Oleh karena itu, sebelum kita memutuskan piknik atau berlibur ke kebun binatang. Pastikan kita telah mengedukasi anak mengenai binatang. Entah melalui gambar atau foto di internet bahkan video. Sehingga, kita dapat memfilter jenis binatang apa saja yang layak anak tonton secara langsung.Â
Bila ingin mengajak anak melihat binatang lainnya, yang tentu ditakuti anak saat pengalaman pertama di gambar atau video. Berikan anak rasa percaya diri.
Nah, jika anak tetap saja takut. Kita harus mengambil ancang-ancang untuk menciptakan suasana lingkungan yang tenang, nyaman, dan damai. Misal, menghindari binatang yang menimbulkan rasa takut pada anak, sekadar menengok dari jauh, hingga menyakinkan anak bahwa binatang tersebut tidak buas.
Kedua, jauhkan dari situasi tegang
Maaf, kata tegang di sini bukan tegang yang lain. Jadi, tetap fokus. Baca saja dengan situasi takut.
Misal anak tiba-tiba mewek saat melihat penampilan pria berjenggot yang panjang sekali. Rambutnya gondrong, kumisnya tebal. Anak jadi takut. Maka sikap orang tua, menghalangi pandangan anak dengan orang tersebut. Atau menjauh dari orang tersebut.
Jika orang tersebut adalah bos kita di kantor. Kan acara syukuran ya. Mending kita sebagai orang tua gantian saja, saat bersalaman. Pertama bawa anak bersama istri ke luar. Kedua, anak dibawa sang ayah ke luar. Sudah gak repotkan.
Ketiga, menghibur anak atau mengalihkan perhatian anak
Saat anak tak terkendali, sudah memuncak rasa takutnya. Kita harus mengalihkan perhatian anak. Kita segera menjauh dari hal yang membuat anak ketakutan, lalu menghibur anak dengan aksi lucu kita atau mengarahkan anak pada hal lain.
Misal anak takut pada singa di kebun binatang, alihkan perhatian anak pada koala misalnya. Sebab koala kan gak banyak gerak. Tidur melulu. Gak menghiraukan lingkungan sekitar. Mungkin anak jadi lebih rileks.Â
Keempat, orang tua harus tetap tenang dan tidak panik
Kadang bila anak ketakutan, kita refleks saja memukul anak bahkan memaksa anak tetap tenang tanpa perilaku yang benar. Jadi, anak tambah rewel dan memberontak. Akhirnya, kita terbawa emosi. Marahlah pada anak. Ini keliru.
Kita adalah orang tua, lebih stabil emosinya, lebih jernih pola pikirnya. Maka harus bersikap sesuai dengan kedewasaan kita. Tetap tenang dan tidak panik. Toh kita sering melihat anak dan orang tua yang hampir serupa menangani masalah. Jadi, berkacalah pada pengalaman orang lain. Sekaligus menumbuhkan rasa tenang dengan emosional terkontrol dalam diri kita sendiri.