Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pasanganmu Lenyap Misterius, Obati Hati dan Pikiranmu Segera

7 Maret 2021   22:25 Diperbarui: 8 Maret 2021   10:57 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa welas kowe lunga biyen kae
Ra ono mesakne aku sitik wae
Ngaboti tresna anyarmu lalu kau tinggalkan aku
Tersakiti sendiri di malam itu

Kowe lunga pas aku sayang-sayange
Tanpa pamit kowe ngadoh ngono wae
Aku ra ngerti salahku dan kau campakkan diriku
Bersanding dengan kekasih barumu

Apa yang terbesit dalam pikiranmu, ketika mendengar sepenggal dua penggal lirik lagu tersebut. Entah hanya sepintas saja di dalam angkutan umum, sudut ruangan kantor, pos jaga satpam, hingga pada radio mobil milik kita. Saya yakin, kalian hanya menikmati saja. Apalagi yang menyanyi adalah artis idola. Bakal ikutan nyayangi dadakan. Tanpa persiapan, tanpa busana mewah dan glamor, dan tanpa pengaturan napas. Akhirnya ngos-ngosan.

Pernahkah kalian mencoba menyimak dan memahami setiap lirik lagu yang didendangkan? Anggaplah lagu tersebut, sebuah karya milik Guyon Waton dengan judul korban janji. 

Lagunya bakal membawa kita pada suatu titik. Yang mana, kita berada pada situasi dan kondisi sedang menjalin ikatan cinta. Kedekatan dengan pasangan. Eh, tiada ada angin, tak ada hujan, dia menghilang begitu saja. Lenyap dan sirna mendadak.

Suatu kejadian yang tak terbayangkan sebelumnya. Ketika sedang sayang-sayangnya, pas sayang-sayange, pasangan kita pergi entah kemana. Gak ada firasat apapun. Gak muncul peringatan bahwa terjadi  keretakan hubungan. Tetiba sirna begitu saja. Lenyap secara misterius.

Layaknya suami istri, bila pasangan kita sakit, kita juga merasa sakit. Itulah indahnya cinta. Manisnya asmara. Belahan kita menderita, kita pun ikut menderita. Belahan kita bahagia, kita pun turut bahagia. Romantis bukan?

Ketika si dia pergi mendadak. Hilang dari peredaran. Musnah dari peradaban. Kita pasti mencarinya. Siang malam. Pagi sore. Seluruh waktu diluangkan untuk mencari keberadaannya. Mulai dari menanyai teman-temannya, para mantannya, hingga sanak keluarganya. Hasilnya nihil. Orangtuanya pun tak tau keberadaan anaknya. Apalagi kita, hanya calon pendamping hidupnya. Angel wes angel.

Tiga, empat hari. Dua, tiga pekan. Satu bulan. Waktu pencarian yang melelahkan. Ujungnya tak pernah ketemu. Ada rasa bosan, jenuh, lelah, letih, lesu, dan enggan mencarinya. Hati dan pikiran sudah cukup keras bekerja. Nyatanya, tak menemui akhir.

Apa yang bakal kita lakukan, bila sudah berada di posisi hati dan pikiran yang mulai sakit?

Sejak kepergian dadakan si dia. Terlebih tidak ada komunikasi dua arah. Hati kita sudah tersayat. Pikiran kita pun telah luka. Kekasih yang didambakan tiba menghilang digulung angin. Kalau ditelan bumi, sudah biasa terjadi. Entah berada di bujur dan lintang berapa, kita gagal mendeteksi keberadaannya. Di luar jangkauan. Terlalu jauh dan sangat jauh.

Pertama, melupakan pasangan kita.

Pencarian berhari-hari, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan tidak menemui titik terang. Gelap gulita. Cahaya sinar matahari saja gak mampu menunjukkan titik terakhir batang hidungnya. Amat sulit mencari. Bukan lagi, mencari sebuah jarum di tumpukan jerami. Ini ibarat menyisir seekor kutu dilautan lepas. Melelahkan.

Jalan terbaik adalah melupakan. Kenangan indah bersamanya, lupakan. Keteduhan hatinya, lupakan. Kecintaan padanya, lupakan. Karena melupakan lebih mudah daripada mengingat. Buktinya, kita sering lupa akan rumus matematika, fisika atau kimia. Jadi, lupakan saja. Kita sudah terbiasa melupakan. Ini hanya sebuah permainan hati, gak serius, lupakan.

Sibukkan diri kita dengan aktivitas yang lebih produktif. Tiga hari pertama kehilangan pujaan hati. Dalam artian bakal tersakiti. Sudah, lakukan aktivitas produktif saja. Entah membuat makanan kesukaan, tapi bukan makanan kesukaan si dia, nanti gagal melupakan. Sebagai contoh, menulis di Kompasiana, mengumpulkan perangko, menanam bunga di halaman rumah daripada kering kerontang, maupun mengoleksi uang logam kuno.

Kedua, melepaskan pasangan kita.

Dengan berat hati, lepaskan saja pasangan kita yang sudah pergi entah kemana. Kita cari pun gak ketemu. Percuma mencari sesuatu yang telah hilang apalagi yang sudah lama pergi. Lepaskan saja. Jangan lagi ikatkan cinta kita pada dirinya. Iya, kalau ketemu nantinya. Ketemu pun bila masih lajang, jika sudah beranak-pinak, mau dibawa kemana hati kita.

Melepaskan adalah jalan kedua bagi kita yang gagal menjalin hubungan percintaan. Buat apa memberatkan hati pada seseorang yang telah meninggalkan. Bukan meninggal. Hanya meninggalkan. Artinya, dia gak serius. Dia gak tulus dan dia gak berstatus. Cukup lepaskan tanpa memberatkan.

Hati dan pikiran butuh ketenangan. Jika setiap hari dijejeli keberatan, bisa-bisa pusing kepala dan jatuh sakit. Iya kalau sakitnya hanya darah rendah, makan sayur bayam udah naik lagi darahnya. Bagaimana bila sakit kepala akut? Syaraf banyak yang pedot karena keras berpikir.

Ketiga, mengikhlaskan pasangan kita.

Langkah terakhir ialah mengikhlaskan. Kadang kita sudah mampu melupakan, sanggup melepaskan, eh, malah enggan mengikhlaskan. Kepergian pasangan kita secara tiba-tiba, tanpa ada pengajuan pengunduran hati. Menimbulkan berbagai macam tanya raksasa. Apakah dia sudah bosan dengan tingkah kita? Sehingga, dia harus bertanya pada rumput yang bergoyang. Apakah dia ada urusan dadakan yang benar-benar darurat untuk segera meninggalkan? Apakah dia sudah diikatkan oleh ikrar janji yang lebih suci daripada kita?

Kalau karena alasan pertama, jelas dia gak bakal pernah kembali. Sampai ke ujung dunia pun, gak akan berhasil menemukan rumput yang bergoyang dan menjawab pertanyaannya. Jika karena alasan ketiga, dia sangat jelas meninggalkan kita sendirian, membiarkan kita terombang-ambing oleh kegelisahan. Sebab ia sedang memadu kasih dengan pilihan orangtua. Bila dia pergi karena alasan kedua, masih ada harapan kembali. Namun, sangat tipis. Ia kalau dia kembali dalam keadaan setia, kalau tidak? Percumalah kita menanti. Penantian tak berarti.

Sudah. Mengikhlaskan pasangan kita jauh lebih baik daripada memikirkannya sepanjang hidup. Sebab belum tentu ia berpikiran serupa dengan kita.

Melupakan, melepaskan, dan mengikhlaskan adalah obat terbaik menyembuhkan luka hati dan pikiran. Tersakiti karena cinta yang kita perjuangkan hilang dengan misterius. Tanpa ada petunjuk mengenai titik koordinat terakhir.

Jadi, apabila kamu mendapati pasanganmu lenyap misterius, segera obati hati dan pikiranmu yang terluka. 

Bukankah mengobati sedari awal jauh lebih mudah, daripada mengobati penyakit yang telah masuk ke dalam jiwa?

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun