Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba seorang anak mencoret-coret sampul buku, menendang-nendang pot bunga hingga pecah, hingga membanting-banting sandal jepit yang dikenakannya. Pernahkah kita melihat atau mengalami kejadian serupa di rumah? Tetiba buah hati kita berlaku destruktif atau merusak benda-benda yang ada di sekitarnya.
Perilaku destruktif yang terjadi pada anak adalah suatu hal yang membahayakan bagi kehidupan selanjutnya. Sebab anak akan terbiasa dengan perilaku merusak dan hal ini bakal merembet kepada perselisihan antara orang lain dengan dirinya. Sehingga harus mendapat penanganan yang baik dari orang tua sekaligus lingkungan (masyarakat), agar anak yang yang sedang mengalami masalah destruktif ini dapat terselesaikan atau tertangani.
Anak adalah generasi penerus dari keturunan keluarga kita sendiri. Penerus bangsa dan negara. Begitupun, penerus peradaban manusia di era mendatang. Karena sebagai penerus, maka harus dibekali dengan pola pikir yang baik dan bermanfaat bagi orang lain.
Apabila ada suatu masalah yang terjadi pada anak, ini menjadi tanggung jawab dari kedua orang tua. Hal ini dikarenakan orang tua adalah pengasuh sekaligus guru bagi anak dalam mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupan mendatang. Kehidupan yang mungkin jauh lebih kacau daripada kehidupan kita saat ini. Kehidupan yang lebih nyaman esok hari.
Apabila perilaku destruktif ini terjadi pada buah hati kita. Apa yang akan kita lakukan? Apa yang akan kita berikan kepada anak?
Pertama, menyela tingkah laku anak.
Memukul anak dapat memberikan efek bahwa orang tua berlaku kasar kepada anak. Lebih-lebih anak bakal trauma dengan perilaku orang tua yang sering menggampar tubuh anak. Begitupun dengan membentak anak dengan suara yang lantang dapat menimbulkan kekagetan, sehingga berdampak kepada detak jantung anak yang semakin cepat karena benar-benar terkejut. Tercengang. Sama berbahayanya.
Tindakan yang benar adalah menyela tingkah laku anak. Â Seperti langsung memegang tangan anak atau mengambil objek benda yang dirusak oleh anak. Misal mencoret-coret sampul buku dengan spidol. Kita selaku orangtua bisa mengambil spidol atau buku bahkan kedua-duanya. Kita pun disarankan untuk langsung memegang kedua tangan anak. Dengan langsung memberikan tindakan seperti ini, anak akan berhenti. Namun apabila dalam posisi anak sedang marah, maka anak akan memberontak atau melawan diri kita.Â
Jika hal itu yang terjadi, rangkullah dan peluklah anak dengan erat. Stabilkan emosi anak emosi, kemarahan anak dengan mengelus-elus kepala atau pundaknya. Bila sudah tenang, dudukkan anak dan mintalah keterangan kepada anak apa yang terjadi, sehingga anak berperilaku destruktif.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!