Tak ada kecurigaan yang diberikan Edi kepada Ani. Sebab keduanya yakin, hubungan intim 5 bulan sebelum pisah rumah, ternyata membuahkan hasil.
Pengajuan perceraian dicabut. Tepat peringatan kemerdekaan Indonesia ke-61, Ani melahirkan. Buah hati Edo dan Ani yang didambakan sejak lama, akhirnya menyapa keduanya.Â
Tangisan keras dan guyuran air mata, mengembalikan keindahan pernikahan mereka. Lengkap sudah yang mereka cita-citakan. Kini, anaknya menempuh pendidikan menengah pertama di sekolah negeri.
Dari kisah singkat tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Tuhan semesta alam memiliki cara tersendiri untuk mempertahankan hubungan yang berada diujung tanduk. Selain itu, kesabaran dan ketabahan bertahan dalam rumah tangga tanpa momongan selama 15 tahun wajib kita miliki. Intinya, ketabahan dan kesabaran harus kita miliki dalam kehidupan berumah tangga.