Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menyelesaikan Masalah dengan Kepala Dingin, Bukan Keras Kepala

11 Maret 2021   16:55 Diperbarui: 11 Maret 2021   17:28 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan yang gagal menyelesaikan masalah - Sumber: shutterstock.com

Masalah memang tidak tahu diri. Datangnya tiba-tiba. Mendadak dan menyerbu. Membuat seseorang kalang kabut menghadapinya. Adanya masalah menghasilkan dua sisi, yakni positif dan negatif. Masalah membuat perpecahan dan masalah mengajarkan arti kehidupan.

Sebuah masalah tidak hanya terjadi pada satu orang, melainkan beberapa orang, paling tidak dua orang. Asal usul masalah bisa berupa hal kecil yang kemudian membesar, bahkan suatu hal besar. Hal ini dipertegas dengan pepatah, semakin tinggi dan rindang sebuah pohon, maka semakin besar angin yang menerpa dan membuat goyah. Oleh karena itu, masalah harus diselesaikan bukan ditinggalkan.

Menjalin hubungan asmara, tak ubahnya menyatupadukan dua kepala, dua pemikiran, dan dua hati untuk berjalan di jalan yang sama, guna menempuh tujuan yang sama. Layaknya kerjasama bilateral.

Pada praktiknya, proses perjalanan menempuh tujuan tersebut kadang mengalami hambatan, adanya masalah. Hal ini lumrah dan manusiawi.

Muda-mudi yang menjalin kisah cinta. Sangat sering ditimpa masalah. Walau sebenarnya hanya masalah sepele yang dibesar-besarkan. Maklum, belum mampu mengontrol emosi secara tepat. Bertambahnya usia diharapkan dapat meningkatkan kedewasaan seseorang. Hal inipun berlaku pada jalinan asmara. Semakin lama  mengikat tali percintaan, tentu semakin tinggi tingkat kematangan berfikir sehingga meminimalisir terjadinya masalah.

Awal-awal kita pacaran, mungkin tak dapat mengontrol sikap emosional. Akhirnya mudah cemburu dan terlalu posesif. Hal ini adalah masalah. Sebab pasangan kita akan merasa kehidupannya terkekang oleh kehadiran kita sendiri. Yang pada akhirnya, hubungan menjadi kandas.

Biasalah anak muda. Emosinya menggebu-gebu, meledak-ledak. Belum mampu berpikir secara ajek dan matang. Masih mengandalkan kekuatan otot bukan otak.

Pernah dulu, teman saya sebenarnya salah paham terhadap hubungan pasangannya dengan teman saya lainnya. Mirna sangat akrab dengan Niram. Mereka selalu berdiskusi mengenai pelajaran fisika. Jadi, ketika istirahat mereka sering ngobrol. Sedangkan Niram memiliki kekasih, yakni Marni. Marni merasa kesal dan cemburu terhadap perilaku yang ditunjukkan Mirna, dirasa berlebihan kepada Niram.

Suatu ketika, Niram sedang dipanggil guru fisika di kantor untuk keikutsertaan dalam OSN. Marni yang sedari awal telah tidak suka kepada Mirna. Akhirnya menyiramkan botol minumannya tepat di kepala Mirna. Diguyurkan. Mirna yang merasa tidak memiliki kesalahan terhadap Marni, cekcok. Gelut, adu jambak dan cakar. Kelas jadi ramai, sebab jam kosong. Tak lama dari itu, bel berbunyi untuk pergantian jam, Pak Edo datang selalu guru Pkn. Melerai dan memberi nasihat pada semua siswa.

Cerita masih berlanjut. Ketika pulang sekolah, Niram tak henti-hentinya memarahi Marni. Tutur kata kata kasar tak karuan terlepas dari kepalanya. Marni pun serupa. Ngomel sana-sini. Hingga pada ujungnya, memutuskan hubungan kekasih selama ini. Akhirnya yang menyedihkan.

Andaikata, mereka berdamai. Meredam amarah masing-masing. Tak akan begitu akhir kisahnya. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah jadi bubur. 

Ilustrasi pasangan - Sumber: thebergword.com
Ilustrasi pasangan - Sumber: thebergword.com
Menyelesaikan masalah tak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi semahal menyogok tukang ketok palu. Butuh teknik agar dapat mempertahankan hubungan yang telah dibangun. Sayang, kalau ambruk. Rugilah. Jadi, jangan sampai ambruk, hancur berkeping-keping.

Tak hanya pasangan muda-mudi, pasangan tuwar-tuwir pun sering dilanda masalah. Untuk itu, setiap pasangan wajib menyelesaikan masalah agar mengembalikan kebahagiaan yang sempat memudar. Bila tidak, bakal berakhir kepada perpisahan dan penyesalan.

Perlu diketahui bahwasanya, menyelesaikan sebuah masalah yang terjadi di antara pasangan, tidak akan melihat seberapa muda atau seberapa tua diri kita dalam menuntaskan permasalahan. Juga tidak berpatokan pada lama tidaknya hubungan yang dijalin. Melainkan, diukur dari seberapa dingin kepala kita dalam menghadapi permasalahan. Menghadapi masalah harus dengan kepala dingin. 

Ketenangan dan kesabaran adalah kunci menghadapi masalah tanpa menimbulkan luka. Artinya diantara pasangan sama-sama legowo, lapang dada menerima permasalahan, sekaligus solusi untuk dijalankan bersama. Membenahi kembali hubungan yang renggang. Merajut ulang jalinan cinta kasih yang mulai rapuh.

Secara tidak langsung, masalah yang dihadapi oleh sepasang kekasih harus diselesaikan bersama. Mendiskusikan permasalahan untuk mencari jalan terbaik menyelesaikannya. Bukan keputusan sepihak yang dapat menciderai perasaan salah satu pihak.

Tenang dalam menghadapi permasalahan. Bukan berarti tindakan kita tenang seolah-olah tidak terjadi masalah. Diam saja. Bukan. Itu sama halnya mendiamkan masalah bukan mencari solusi atas permasalahan. Tenang di sini, memiliki pola pemikiran yang tenang. Tidak grasa-grusu dan gegabah dalam mengambil keputusan. Artinya, penuh perhitungan.

Pada satu sisi, kita mencoba mempertahankan hubungan yang terjalin, cinta kasih. Sedangkan di lain sisi, kita dituntut menyelesaikan permasalahan yang terjadi secara tepat dan nyaman. Oleh karena itu, membutuhkan pemikiran yang tenang agar dapat berpikir secara jernih guna menyelesaikan permasalahan.

Sabar dalam menyelesaikan permasalahan. Bukan berarti hanya manggut-manggut mengiyakan keputusan sepihak. Namun mencoba menyuarakan solusi terbaik untuk didiskusikan. Ambil jalan tengah.

Proses penyelesaian masalah, tidak boleh dengan cara kasar. Main pukul. Bermain kata cacian. Tidak begitu. Hal ini justru menambah masalah. Kekerasan fisik dan kekerasan verbal.

Mengidentifikasi ulang akar permasalahannya berada di mana. Tentu, ada di kedua belah pihak. Mungkin karena tidak memiliki komitmen kuat sekaligus kedewasaan berpikir. Maka dari itu, sikap sabar perlu ditunjukkan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Dengan ketenangan dan kesabaran dalam menyelesaikan permasalahan, hubungan kita dengan pasangan akan baik-baik saja. Malah bakal bertambah dekat, tambah cinta. Karena pasangan sama-sama menunjukkan kematangan emosional dalam menghadapi masalah. Hal ini menjadi nilai tambah keharmonisan hubungan.

Artinya, diri kita dan pasangan kita berhasil menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin. Tanpa membuat luka batin. Tanpa meninggalkan penyesalan dan perpisahan. Hubungan tambah utuh dan menyenangkan.

Jadi, menyelesaikan sebuah masalah yang terjadi dalam ikatan percintaan harus dengan kepala dingin, bukan keras kepala. 

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun