Tak ada salahnya menginginkan hal tersebut terjadi, keinginan itu manusiawi. Maklum bila kita mencita-citakan pernikahan yang berkilau.Â
Namun, tidak diperkenankan untuk memaksa membesar-besarkan pernikahan hingga utang sana, utang sini. Celaka bila begitu.
Lalu, seperti apa sih komitmen yang diperlukan dalam pernikahan?
Pertama, komitmen kesetiaan
Memutuskan naik ke jenjang kehidupan yang lebih serius merupakan tindakan berani dan santun. Ketimbang mencuri-curi kesempatan untuk berbuat layaknya "suami istri".
Menikah bukan hal gampang, hanya mudah dibicarakan tapi sulit diimplementasikan. Tak jarang muda-mudi menunda pernikahannya hingga berusia tiga puluh tahun. Â Alasannya gak siap berkomitmen. Jika dipaksakan dikhawatirkan menjadi malapetaka di masa mendatang. Mending menunda hingga keduanya siap sedia
Komitmen pertama yakni kesetiaan. Berlaku setia pada pasangan adalah kunci untuk membangun fondasi hubungan yang kokoh, yakin dan mantap pada pasangan kita.Â
Jangan tergoda akan kehadiran orang lain karena lebih tajir, sebab belum tentu memiliki kesetiaan seperti yang pasangan kita miliki.Â
Kesetiaan itu mahal harganya. Misalkan kita sudah resmi menikah, membangun kehidupan rumah tangga. Kita bekerja di luar kota, lalu kita meninggalkan istri tercinta.Â
Di sinilah ujian kesetiaan dimulai. Kita yang memiliki paras menawan, kadang sering digoda oleh karyawan wanita di kantor.Â
Begitu pun sebaliknya, memanfaatkan rupa wajah tampan untuk menggaet hati perempuan lain. Upaya tersebut harus dihilangkan dalam pikiran dan hati diri kita.Â
Ingat, ada seorang istri di rumah yang sedang menanti kedatangan kita. Lihat dan pandang kembali cincin di jari manis kita, itu bukti komitmen kesetiaan kita. Jika ada yang menggoda, ingatlah istrimu.