Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Keistimewaan Jawa Timur dari Semua Penjuru Mata Angin, Menakjubkan

19 Februari 2021   15:35 Diperbarui: 19 Februari 2021   16:02 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candi Brahu, Mojokerto (foto dari kebudayaan.kemendikbud.go.id)

Setelah kita bersama menikmati keindahan bumi Flobamora, seduhan secangkir kopi Gayo, ramah-tamah masyarakat Dewata, semaraknya Bandungan, khidmatnya ritual Kasaraka, dan megahnya Borobudur. Kini tiba giliran Jawa Timur unjuk gigi. Apa istimewanya Jawa Timur dalam pangkuan Ibu Pertiwi?

Tak asing bagi kita, secuil tanah paling timur pulau Jawa sudah terkenal dengan reog, ludruk, dan ojung. Jawa Timur tak hanya menyimpan budaya leluhur yang masih lestari hingga zaman digital saat ini. Perlahan tapi pasti. Kemolekan Jawa Timur terpancar sedikit demi sedikit. Mulai dari panorama pegunungan, pantai nan rupawan, air terjun menyegarkan, hutan alam menyejukkan, candi bersejarah peninggalan zaman purbakala, dan indahnya religi masyarakat. Semua berpadu dalam keglamoran sejengkal tanah Indonesia.

Tulisan ini tidak sedang membanding-bandingkan kekayaan alam Nusantara. Sebab sejatinya, keragaman ini tercipta atas kehendak Tuhan. Hanya saja, saya beruntung memijakkan kaki di salah satu bumi Pertiwi sebagai anugerah dari Tuhan semesta alam.

Ada banyak sekali wisata alam di Jawa Timur. Tak terkecuali di wilayah tempat tinggal kamu. Sama aja. Ada gunung, terdapat pantai, dilengkapi air terjun, ditambahi hutan, dan diberi bonus peninggalan zaman dahulu. Gak ada bedanya. Masih satu bumi, Indonesia. Masih dengan nenek moyang yang sama. Hanya beda bujur dan lintang.

Baiklah kita mulai menjelajah dengan rute yang sama. Jangan terlalu jauh dari rombongan. Khawatir tersesat. Untuk itu lengkapi peralatan jelajah milikmu dengan kompas (alat penunjuk arah mata angin). Satu lagi, siapkan camilan selama penjelajahan. Bukan penjajahan. 

Pos pertama, gunung di Jawa Timur.

Kita semua pasti tahu kan? Keberadaan Gunung Semeru atau Mahameru dan Gunung Bromo. Tapi, kita tidak sedang membahas keduanya. Terlalu sering kita dengar. Apalagi saat ini, Semeru tengah batuk-batuk. Gak enak hati membicarakan sesuatu yang sakit.

Arahkan kedua mata kita, (apakah terlalu kasar, saya harap tidak ya) kepada ujung paling timur dari Jawa Timur. Tepat. Banyuwangi dan Bondowoso. Pertahankan agar pandanganmu tetap tertuju di sana. 

Gunung Ijen

Gunung Ijen dan Api Birunya (foto dari nusadaily.com)
Gunung Ijen dan Api Birunya (foto dari nusadaily.com)
Seperti kebanyakan gunung yang didaki oleh kita, hanya melihat matahari terbenam dan terbit. Pada Gunung Ijen kita bakal melihat hal yang tak pernah ada di langit gunung lainnya. Salah satu keindahan pemandangan Ijen ialah fenomena api biru atau blue fire. 

Hanya api biru saja? Setiap hari kulihat pada nyala api kompor. Gak ada istimewanya. 

Beda sensasi, kawan. Ini terdapat di langit Ijen. Pas di atas kawah Ijen. Fenomena api biru hanya dapat dilihat di malam hari. Ketika langit gelap. Titik-titik api biru menghiasi puncak Ijen. Sungguh pemandangan yang tak bakal kita lupakan. 

Gunung Ijen sendiri terletak di perbatasan Banyuwangi dan Bondowoso. Ijen sendiri tidak terlalu tinggi menatap angkasa, hanya sekitar 2.368 mdpl (dua ribu tiga ratus enam puluh delapan meter di atas permukaan laut). 

Oke. Kita pindah ke selatan Ibu Kota Jawa Timur. Ya, Probolinggo.

Gunung Argopuro

Gunung Argopuro Probolinggo (foto dari touaregadventure.com)
Gunung Argopuro Probolinggo (foto dari touaregadventure.com)
Selain dapat menikmati sejuknya udara pegunungan. Argopuro juga memanjakan mata dengan padang sanana yang terdapat di bawah puncak Argopuro. Mendaki setinggi 3.088 mdpl (tiga ribu delapan puluh delapan meter di atas permukaan laut), dibayar kontan dengan kesejukan dan keindahan alam Argopuro.

Oh iya, di Probolinggo ada kawan kita lo. Pak Arif R Saleh. Ayo kita sapa sejenak dari puncak Argopuro. Selamat pagi, Pak Arif.

Walau ada kabar mistis di gunung tersebut. Tak menyurutkan langkah para wisatawan memilih singgah sejenak di Argopuro. Layaknya kita bersama. Sedang rebahan di area sabana Cikasur Argopuro. 

Saya rasa sudah cukup ya, kita beralih objek wisata saja. Mau kemana? Pantai atau air terjun. 

Pos kedua, pantai di Jawa Timur.

Cukup penat naik-naik ke puncak gunung. Kiri kanan hanya pepohonan. Tak jarang ada kawanan hewan liar mengintai dan siap menerkam. Akhirnya, kita ke pesisir saja. 

Kita berjalan ke arah tenggara. Tetap perhatikan kompas kalian. Penjelajah ini tak dilengkapi dengan moda angkutan. Sekalian olahraga. Melatih otot kaki.

Ternyata sudah tiba. Gak terasa lelahnya ya. 

Pantai Papuma

Matahari tenggelam di Pantai Papuma (foto dari anekatempatwisata.com)
Matahari tenggelam di Pantai Papuma (foto dari anekatempatwisata.com)
Siapa yang pernah ke Papuma? Saya yakin bagi kalian warga masyarakat Jember pasti sering bertandang. Apalagi ini menjadi objek wisata andalan Jember.

Papuma menyuguhkan desir ombak yang tenang dan menenangkan. Memanjakan mata dengan keindahan batu-batu besar di sekitaran pantai. Akses menuju Papuma pun sangat mudah. Sehingga tak menyangka secepat ini kita sampai. Walaupun sebenarnya sangat lama ya. 

Keindahan alam Papuma sering dieksplor sebagai latar belakang foto prewedding dan hanya sekadar swafoto. Memang sangat cantik dan menawan.

Baiklah, cukup ya di Papuma. Kita ke barat. Ujung barat Jawa Timur. Emang ada pantai di sana? Eh, gak kalah mantap seksinya. 

Pantai Klayar

Pantai Klayar, Pacitan (foto dari anekatempatwisata.com)
Pantai Klayar, Pacitan (foto dari anekatempatwisata.com)
Sebelum kita melanjutkan perjalanan. Kira-kira kita ke daerah mana? Ya, Pacitan. Pantai Klayar adalah destinasi wisata baru di Pacitan. Keindahan pantai Klayar yang terletak di Kecamatan Donorojo, menyajikan pemandangan layaknya Tanah Lot di Bali. Hamparan pasir putih seputih air susu. Sapuan ombak yang lembut. Angin yang sepoi-sepoi. 

Batu karang besar yang menjorok ke laut menambah elegan, Pantai Klayar. Batu besar tersebut bila dilihat dari dekat hampir menyerupai spinx di Mesir. Bedanya di Klayar tergenang air, sedangkan di Mesir tergenang pasir. 

Tak hanya wisatawan lokal yang berkunjung ke Klayar untuk menikmati maha karya sang Pencipta. Wisatawan mancanegara turut berleha-leha di bibir Pantai Klayar.

Udah ya, kita mulai kepanasan. Tau sendiri kan, cuaca di pantai terik. Makin gosong nih kulit. Biarin para bule berjemur. Mereka jarang kepanasan, kita sering. Itulah mengapa, kulit kita berbeda, sawo matang. Ayo, pindah ke tempat yang lebih sejuk. 

Tetap perhatikan kompas kalian. Kita berjalan ke arah timur. Kok bikin pusing ya, rutenya ke barat, terus ke timur, ke barat lagi. Gak efisien.

Sudah, jangan banyak bicara. Ini namanya penjelajahan. Kadang tempat yang kita tuju sudah dilewati. Jadi, jangan banyak mengeluh.

Pos ketiga, air terjun di Jawa Timur.

Pasca berpanas ria di segoro. Kini waktu yang pas buat menyusuri, bukan menyusui, alam pedalaman. Surga yang tersembunyi. Destinasi wisata yang ada di tengah-tengah hutan. Biasanya begitu. Masih dalam kadar kontaminasi rendah. Masih murni alam. Benar sekali, air terjun.

Membayangkan sejuknya udara pedalaman, hempasan angin air terjun, butiran tetes air terjun yang melayang-layang, dan kicauan burung yang bersaut-sautan. Indah dan tak terlupakan. Menenangkan dan menyenangkan.

Air Terjun Coban Sriti

Coban Sriti (foto dari idntimes.com)
Coban Sriti (foto dari idntimes.com)
Baiklah kita mulai menelusuri jalan setapak nan licin. Pasang kedua mata tepat di bawah. Agar tak terperosok saat menyusuri jalanan ini. 

Ya, kita sampai di Lumajang. Tempat kelahiran saya selaku pemandu wisata kalian. Tepatnya di Pronojiwo. Barat laut dari domisili saya. Coban Sriti.

Air terjun ini sangatlah mencil. Melosok sekali. Apalagi ditopang dengan jalur ke tujuan sangat sulit. Butuh tenaga ekstra. Sayang jika kita berhenti di tengah jalan. Sudah separuh perjalanan. Ayo lanjutkan.

Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 120 meter. Memiliki dua aliran terjun sehingga kadang disebut air terjun kembar. Kesejukan udara di sini, jangan ditanya. Sejuk sekali.

Coban Sriti menjadi destinasi wisata baru di Lumajang. Namun masih belum optimal dikarenakan jalan mencapainya belum memadai. Sehingga hanya bagi para penjelajah berani yang sanggup tiba di surga tersembunyi tersebut. Sebagain dari penjelajah itu adalah kita bersama.

Lanjut, kita ke barat daya arah Probolinggo. Masih kuat ya, jalan dari sini. Mohon maaf, ini jasa traveling murah meriah. Gak perlu dalam-dalam merogoh kantong.

Air Terjun Mandakaripura

Madakaripura (foto dari idntimes.com)
Madakaripura (foto dari idntimes.com)
Akhirnya, kita tiba juga. Capek ya. Ayo makan dulu bekal yang dibawa. Ingat, jangan meninggalkan sampah di sini. Kita ini para penjelajah pecinta alam.

Air terjun Madakaripura. Salah satu objek wisata alam di Probolinggo yang terletak di Kecamatan Lumbung. Masih satu kawasan dengan Taman Nasional Bromo Semeru Tengger. Jadi, gampang menuju Madakaripura.

Air terjun yang memiliki tebing yang berbentuk cekung dengan tetumbuhan disekelilingnya, menambah elok dan asri alam Madakaripura. Jatuhnya air dari atas membuat sekitaran area menjadi hidup. Dipenuhi tetumbuhan merambat. Sesekali terdengar kicauan burung dari atas air terjun. Menambah asri keindahan alamnya.

Madakaripura sangat ramai dikunjungi wisatawan, baik asing maupun dalam negeri. Sebab sebagai salah satu tempat singgah ketika menikmati panorama alam Gunung Semeru ataupun Bromo. Banyak turis yang mengabadikan momen keindahan Madakaripura. Entah sekadar dokumentasi pribadi maupun khalayak umum, vlogger.

Sungguh indah. Sangat bersyukur kita semua dapat menikmati anugerah Tuhan semesta alam ini. Ayo, lanjutkan perjalanan. Kurang tujuh destinasi. Masih separuh rute.

Air Terjun Tumpak Sewu

Coban Sewu atau Tumpak Sewu (foto dari idntimes.com)
Coban Sewu atau Tumpak Sewu (foto dari idntimes.com)
Oke. Kita lihat kompas dulu. Jangan lihat jam. Ini masih pagi. Tujuan kita selanjutnya adalah air terjun di perbatasan Lumajang dan Malang. 

Nah, di sini kita dapat menyapa kawan Kompasianer lainnya. Pagi, Mbak Anis Hidayatie. Mbah Ukik, apa kabar?

Air terjun ini lebih eksotis. Pasalnya alirannya melingkar dan jatuh bersamaan. Lihat saja sekitar. Setiap sisi ada air terjunnya. Jika dihitung, bakal lebih dari dua puluh. Tapi mengapa namanya dianggap Tumpak Sewu atau Coban Sewu. Padahal gak sampai seribu air terjun. Lupakan. Kita gak bahas masalah asal usul namanya. Kita hanyalah penikmat semesta.

Kita dapat menikmati derasnya air terjunnya ini dari dua sisi sekaligus. Dari atas dan dari bawah. Kalau dari atas, kita melihat banyaknya aliran air yang jatuh. Kalau dari bawah, kita melihat seberapa banyak air yang tumpah dari atas, sembari melihat-lihat keadaan disekitar kita. Bebatuan.

Kita pun boleh mandi di dasar air terjun. Bukan pas dititik jatuh air. Sekitaran. Merasakan dinginnya air terjun Tumpak Sewu dan syahdunya gemercik air yang nublek. Pengalaman wisata yang menyenangkan.

Terbayar sudah, segala penat perjalanan yang kita tempuh. Setelah ngos-ngosan mendaki gunung dan kepanasan di pesisir. Akhirnya, dapat menikmati kesegaran air terjun. Kebeningan air dan kehidupan di dasar jurang.

Apakah sudah lelah? Jika belum, ayo lanjutkan. Tinggal sedikit lagi. Kali ini gak bakal menguras tenaga. Hanya jalan-jalan kecil. Memandangi kekayaan flora. 

Pos keempat, hutan di Jawa Timur.

Sebelum lanjut, kita mampir dulu di warung depan. Tambah perbekalan. Sebab, penjelajah masih panjang. Pastikan membawa obat-obatan. Sekalian camilan pengganjal lapar.

Perlu diketahui bahwa perjalanan kita ini sangat panjang. Jangan sampai kalian tertinggal. Tetap makan makanan bergizi dan tentunya ikuti arahan pemandu. 

Hutan De Djawatan 

Hutan De Djawatan (foto dari travel.kompas.com)
Hutan De Djawatan (foto dari travel.kompas.com)
Sebenarnya saya lelah. Apakah kalian gak lelah? Tidak. Bagus. Mungkin hanya prasangka saya saja. Sebab sudah seribu lima ratus kata. Jangan bosan dipandu oleh saya ya.

Hore. Kita sampai di Banyuwangi. Tepatnya di Hutan De Djawatan. Setalah puas menikmati guyuran air terjun. Air yang jatuh sekonyong-konyongnya. Kita nikmati keasrian alam Banyuwangi. Hutan trembesi. 

Betapa teduhnya berada di bawah pohon trembesi. Sinar matahari yang hanya sesekali menyilaukan mata. Menambah keindahan Hutan De Djawatan. Seakan ada bohlam besar menyinari hutan. 

Kita dapat berleha-leha di sini. Rebahan. Memandang hijaunya dedaunan trembesi. Menghitung seberapa tua usia pohon trembesi. Menakar sebesar apa diameter trembesi. Nyaman dan asri.

Sudah kenyang belum? Menikmati sajian Tuhan. Begitu mahal keindahan ini harus kita bayar dengan menjaga alam. Jangan pernah merusak alam ya. Baiklah, kita pergi ke Blitar.

Hutan Pinus Gogoniti

Hutan Pinus Gogoniti, Blitar (foto dari jatimtimes.com)
Hutan Pinus Gogoniti, Blitar (foto dari jatimtimes.com)
Nah. Kita tiba di Blitar. Destinasi wisata Hutan Pinus Gogoniti. Sesuai namanya. Hanya pinus saja. Gak ada tebu. Ini bukan perkebunan tebu. Apalagi kopi. Kalau secangkir wedang kopi, banyak.

Ketika mulai jenuh melihat trembesi, saatnya kita melirik pohon lurus menjulang tinggi. Pinus di Blitar. Hutan Pinus Gogoniti.

Pemandangan yang sangat asri, berbalut dengan seberkas suara koar-koar pemandu wisata yang menjelaskan beberapa hal penting dari Hutan Pinus Gogoniti. Pinus yang sejak lama ditanam di bumi Blitar. Kini telah tumbuh besar. Menyuplai kadar oksigen warga Blitar dan sebagian Jawa Timur.

Hutan Pinus Gogoniti sering dijadikan latar belakang foto prewedding. Batang pohon pinus layaknya angka satu, berdiri kokoh, membuat foto pasangan lebih epik. Seperti berfoto di tengah-tengah kayu yang berbaris.

Sebagai penutup perjalanan, kita harus singgah sejenak di situs-situs bersejarah. Benda peninggalan zaman dahulu. Zaman kerajaan. Supaya kita tidak lupa, bahwa sebelum kita ada di dunia saat ini, terdapat masyarakat terdahulu yang telah memijakkan kakinya di muka bumi. Mereka meninggalkan bangunan dan benda-benda bersejarah. Sekaligus ilmu yang senantiasa kita gunakan saat ini.

Pos kelima, tempat bersejarah di Jawa Timur.

Kita tidak boleh melupakan sejarah. Kita lahir dari rahim para leluhur. Yang berada jauh di kehidupan sebelum kita. Oleh karena itu, sudilah kita berjalan-jalan ke tempat bersejarah sebagai penutup penjelajahan.

Baiklah, kita mulai dari Mojokerto.

Candi Brahu

Salah satu candi di Jawa Timur yang sekaligus masuk ke dalam kawasan Situs Arkeolog Trowulan, yakni candi Brahu. Candi bercorak Budha yang dibangun sekitar abad ke-15 Masehi. Dengan panjang bangunan candi sekitar 22,5 meter, lebar 18 meter, dan tinggi 20 meter membuat penampilan candi Brahu semakin gagah. 

Candi Jawi

Tak enak rasanya bila hanya menyambangi satu candi. Kita beranjak ke candi Jawi. Salah satu candi yang didirikan oleh Raja Kertanegara pada abad ke-13 Masehi. Ukuran bangunan candinya pun sama megah, sekitar panjang 14 meter, lebar 9 meter, dan tinggi 24,5 meter. 

Bangunan Candi Jawi sendiri hampir menyamai model Candi Prambanan. Sebab stupa dan kubus yang berundak di atap candi menjadi ciri khas daripada kemiripan dengan Prambanan. 

Candi Brahu, Mojokerto (foto dari kebudayaan.kemendikbud.go.id)
Candi Brahu, Mojokerto (foto dari kebudayaan.kemendikbud.go.id)
Candi Jawi, Pasuruan (foto dari travelingyuk.com)
Candi Jawi, Pasuruan (foto dari travelingyuk.com)
Perlu diketahui, saya bicara hanya berdasarkan data umum. Saya bukan ahli sejarah. Hanya pemandu wisata fiktif belaka. Jadi, bila ada kekurangan keterangan, mohon tambahan keterangan bangunan candi tersebut dalam kolom komentar.

Pos keenam, titik awal perjalanan. 

Akhirnya, kita sampai di akhir perjalanan. Tuntas sudah penjelajahan panjang menyusuri alam Jawa Timur. Mengasyikkan bukan? 

Menelisik setiap penjuru mata angin, menikmati panorama keindahan alam Pertiwi, merasakan kesegaran air terjun rupa warna, menyetubuhi kehangatan pantai beragam tempat, dan menitipkan seberkas rindu pada dedaunan hutan milik alam. Menyenangkan dan menenangkan.

Intinya hanya satu. Selalu bersyukur atas anugerah Tuhan semesta alam yang telah menitipkan surga seindah itu. Kita diwajibkan menjaga alam agar tetap lestari. Supaya anak cucu kita dapat merasakan secara langsung, bukan secara audio visual belaka tentang kemolekan, kejelitaan, dan kerupawanan alam.

Jadi, kenanglah perjalanan singkat ini. 

Baiklah, itulah beberapa destinasi wisata di Jawa Timur. Tak kalah menarik dengan daerah kalian. Ayo berlibur ke Jawa Timur! Rasakan sendiri sensasi kedamaian alamnya.

Baiklah, tentukan tempat liburan pilihanmu! Jika sudah berkunjung, jangan sungkan untuk berbagi keceriaan. 

Referensi satu, dua, tiga, empat, dan lima.

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun