Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gak Ada Hobi yang Gagal, Hobi Menghasilkan Rupiah yang Ada

8 Februari 2021   13:40 Diperbarui: 8 Februari 2021   13:51 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memiliki hobi tak harus sukses mencapainya. Ada waktunya hobi bikin frustasi. Akhirnya, berhenti. Ganti hobi. Bosan, berhenti lagi. Begitu terus. Namun, ada yang konsisten. Bahkan menghasilkan pundi rupiah. Keren kan?

Setiap orang pasti memiliki hobi. Hanya saja kita tak menyadari keberadaan hobi tersebut. Sebatas selingan waktu gundah. Bukan gunda. Layaknya bakat. Hobi juga terpendam dalam diri kita. Harus diasah agar merasa nyaman.

Hobi bukan sesuatu yang temporer. Ikut-ikutan trend. Bahkan sekadar gaya-gayaan. Salah bila gambaran hobi kamu seperti itu. Hobi itu merasuk dalam tubuh, menyatu bersama aliran darah, dan melahirkan suatu tindakan yang estetis terhadap objek hobi. Ini hobi.

Artinya, kita benar-benar menuangkan gagasan dan pola pikir yang mapan pada suatu objek hobi. Sehingga menghasilkan chemistry. Ada kedekatan batin. Seolah-olah kita memanusiakan suatu objek. Kita bakal merasa sakit, bila objek hobi kita menderita. Apakah terlalu alay kedengarannya? Entahlah, saya gak bahas kealaian. 

Kita ambil contoh, hobi memelihara kucing. Kucing adalah objek hobi yang bergerak aktif. Sama halnya dengan manusia. Suka jalan-jalan. Senang makan. Bedanya, kucing gak perlu bayar untuk menikmati semangkuk serealnya.

Kucing ini tumbuh dan berkembang. Ada kalanya kucing menunjukkan kekucingannya. Bersenggama dengan kucing tetangga. Melahirkan. Banyaklah anak kucing. Tanggungan pun juga bengkak. Awalnya satu boks sereal cukup untuk satu bulan. Akhirnya hanya sampai dua minggu. Perawatan kucing jauh lebih intens. Biaya lagi. Hingga pada puncaknya, waktu kepada kucing jauh lebih banyak dan anak sendiri gak keurus. Rumit sudah.

Tiba-tiba otak kelebihan beban. Frustasi lah kita. Tindakan terbaik saat itu, berhenti memelihara kucing. Apakah kita gagal menjalani hobi? Enggak. Emangnya ada aturan, miliki hobi harus sukses? Enggak kan.

Secuil contoh hobi tersebut berakhir tak sempurna. Ada banyak faktor yang membuat majikan ogah melanjutkan hobinya. Entah secara finansial maupun moral, kecintaan pada kucing. Namun setidaknya, si majikan sudah merasakan bahwa menjalani hobi itu berat. Tapi tidak memberatkan. Toh, si majikan sudah sampai pada titik puncak siklus hidup kucing. Walaupun tidak mengalami putaran hidup kedua dari kucing. Siklus selanjutnya, punya cucu.

Lalu adakah hobi yang menghasilkan rupiah? Semua hobi menghasilkan rupiah, bila kamu konsisten. Jika tidak, jangan harap. Paling mentok, kesetiaan pada hobinya. Gak mau melepaskan atau meninggalkan hobi yang telah dibangun sejak lama. Bisa stress juga lo.

Lidah mertua, bulu ayam (dokpri)
Lidah mertua, bulu ayam (dokpri)

Konsisten adalah kunci awal keberhasilan menjalankan hobi. Sebab gak ada hobi itu gagal. Gagal jalani hobi. Yang ada, kita gagal mengonsistenkan pilihan hobi yang telah diambil.

Pada dasarnya, hobi bukan ajang ikut-ikutan maupun gaya-gayaan. Hobi itu muncul layaknya nurani. Kita cinta pada objek hobi yang mana? Barulah kita konsisten padanya.

Saya contohkan, hobi saya saja. Saya menyukai tanaman hias. Sejak 2013 sudah gemar menanam. Bukan saham yang saya tanam, tapi tanaman. Itulah mengapa saya keheranan, kok bukan saham yang saya tanam?

Awalnya saya menanam tanaman hias bunga. Mawar, melati, kenanga (baca: bukan kenangan), anggrek, kamboja (adenium), dan matahari. Saya sering terluka. Benar kata remaja dulu, bahwa wanita yang dijuluki mawar, sangat membuat hati kita tersayat, perih karena luka. Duri-duri yang tajam dan runcing.

Lain cerita dengan anggrek. Menunggu dia berbunga saja lama sekali. Itupun kalau sampai berbunga, bila kemudian mati karena tidak cocok dengan lingkungan sekitar. Rugilah saya. Harganya mahal, kemolekannya pun belum tampak.

Pucuk merah, puring, bunot (dokpri)
Pucuk merah, puring, bunot (dokpri)
Akhirnya, banting setir. Tanaman hias daun. Toh gak kalah menarik. Untung masih sebangsa dengan tanam-menanam tanaman hias. Bayangkan kalau kucing. Apa harus pindah memelihara kucing garong? Gak sanggup membayangkan.

Koleksi tanaman hias yang saya miliki cukup banyak. Ada bulu ayam, aglonema, keladi, kaktus, pucuk merah, puring, dan sebagainya. Dulu belinya hanya satu pot atau polybag. Harganya waktu itu masih dua ribu rupiah untuk bulu ayam, aglonemanya waktu itu masih potongan batang (merawat dari nol) sepanjang tiga sentimeter, pucuk merah seharga 12 ribu dengan tinggi 35 sentimeter, puring juga masih angka tiga ribu, dan keladi itu juga beli kayaknya. Kok lupa ya. 

Aglonema, bunga gantung (coklat), bulu ayam (dokpri)
Aglonema, bunga gantung (coklat), bulu ayam (dokpri)
Setelah penuh perawatan dan melihat potensi peluang suatu bisnis (baca: keuntungan). Maka saya coba masuk ke penjual bunga, menjajakan beberapa tanaman hias daun. Ternyata diacece.

Membudidayakan tanaman hias daun, seperti aglonema, bulu ayam, dan pucuk merah itu gampang-gampang susah. Apalagi proses pemindahan ukuran polybag. Kadang suka stress, daunnya menguning kemudian mati. 

Disinilah ujian kesabaran. Hobi juga butuh kesabaran.

Tanaman yang kelihatannya layu dan tak berdaun karena stress, kadang dia semi kembali. Walau lama prosesnya, tapi ini nikmat yang saya rasakan atas penantian panjang. Jangan langsung dibuang. Biarkan. Sisihkan di tempat lain, mungkin gak krasan. Jadi suka ngambek.

Semua dimulai dari nol koma nol satu. Hobi. Membeli tanaman yang menurut batin saya bakal laku manis di esok hari. Sebab, menuruti kata hati itu perlu. Gak usah ikut-ikutan. Eh, terbukti. Aglonema naik, keladi naik, bulu ayam naik, pucuk merah naik, dan beberapa lainnya juga naik. Untung akhirnya.

Saat pandemi, saya beranggapan akan turun. Sebab tanaman hias daun mulai kalah saing dengan tanaman hias bunga. Ternyata tidak. Kehadiran janda bolong, bukan janda muda. Membawa berkah bagi naiknya tanaman hias daun lainnya. Aglonema juga ikut naik trend. Luar biasa. Kesabaran dan konsistensi saya diuji selama pandemi.

Keladi dari beragam jenis (dokpri)
Keladi dari beragam jenis (dokpri)
Kebutuhan uang naik selama pandemi. Biasanya tidak perlu beli APD, malah harus beli. Hobi penting, tapi kesehatan juga lebih penting. Jika kita terpapar, maka jelas hobi kita terhenti. Objek hobi tak terurus. Mati secara perlahan. Menderita sepanjang hari.

Selain itu, konsisten dan kesabaran. Masih ada hal penting lainnya. Komitmen. Inikan hanya tanaman, apalagi sekadar hobi, kok masih butuh komitmen? Bukan hanya hubungan kita saja yang perlu komitmen, hobi pun butuh.

Komitmen dalam hobi harus dimiliki oleh kita. Entah hobi memelihara kucing maupun tanaman hias daun. Semuanya perlu tanggung jawab. Apa yang kita perbuat, harus dipertanggungjawabkan. Begitupun hobi.

Memelihara kucing harus bertanggung jawab atas kejadian yang disebabkan oleh tingkah kucing. Seperti, kucing suka bab (baca: beabe) di pojok halaman rumah harus kita bersihkan. Jika tidak bakal menjadi sarang penyakit. Tanaman hias pun sami. Harus kita rawat tiap hari. Hama ulat, terus perkara penyiraman tanaman. Jangan terlalu sering menyiram. Perhatikan media tanamnya. Ada aturannya. Jangan sembrono. 

Keladi (dokpri)
Keladi (dokpri)
Nah, menjalankan hobi agar tetap survive harus berpedoman pada ketiga unsur tersebut. Konsisten, kesabaran, dan komitmen. Saya yakin, bila kita mau berpegang teguh pada hal tersebut, hobi kita bakal jauh lebih lama bertahan dan bakal menghasilkan satu dua lembar rupiah.

Jangan berharap hobi yang kita tekuni pasti menghasilkan uang. Ada banyak benefit bagi kita selain uang. Kesehatan. Misal kita hobi berenang, bersepeda, atau hobi yang membuat memacu adrenalin, tentu kita dapat manfaat secara jasmani. Tubuh semakin bugar, sehat, dan awet muda. Tapi jangan digunakan untuk menggaet anak muda. Ingat umur.

Lain pula bila manfaat kesehatan pada hobi menanam tanaman hias, kita bakal dapat ketenangan dan kedamaian. Pikiran kita yang jenuh, bisa hilang dengan melihat keindahan tanaman, menghirup aroma melati, lentiknya daun puring, eloknya batik warna pada daun keladi, dan sebagainya. Menghilangkan stress.

Jadi, kita dapat dua bonus. Hobi membawa berkah pundi-pundi rupiah. Sekaligus memberikan efek kesehatan bagi tubuh kita. Komplit dan utuh.

Jangan berpikir bahwa hobi bakal memberatkan kehidupan kita. Menjadi beban. Jika masih ada pola pemikiran seperti itu, berarti kamu belum mampu menanamkan ketiga unsur di awal tadi. Semua macam kegemaran, berawal dari ketiga unsur tersebut.

Aglonema, keladi (dokpri)
Aglonema, keladi (dokpri)
Tidak ada suatu jenis hobi yang gagal. Hanya saja diri kita sendiri yang gagal konsisten, sabar, dan komitmen dalam pilihan hobi. Malah, hobi mendatangkan kesehatan lebih-lebih menghasilkan rupiah.

Lantas sudahkan kita memiliki hobi dengan tingkat konsistensi, kesabaran, dan komitmen yang kuat?

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun