Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menangani Masalah Destruktif pada Anak

21 Februari 2021   13:10 Diperbarui: 21 Februari 2021   13:23 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu yang sedang mengedukasi anaknya menanam tanaman (foto dari nikita.grid.id)

Kedua, mencari tahu penyebab tingkah laku anak yang destruktif tersebut.

Ketika objek benda yang dirusak oleh anak. Kita amankan kemudian anak tidak menunjukkan sikap perlawanan. Mungkin tidak sengaja mencoret-coret sampul buku tersebut. Disinilah peran kita selaku orang tua untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya perilaku merusak yang dilakukan oleh anak.

Tanyakan, kenapa anak tiba-tiba mencoret-coret sampul buku? Selidiki mengapa anak menendang-nendang pot bunga hingga pecah? Cari tahu alasan mengapa anak menulis di dinding rumah?

Ketika anak mulai bercerita, dengarkan. Jangan memotong cerita anak sebelum anak selesai bercerita. Barkann anak mengemukakan pendapatnya. Apa yang diinginkan oleh anak dapat kita temukan pada ceritanya. Setelah itu, barulah kita masuk kepada cerita anak dengan memberikan beberapa nasihat atau poin-poin yang bermanfaat bagi keberlangsungan tumbuh kembang anak.

Misal, anak mencoret-coret sampul buku tersebut karena melihat sampul bukunya bergambar semut. Si anak pernah digigit oleh semut, sehingga dia seakan-akan sedang membunuh semut dengan mencorat-coret sampul bukunya. Anak yang sedang asyik menulis di tembok, mungkin dia beranggapan bahwa tembok ini bisa digunakan sebagai papan tulis, sehingga akan menghapusnya dengan penghapus atau tisu. Anak yang tiba-tiba menendang pot bunga beberapa kali hingga pecah, mungkin sedang membayangkan bahwa pot bunga itu bisa digunakan layaknya bola, karena hampir menyerupai bentuk bola yang bulat. 

Dari kisah anak inilah, kita mengambil pelajaran bahwa anak mungkin menginginkan hal-hal tersebut. Karena di rumah tidak memiliki benda-benda itu, maka anak akan menggunakan benda lain yang menyerupainya untuk menunjukkan kemampuannya, mengeluarkan ekspresinya dengan benda-benda yang sebenarnya bukan semestinya digunakan untuk hal itu.

Dengan begini, orang tua akan memahami asal-usul penyebab tingkah laku anak yang destruktif tersebut. Selain itu, orang tua diwajibkan memberikan nasihat jika anak berperilaku merusak, seperti kamu tidak boleh mencorat-coret di tembok karena bakal memberikan kesan kotor, warnanya tak lagi indah, dan sulit untuk dibersihkan. Sehingga anak tidak akan mengulangi kesalahan tersebut.

Ketiga, memberikan objek alternatif untuk mengekspresikan imajinasi anak.

Anak mencoret-coret di buku gambar (foto dari smpalazhar.sch.id)
Anak mencoret-coret di buku gambar (foto dari smpalazhar.sch.id)
Mungkin karena imajinasi anak yang sangat banyak tersebut dan menghalalkan berbagai macam objek atau benda di sekitarnya sebagai objek yang berada dalam pikirannya akan menimbulkan perilaku merusak. Hal ini harus dicegah dengan memberikan objek alternatif untuk mengekspresikan imajinasinya.

Namun, apabila perilaku destruktif yang ditunjukkan anak ini disertai dengan rasa amarah. Kita pula harus memberikan alternatif, bagaimana meredakan kemarahan anak dengan menyodorkan hal-hal positif lainnya. Melalui hal itu, kemarahan anak akan berbuah manis. Misal anak marah, ia mencoret-coret buku tulis miliknya. Alangkah lebih baiknya, kita beri dia objek lain berupa buku gambar, biarkan di corat-coret di sana saja. Mungkin bisa menghasilkan sebuah gambaran abstrak yang bernilai seni tinggi. Anak akan muncul sikap inisiatif menggambar secara imajinatif. Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan oleh anak. Dari amarah membawa prestasi anak.

Daripada membiarkan anak menendang pot bunga hingga pecah dan mungkin membahayakan kaki anak. Berikan sebuah bola, katakan jika kamu marah, tendanglah bola ini sekuat-kuatnya. Dengan begini, energi yang dikeluarkan oleh anak dapat bermanfaat untuk melatih kekuatan otot kaki sang anak. Sekaligus memberikan kesenangan kepada anak dalam bermain bola. Siapa tahu kelak anak menjadi pemain sepak bola. Sungguh kemarahan yang membawa berkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun