Tindakan serupa harus ditanamkan pada seorang istri juga. Ingat ada suami kita yang membanting tulang di luaran sana, guna menghidupi keluarga kecil ini. Terdapat anak-anak di rumah yang butuh perhatian kita, bukan kita yang mencari perhatian pada lelaki tak bernyonya.Â
Keduanya harus saling setia. Godaan sebesar apapun, hadapi dengan kesetiaan. Keterpurukan apapun, obati dengan komitmen kesetiaan. Ini kunci melanjutkan pernikahan yang jauh ke depan. Bertahan lama hingga ajal menjemput.
Kedua, komitmen keterbukaan
Kadang ada saja "maling-malingan" dengan pasangan kita. Biasanya masalah uang, maklum bumbu pernikahan memang begitu. Namun, alangkah baiknya antara pasangan saling terbuka. Tidak ada suatu hal yang disembunyikan, ditutup-tutupi, dan diselimut-selimuti.
Sebelum menikah, kita utarakan apa-apa kekurangan kita kepada pasangan. Misal kita memiliki riwayat sakit, alergi pada makanan, watak keluarga yang keras, dan hal-hal lain. Tindakan ini bakal menciptakan hubungan cinta yang apa adanya, bukan ada apanya.
Keterbukaan hubungan masa lalu, ini perlu disampaikan. Terutama teman-teman kita. Sebab, bisa saja kita bakal salah paham ketika melihat pasangan sedang bersenda gurau dengan akrab bersama seseorang yang kita gak ketahui.Â
Jadi, kenalkan teman-teman kita pada pasangan. Gak perlu tatap muka, sekarang zamannya digital. Cukup tunjukkan foto teman-teman kita pada pasangan dan tambahkan identitas seperlunya.
Keterbukaan pasca menikah jauh lebih diharapkan oleh setiap pasangan. Mereka ingin melihat pasangannya hidup dengan tenang. Tanpa ada beban dosa di belakang. Sehingga gak ada perasaan yang mengganjal dalam hubungan percintaan. Masalah keluarga pasangan kita tau, begitu pun sebaliknya. Upaya ini dapat memberikan kedekatan kepada mertua dan keluarga besar.Â
Ketiga, komitmen kejujuran
Masalah kejujuran, kadang kita gak jujur pada suami atau istri. Ada masalah malah ditangani sendiri. Ingat, kita ini sudah menjadi keluarga.Â